Mohon tunggu...
Rachmat Pudiyanto
Rachmat Pudiyanto Mohon Tunggu... Penulis - Culture Enthusiasts || Traveler || Madyanger || Fiksianer

BEST IN FICTION Kompasiana 2014 AWARD || Culture Enthusiasts || Instagram @rachmatpy #TravelerMadyanger || email: rachmatpy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Sensasi Nikmat Semangkok Buryam Telur Ayam Kampung Mentah, Legendaris Sejak Era Reformasi

11 Oktober 2024   15:58 Diperbarui: 11 Oktober 2024   16:46 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Papan nama di lokasi Jl Pajajaran.  Dokumen pribadi

Standar sajian buryam (bubur ayam) nusantara biasanya terkomposisi dari bubur nasi, kacang, suwiran daging ayam, bawang goreng dengan kaldu bumbu. Namun penjual buryam legendaris di Bogor ini, memiliki gaya berbeda. Tanpa kaldu, tanpa kacang, tanpa bawang goreng tapi tersedia topping telur mentah ayam kampung dalam semangkuk buryam racikannya.  

AWALNYA aku menduga, akan menyeruak aroma amis dari bulatan berwarna kuning itu. Kuning dari sebuah telur ayam kampung yang meleleh saat sendok mengaduk-aduk bagian dasar mangkok  buryam (bubur ayam) yang kupesan.

Kuning telur ayam kampung itu pun menyatu dengan potongan cakwe, cacah daging ayam, serta tongsai. Ya aku menyukai bubur versi diaduk. Pikirku, dengan diaduk akan menimbulkan rasa bubur yang sebenarmya, dibanding tanpa diaduk.

Warna kuning menggoda itu sangat menggugah selera. Namun sebenarnya aku agak ragu. Mengingat itu kuning telur mentah, rasanya kena mental. Jujur saja, aku belum pernah makan bubur dengan kombinasi telur mentah.

Tapi rasa penasaran itu justru yang menyemangati indera perasaku, mengalahkan "pukulan mental" itu.

(Atas) Penampakan Telur Ayam Kampung. (Bawah) Buryam Tirza. Dokumen pribadi
(Atas) Penampakan Telur Ayam Kampung. (Bawah) Buryam Tirza. Dokumen pribadi

Saya memang "egg lover" alias pengonsumsi telur. Setiap hari 5 butir telur ayam negeri, saya konsumsi. Tapi itu semua dalam kondisi sudah dimasak matang. Entah direbus, didadar ataupun diceplok. Suka. Kaya protein.

Tapi telur "topping" buryam di hadapanku ini, telur mentah! Benar-benar saya gak biasa.    

Ada pun dulu di masa kecil pernah "dicekoki" ibu, dengan minuman jamu yang dicampur dengan kuning telur mentah sebagai obat. Sebuah momen yang gak pernah lagi aku ulang.

Sensasi Nikmat Buryam Legendaris

Pelan-pelan adukan buryam menyatu. Buryam ini tanpa kaldu. Jadi gak encer dan gak kental. Buat aku, teksturnya pas.

Uniknya tak kutemukan kacang dan bawang goreng yang biasanya ada pada bubur ayam pada umumnya.

Kuning telur di Buryam Tirza sudah diaduk.  Dokumen pribadi
Kuning telur di Buryam Tirza sudah diaduk.  Dokumen pribadi

Isinya didominasi cakwe, cacah  daging ayam, dan ditaburi daun selevri serta tongcay. Ditambah lagi topping telur ayam kampung mentah. Komposisi ini yang membuat cita rasa khas, unik  dan enak.

Rasa bubur dominan gurih nikmat.  Semakin kuat dengan paduan gurihnya cakwe plus tongcay. Apalagi ditambah kecap asin. Ya, disediakan kecap asin bukan kecap manis plus sambal.

Unsur rasa ini menstabilkan potensi aroma amis pada telur ayam kampung yang membuat tekstur bubur menjadi "pulen" lembut dengan cita rasa unik.

Biar makin afdol aku campur dengan ati ayam dan sate telur puyuh. Kudapan pendamping yang umum disediakan sebagai pendamping buryam.

Tambahan "protein" ini mengimbangi karbohidrat yang ada pada buryam dengan porsi yang cukup banyak. Hampir penuh satu mangkok. Sangat mengenyangkan. Puas rasanya.

Soal harga, satu porsi mangkok buryam dibandrol Rp. 12 ribu. Jika tambah telur ayam kampung menjadi Rp. 18 ribu. Aku nambah 2 ati ayam, satu sate telur puyuh, serta satu pangsit. Minumnya teh tawar, total harga Rp. 30 ribu. Murah atau nggak?

Menurutku seeh worth it, sebanding dengan cita rasa dan porsinya.

Buryam ala Chinnese Legendaris, Era Reformasi

Buryam yang aku certain di atas, adalah racikan legendaris Pak Hadi yang populer dengan sebutan Bubur Ayam Tirza.

Kalau melihat komposisi Buryam Tirza ada sentuhan racikan ala Chinnese. Ada unsur topping potongan cakwe lumayan banyak, cacah daging ayam (bukan suwiran), dengan daun seledri dan tongcai.

"Tongcai ini dibuat dari daun sawi putih yang diasinkan," kata Pak Hadi, si penjual buryam, saat menyiapkan buryam pesananku pada Jumat pagi 11/10/2024.  

Pak Hadi sedang menyiapkan pesanan. Dokumen pribadi
Pak Hadi sedang menyiapkan pesanan. Dokumen pribadi

Nuansa Chinnese, makin kuat dengan ditopang rasa gurih asin khas cita rasa lidah Tionghoa.

Buryam Tirza yang dirintis sejak era reformasi tahun 1989 ini menempati tempat sederhana. Sebelum pindah lokasi sekarang, dulu ada di Jalan Sholeh Iskandar/ jalan Baru, Bogot Barat.

Sekarang lokasinya ada di jalan Pajajaran, Bogor Tengah. Kalau dari arah Kota Bogor, sebelum Lippo Plaza Ekalokasari/ bundaran Sukasari.

Lokasi di area seperti mini food court sebuah garasi. Buryam Tirza berdampingan bersama kuliner lain seperti Kweriau Sapi, Bakso Kuah dan lain-lain.

Papan nama di lokasi Jl Pajajaran.  Dokumen pribadi
Papan nama di lokasi Jl Pajajaran.  Dokumen pribadi

Tempat sederhana. Dokumen pribadi
Tempat sederhana. Dokumen pribadi

Ada 3 meja dengan 4 kursi pada masing-masing meja.  

Gerobak Pak Hadi setia menunggu pecinta buryam racikannya setiap hari (Rabu libur), setiap jam 06.00 -- 10.00 WIB.

Setidaknya 100 mangkok terjual di weekday. Jumlah itu berlipat saat weekend. Mereka rerata pelanggan setianya.

Btw kamu penasaran cita rasa buryam lejen ini?  Silakan ke Bogor hehhee.  

Oke selamat kulineran. Sekian dulu info kulinernya. Salam kuliner legendaris.

@rachmatpy

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun