Pasca penetapan sebagai Desa Wisata bernama Kampung Wisata Pecinan Glodok oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada tahun 2022 silam, wajah baru pecinan tertua di tanah air, Glodok, kian berkilau tanpa meninggalkan kekayaan historical di baliknya. Â
GAPURAÂ nan megah bertuliskan "Selamat Datang Kawasan Glodok Pancoran, Chinatown Jakarta", akan menyambut siapa saja yang datang ke kawasan pusat bisnis dan perekonomian yang lokasinya masuk administratatif Jakarta Barat itu.
Glodok memang istimewa. Salah satu kawasan penting sebagai pusat perdagangan dan urat nadi perekonomian Jakarta. Hiruk pikuk kesibukan geliat bisnis sampai bertaburnya kekayaan budaya khususnya Tionghoa terawat hingga sekarang.
Setiap sudut-sudutnya menyimpan kisah-kisah budaya peradaban masa lalu yang berharga. Nilai-nilai yang terawat dengan baik dan menjadi storynomics menarik turun temurun.
Bangunan-bangunan tua yang bertahan eksis, menjadi saksi bisu, sekian lamanya tempat ini memegang peranan penting khususnya perkembangan masyarakat Tionghoa.
Saya tidak asing dengan kawasan Glodok. Sebelum berpindah domisili ke Bogor, saya hampir setiap pekan singgah di kawasan ini. Secara dekat dari Grogol tempat saya tinggal waktu itu.
Mampir sekadar berbelanja ke pasar tradisionalnya, menikmati sajian makanan yang beragam dari para penjual kaki lima, kuliner Petak Enam. Atau sekadar lewat berolahraga sepeda saat menuju Kota Tua.
Glodok memang gudangnya kuliner dan jajanan. Baik halal, mauun non halal. Siapa yang gak pernah dengar Gang Gloria dengan Kedai Es Kopi Tak Kie legendaris yang berdiri sejak 1927? Kuliner halal, Soto Tangkar, Gang Kalimati, Gudeg Jogja Mbok Ijah, dan banyak lainnya.
Warga pun tak terkotak dari etnis Tionghoa saja, namun berbaur beragam etnis lain, seperti Jawa, Betawi, Sunda dan lainnya.
Saya suka memotret saat perayaan Hari Raya Imlek di Vihara Dharma Bakti dan Toa Se Bio. Memotret aktivitas bisnis warga pedagang, bangunan bersejarah, acara perayaan, dan momen-momen lain.
Semua sudut menyimpan cerita. Semua pojok saksi bisu peradaban berabad-abad. Seperti sudut jalan Kemenangan, lokasi ibadah umat Konghucu, Buddha dan Taoisme yakni Vihara Dharma Bhakti yang beriri tahun 1650.Â
Juga Vihara Toa Se Bio yang berdiri sekitar se-abad kemudian, yakni 1751. Bangunan Candra Naya, rumah terakhir Mayor China di Batavia, yang mempertahankan arsitektur klasik berunsur ornamen khas Tiongkok.
Nah, saya ajak Anda, menelusuri cerita-cerita di balik Pancoran yang menjadi bagian dari wisata Kota Tua Jakarta itu.
Potret cerita di balik bangunan bersejarah, lokasi historis yang bisa saja mengalami sedikit perubahan seiring laju zaman. Namun cerita-cerita di baliknya tetap tak berubah ditelan zaman.
Banyak sudut memiliki cerita. Saya hanya memotret cerita area jalan Pancoran saja, yang menurut saya mewakili Glodok. Satu jalan kanan kiri yang padat dengan kesibukan perniagaan, banyak mengisahkan peran Pancoran dari masa ke masa.
Simak ya. Mungkin Anda pernah ke salah satu lokasinya. Cekidot.
8 Teko, Kebajikan yang Terawat
Ini spot yang langsung akan kita lalui kalau mau masuk Pancoran. Spot ikonik bersebelahan dengan gapura Glodok, tempatnya mudah ditemui dan dikenali. Kedai teh bernama Pantjoran Tea House.Â
Gampang dikenali, melalui jajaran 8 teko di atas sebuah meja, tepat di pojokan depan kedai. Minuman teh yang boleh diminum, gratis. Â
Di sinilah sebuah potret cerita kebajikan yang terawat berabad-abad. 8 teko itu menyimpan kisah yang dikenal dengan tradisi Patekoan.
Tradisi kepedulian terhadap orang lain. Terpeliharanya sebuah kebaikan membantu masyarakat umum melalui cara sederhana yang efeknya tidaklah sederhana.
Tradisi ini merawat kebiasaan Kapitan Cina bernama Gan Djie dan istrinya yang selalu menyediakan 8 teko teh di depan kantor Kapitan. Â
Tradisi kebajikan, patekoan tersimpan lama di bangunan bersejarah yang diperkirakan berdiri sejak tahun 1900-an, dengan nama Winkel The Lun Tai (Toko Pojok milik The Lun Thai).
Historisnya, dulunya pada tahun 1928, bangunan itu merupakan sebuah apotek terkenal bernama Apotheek Chung Hwa. Hingga pada tahun 2015, bangunan direvitalisasi. Dalihfungsikan menjadi kedai teh bernama Pantjoran Tea House sampai sekarang.
Anda harus berlama-lama kalau beraa di tempat ini, meresapi tradisi bersejarah ini.
Toko Obat, Perawat Tradisi Pengobatan Tradisional
Tak jauh dari Pantjoran Tea House, berderet Toko Obat Cina. Kalau Anda lewat selasar deretab toko, akan tercium aroma unik yang khas, yakni aroma herbal. Herbal, sebuah seni pengobatan ala Tiongkok selain pengobatan sinshe.
Toko obat herbal yang diracik langsung. Toko yang bertahan menyediakan obat tradisi pengobatan kuno ala Tiongkok.Â
Toko obat tradisional inilah penyimpan cerita tradisi teknik pengobatan leluhurnya yang terkenal hingga penjuru dunia itu.
Deretan toko-toko obat ini, menegaskan sebuah potret budaya luhur pengobatan khas Tionghoa yang terkenal.
Nafas Panjang di Balik Pasar Petak Sembilan
Di area Seberang toko obat, Anda bisa menemukan sebuah pasar tradisional yang bersejarah. Padar ini memerankan fungsi perniagaan di Glodok puluhan tahun. Namanya Pasar Petak Sembilan. Di gang sebelahnya ada Gang Kalimati yang tak kalah ikonik.
Nama Petak Sembilan, historis kemunculan namanya, dulu ada sembilan petak bangunan yang berada di kawasan ini. Seperti bikin nama yang mudah diingat ya. Â
Di Pasar Petak Sembilan ini menjual aneka jenis barang dan makanan. Baju, lampion, alat peribadatan umat Budha, Konghucu, perlengkapan rumah tangga, dan sebagainya.
Banyak makanan legendaris dan langka, Â di tempat ini masih ada yang jual, misalnya bakpao, kue keranjang, somay, dan aneka chinese food serta makanan Nusantara lainnya.
Ada makanan unik dan langka yang penjualnya cuma ada  dua orang. Nama makanannya Mipan. Makanan khas dari  budaya Tiongkok yang terbuat dari tepung beras.  Â
Keunikan lain, kecuali makanan non halal seperti daging babi, adalah dijualnya bahan bahan makanan nonh halal lain yang gak biasa, seperti  katak, teripang, katak dan lain sebagainya.
Ada warung unik yang semua pengelola/pegawainya adalah satu keluarga lansia. Merekalah yang meamasak sampai melayani. Namanya warung Laose. Untuk kelas caf ada Djauw Coffee Glodok yang menyajikan sajian kopi yang dimasak ala Turki menggunakan pasir panas. Â
Pasar Petak Sembilan adalah potret sebuah dunia perniagaan yang menjadi sektor paling signifikan bagi Glodok.
Berburu Nikmat Tanpa Sekat di Petak Enam
Nah bergeser ke arah barat beberapa puluh meter, melewati selasar yang dihuni pedagang kaki lima, bisa ditemukan area kuliner ikonik lain yakni, kuliner Petak Enam.
Terdiri dari bangunan dua lantai berarsitektur dan ornamen oriental. Petak Enam beriisi beragam makanan dari minuman. Banyak makanan tradisional nusantara tersaji serta makanan chinese food. Banayak makanan seperti bakso, aneka mie, makanan Manado, soto hingga yang unik, cempedak goreng.
Untuk minuman yang beragam dari  kedai kopi, teh, hingga jamu.
Anda bisa mengenal dunia teh di Pieces of Peace (Seduh Teh). Berada di lantai dua, kedai ini menyajikan berbagai jenis teh yang unik dan juga otentik. Ada teh yang berumur 10 tahun dan memiliki rasa yang unik. Â
Anda minuman jamu yang otenstik budaya kuliner Jawa, di kedai  Suwe Ora Jamu yang berada di lantai satu.  Dan masih banyak lagi makanan minuman lainnya.
Petak Enam adalah putret yang menyimpan kekayaan budaya kuliner kita, yang beragam dan terawat dengan baik, melalui para pelaku usaha kulinernya.
Kewibawaan Pancoran Â
Potret Pancoran Chinatown Point merupakan bangunan ikonik yang megah, muncul belakangan di Glodok.Â
Bangunan berarsitektur unik khas Tionghoa itu, dulunya merupakan gedung pertokoan Gloria yang terbakar pada Agustus 2009 silam.
Â
Belakangan dibangun menjadi pusat perbelanjaan. Juga spot kulineran indoor maupun outdoor. Makanan yang tersedia beragam mulai makanan ala Chinnese sampai makanan khas Indonesia.
Dismping sebagai perbelanjaan, juga tersedia apartemen bernama Pancoran Chinatown Point.
Nah demikian kilasan historical Glodok yang bisa saya liat melalui potret bangunan dan budaya yang tersisa serta bertahan hingga kini.
Tentu saja ini, hanya secuil dari sekian banyak storynomic Glodok yang tersimpan di sudut-sudutnya.
Sudut historis tentang religi, perniagaan, budaya kuliner, serta adat istiaat budaya Tionghoa.
Salam budaya. Â
Instagram @rachmatpy
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI