Genre sastra horor, seringkali dipandang sebelah mata. Tak bermutu. Sebatas mengumbar sisi per-klenik-an dan sensualitas tanpa makna. Berkutat pada eksploitasi ketakutan dan ekplorasi keseraman semata.Â
APAKAHÂ teman-teman #kompasianer sependapat dengan anggapan di atas? Atau memiliki pandangan lain?
Banyak yang menilai, pandangan  tersebut tidak sepenuhnya keliru, seiring bertebarannya sajian karya horor bermutu rendah. Karya tema-tema horor di media hiburan, sinetron, film, novel dan lain sebagainya.
Sajian karya yang memvisualisasikan dunia "perhantuan", eksploitasi klenikisme, eksplorasi misteri, serta brutalnya sajian vulgarisme sensualitas perempuan. Â
Sementara di sisi lain, nuansa kehororan yang lekat dengan nilai-nilai tradisi dan budaya, kalah masif disajikan. Padahal dalam kehidupan masyarakat kita, teramat dekat dengan kehidupan metafisis "horor" yang lebih bermakna.
Tertuang dalam upacara-upacara dan tradisi  seperti budaya sedekah bumi, sedekah laut, dan tradisi adat lainnya, yang mengedepankan tentang "kawruh" kehidupan, makna luhur, serta filosofis.
Tentu menarik untuk digali lebih dalam. Tema yang bisa kita bicarakan bersama. Berbagi perspektif lebih dalam genre karya sastra horor. Paling tidak, kita bisa berbagi premis, mengangkat citra karya sastra horor agar dipandang setara dengan genre karya sastra lain.
Dengan maksud tersebut, Komunitas Literasi Kompasiana (LitKom), menggelar acara diskusi. Sastra horor.
Mengajak teman-teman Kompasianer dan masyarakat umum, sharing-sharing mengeksplorasi lebih dalam bersama pembicara utama seorang kompasianer beken. Kompasianer senior (baca jadoel hehe) pasti mengenalnya dengan baik. Siapakah? Simak info berikut ya.
Silakan datang ke acara (free) yang akan digelar pada: