Kawasan Depok Lama menyimpan kebanggaan masa lalu dan masa kini. Masa lalu tersimpan dalam storynomic historis kolonial Belanda melalui sisa jejak heritage yang bertahan berabad-abad. Kedua, kebanggaan tentang sebuah prasarana penunjang penopang vital operasi transportasi massal, KRL (Kereta Rel Listrik) yakni depo KRL terbesar kedua se-Asia Tenggara.
SEHARI menggali "kebanggaan" kawasan Depok Lama bersama teman-teman komunitas dalam acara walking tour heritage Depok, rasanya lumayan memberi banyak gambaran tentang kawasan yang zaman kolonial disebut Het Land Depok itu. Memang tidak semua destinasi terjangkau mengingat keterbatasan waktu.
Namun acara yang digelar komunitas Click Kompasiana dan Kreatoria itu, memberi pengetahuan baru pada saya, yang baru kali pertama jelajahi kawasan Depok Lama. Turut senang dan bangga terhadap keberadaan depo KRL. Bersyukur akan terpeliharanya eksistensi heritage Depok khususnya sepanjang Jalan Pemuda, Pancoran Mas yang mampu bertahan meski terselip cerita-cerita menyedihkan terkait "nasib" heritage.
Saya selalu excited setiap meliput wisata sejarah. Selalu ada manfaat, ada kisah, ada "something different" yang memberi pembelajaran. Maka saya selalu berusaha mendokumentasikan sebaik-baiknya dan semaksimalnya. Demi turut melestarikan storynomic destinasi, untuk selanjutnya diketahui publik luas.
Oke berikut ini cerita dan ulasan saya terkait kegiatan walking tour Depok, Senin 28 Oktober 2024 lalu. Saya juga unggah 2 video kegiatannya. Tautannya saya lampirkan dalam artikel ini.
Blusukan di "Bengkel Kereta", Depo KRL Depok
Kegiatan acara blusukan ke bengkel KRL, depo KRL Depok, bisa teman-teman tonton dalam artikel video Headine yang saya unggah berjudul "Ubek-ubek Daleman Bengkel KRL, Terbesar Kedua se-Asia Tenggara". Saya lampirkan pula di bawah ini.
Saya certain ulang sedikit di sini. Kita tahu bahwa faktor kenyamanan dan keamanan transportasi massal seperti KRL merupakan unsur penting yang harus diperhatikan.
Perawatan kereta berkala pun rutin dilakukan oleh KAI Commuter melalui fasilitas Depo KRL yang berlokasi di Depok.
"Bengkel" KRL memiliki panjang depo 1,3 kilometer dan lebar 200 meter. Sebelum kemunculan Depo Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) di kawasan Tegalluar, Bandung, Jawa Barat, depo KRL Depok tercatat sebagai depo terbesar se-Asia Tenggara.
Di depo inilah KRL dirawat, dilakukan maintenance serta ragam perbaikan kerusakan kereta. Pengerjaan itu dimulai sejak depo resmi beroperasi tahun 2008 silam. Detil kegiatan di dalam depo, tonton videonya ya.
Hal yang menarik perhatian saya, adalah sebuah KRL yang "duduk manis" di area depan depo.
Itu KRL jadul yang sudah dimuseumkan/non aktif. KRL yang merupakan hibah dari Jepang pada tahun 2000-2004 itu, merupakan kereta produksi tahun 1968. Di Jepang, terakhir beroperasi tahun 1999.
Pernah digunakan sebagai KRL Ciujung Ekonomi AC rute Tanah Abang - Serpong pada tahun 2007-2010. Pada Oktober tahun 2016, KRL TOEI Seri 6000 ini berhenti beroperasi.
Kereta ini masih bagus diberi grafiti ceria. Sepertinya cocok untuk sarana edukasi bagi anak-anak TK biar bisa mengenal KRL lebih dekat. Keren.
"Sayangi KRL"
Pengalaman ubek-ubek depo KRL, mengesankan dan banyak nilai berharga yang bisa dipetik.
Semakin memberi gambaran terang terhadap kinerja KAI Commuter dalam menangani kereta agar selalu aman dan nyaman digunakan.
Upaya keras depo tentu karena visi untuk menghadirkan kenyamanan dan keamanan prima setiap saat pada armada keretanya.
Oleh karenanya, tentu para pengguna KRL idealnya harus bersinergi untuk bersama-sama menjaga kereta. Menjaga kebersihannya, menghindari perilaku yang berpotensi menimbulkan kerusakan pada kereta.
Saya pikir, kita sebagai pengguna KRL penting memiliki rasa sayang pada KRL. Tumbuhkan rasa memilikim sehingga kitab isa tulus menyayangi. Toh yang memakai kita-kita juga kan?
Perilaku kita turut berkontribusi menjaga KRL.
- Patuhi aturan yang ditentukan, seperti tidak makan dan minum (mamin) selama di dalam kereta. Bungkus mamin berpotensi menimbulkan sampah.
- Tidak melakukan vandalisme. Corat coret pada kereta yang menimbulkan pemandangan tak sedap.
- Berhati-hati membawa benda-benda seperti handphone, koin (uang) dan benda semacamnya. Benda yang berpotensi membuat pintu kereta macet apabila jatuh dan mengganjal pintu auto kereta.
- Tidak melakukan pelemparan benda apapun seperti batu, pada kereta yang bisa menimbulkan kaca pecah dan melukai penumpangnya.
- Tidak menerobos lintasan/palang kereta saat kereta akan lewat. Berbahaya, karena bisa berdampak pada kecelakaan/ tabrakan. Banyak kejadian tabrakan yang ditimbulkan oleh ketiakpatuhan pengendara kendaraan saat palang akan menutup. Tabrakan bukan saja menimbulkan kerusakan namun juga bisa memakan jiwa.
Walking Tour Heritage Het Land Depok
Kegiatan keseruan walking tour, bisa teman-teman tonton dalam video yang sudah saya unggah di artikel berjudul "Kisah Heritage Het Land Depok, Destinasi yang Butuh Perhatian". Atau bisa tonton video di bawah ini.
Nah sekilas saya kutip ulang tentang heritage Depok (Het Land Depok). Terkesan dengan Pak Boy Loen pengurus bidang budaya Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein (YLCC). Sosok keturunan Belanda -- Depok itu fasih menuturakan storynomic Depok Lama.
Kawasan historis yang kaya bangunan penting bersejarah, khususnya di Jalan Pemuda yang menjadi rute acara walking tour kami.
Di sepanjang jalan itu, ada peninggalan kolonial kantor pemerintahan, gereja, sekolah dan lain-lain. Tempoe doeloe kawasan ini merupakan pusat keramaian Het Land Depok.
Bangunan heritage tersebut tak lepas dari nama saudagar, tuan tanah Belanda bernama Cornelis Chastelein. Sosok yang "berpengaruh" era kolonial Het Land Depok.
Tugu atau monumen peringatan 200 tahun wafatnya Chastelein yang didirikan pada 28 Juni 1914, menjadi bukti penting eksistensi sosok itu.
Chasteleinlah yang melahirkan basis penduduk Het Land Depok melalui 150 budak yang didatangkan dari Indonesia Timur. Nama Chastelein menancapkan sejarah manis, dengan perkembangan kehidupan budak yang belakangan "dimerdekakannya".
Upayanya mencerdaskan melalui Gereja Immanuel dan Pastori yang dibangunnya 300an tahun silam, memberi sarana pendidikan baca tulis bagi para budaknya.
Nama Chastelein adalah eksistensi Het Land Depok. Nama yang akan terus dikenang melalui Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein (YLCC) dan ragam heritage peninggalannya.
"Cintai Heritage Depok"
Lalu apa hikmah menelusuri bangunan bersejarah peninggalan Chastelein itu.
Dari kisah penuturan Boy Loen, saya mengerti sisi-sisi yang luput dari perhatian terkait kelestariannya. Dari menjejak heritage, saya melihat langsung kondisinya yang tak bisa dibilang baik-baik saja.
Oleh karenanya saya menaruh harapan pada "nasib" yang lebih baik, sebagai bentuk cinta pada peninggalan bersejarah..
- Perhatian serius dari pihak-pihak terkait (pemerintah Depok) pada heritage peninggalan Chastelein. Mengingat histori yang perlu dirawat, dilestarikan. Saat ini bangunan seperti rumah presiden ke 5 Depok, Jonathan yang dikelola pribadi (keturunan Jonathan) bukan merupakan cagar budaya. Sementara RS Harapan bekas istana presiden Depok terbengkalai.
- Perhatian komunitas-komunitas dan wisata tour semakin banyak mengeksplore destinasi heritage Het Land Depok. Tujuannya agar semakin dikenal, tak terlupakan.
- Memperbanyak catatan-catatan heritage Depok melalui berbagai platform. Semua orang bisa melakukan, termasuk blogger.
- Membantu mempublikasi storynomic heritage. Pak Loen berkisah, dia terkendala minimnya SDM yang memahami dunia digital, keinginannya mendokumentasikan melalui podcast sesuai dengan tren saat ini. Saya rasa komunitas-komunitas setempat khususnya, bisa melakukannya.
Tentu masih banyak lagi yang bisa dilakukan untuk melestarikan heritage Depok ini. Seperti halnya nasib heritage di tempat lain, yang lazim menghadapi ancaman "hilang". Semoga hal seperti itu tak terjadi pada jejak sejarah di manapun.
Mencintai heritage adl menghargai peradaban 🙏
Salam wisata sejarah.
@rachmatpy
Artikel Terkait Het Land Depok:
Kisah Heritage Het Land Depok, Destinasi yang Butuh Perhatian
Ubek-ubek Daleman Bengkel KRL, Terbesar Kedua se-Asia Tenggara
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H