Mohon tunggu...
Rachmat Pudiyanto
Rachmat Pudiyanto Mohon Tunggu... Penulis - Culture Enthusiasts || Traveler || Madyanger || Fiksianer

BEST IN FICTION Kompasiana 2014 AWARD || Culture Enthusiasts || Instagram @rachmatpy #TravelerMadyanger || email: rachmatpy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kkn Artikel Utama

Ramadan Seru Berwisata Religi, dari Masjid Sumur Keramat sampai Masjid Taj Mahalnya Indonesia

28 Maret 2024   15:14 Diperbarui: 20 Juli 2024   03:38 1608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid Luar Batang Jakarta Utara. Foto Dokpri

Historical syiar  Islam di Jakarta, salah satunya bisa dilacak melalui keberadaan masjid-masjid di kawasan pesisir utara Jakarta. Masjid-masjid bersejarah yang bertahan eksis itu, kini menjadi destinasi wisata religi yang bernilai, unik dan menawan di kawasan administratif Jakarta Utara. 

SABTU, 23 Maret 2024 tengah hari, aku tiba di halaman Kantor Walikota Jakarta Utara di kawasan Tanjung Priok. Itu titik kumpul acara wisata religi yang digelar Suku Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Sudin Parekraf) Jakarta Utara.

Acara yang digelar dalam suasana Ramadan itu, diikuti oleh 110 peserta. Terdiri dari perwakilan Abang-None Jakarta Utara, Mahasiswa, Pelajar, Komunitas,  Konten Kreator, Mister Miss Grand Tourism Indonesia, Jurnalis, dan Masyarakat umum.

Aku menjadi peserta dibawah bendera Komunitas Kompasianer Traveler Kompasiana (Koteka) yang berkolaborasi dengan Wisata Kreatif Jakarta (WKJ). Video keseruannya bisa ditonton di bawah ini. 



Rombongan kami WKJ-Koteka) masuk dalam rombongan bus 2 dengan tujuan 3 lokasi masjid yakni Masjid Luar Batang, Jakarta Islamic Center, dan Masjid Ramlie Musofa.

Sedangkan rombongan bus 1  berwisata ke  Masjid Al-Alam Marunda, Masjid Al-Alam Cilincing, dan Masjid Ramlie Musofa.

Kedua rombongan bus bertemu di Masjid Ramlie Musofa. Lalu berbuka puasa bersama (BukBer) di Hotel Swiss-belinn Kemayoran, sekaligus sebagai penutup rangkaian acara wisata religi hari itu.

Wisata religi bareng Suku Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Sudin Parekraf) Jakarta Utara, Sabtu 23 Maret 2024. Foto WKJ
Wisata religi bareng Suku Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Sudin Parekraf) Jakarta Utara, Sabtu 23 Maret 2024. Foto WKJ

Selama perjalanan wisata religi, rombongan bus 2 ditemani pemandu wisata Mbak Inces dari WKJ. Tambah seru dengan kuis-kuisnya.

Mau tahu cerita keseruan perjalanan dan wisata religinya?

Simak kisahku di bawah ini ya.

Setelah melalui perjalanan menyisir jalan kawasan Jakarta Utara  yang padat dengan truk-truk kontainernya, bus sampai di kawasan Penjaringan. Inilah lokasi destinasi pertama, Masjid Jami Luar Batang di Jalan Luar Batang, Gang V Nomor 1, Penjaringan, Jakarta Utara.

Makam Habib  dan Air Keramat di "Masjid Sumur Keramat"  

Butuh jalan kaki sekira 300 an meter, untuk mencapai masjid karena bus tidak bisa masuk ke jalan arah masjid yang tak lebar.

Sampai di halaman masjid, ada gerbang ikonik yang menarik. Pantes saja banyak yang berfoto di spot ini.

Aku langsung terbayang, seandainya datangnya sore hari pasti keren memotret area ini. Dengan  semburat cahaya matahari senja, pasti kesan religiusnya semakin kuat.

Halaman masjid yang lazim disebut Masjid Luar Batang ini memiliki area sangat luas. Bangunan masjid yang  memiliki sentuhan arsitektur Arab dan  India itu makin terlihat menawan. 

Foto rame-rame di depan Masjid Luar Batang . Foto WKJ
Foto rame-rame di depan Masjid Luar Batang . Foto WKJ

Di tengah teriknya matahari siang, Mbak Inces mengisahkan sekilas mengenai sejarah masjid ini. 

Ada batu prasasti di kanan dan kiri depan masjid. Di prasasti itu tertulis sejarah keberadaan masjid yang berusia ratusan tahun.

Sejarahnya, masjid dulunya merupakan surau / musala yang  dibangun pada 1737 oleh Habib Husein bin Abu Bakar bin Abdillah Al-Alaydrus yang dikenal sebagai Habib Husein.  

Beliau adalah seorang Arab Hadramaut, Yaman, yang tiba di Indonesia pada 1736 melalui Pelabuhan Sunda Kelapa, pesisir Jakarta Utara. Nasab Habib Husein tersambung kepada Rasululah Muhammad SAW dari garis Sayyidina Husein.

Surau itu dijadikan tempat ibadah sekaligus  digunakan Habib Husein menyiarkan agama Islam.  

Beliau dimakamkan di ruangan masjid ini bersama dengan asistennya, seorang mualaf etnis Tionghoa bernama Haji Abdul Kadir.

Sepeninggal beliau, masjid dibangun masyarakat secara gotong royong pada tahun 1756. Lalu secara turun temurun dirawat  dan dilakukan renovasi, penambahan bangunan hingga sekarang.

Kini masjid yang  menghadap ke Pelabuhan Sunda Kelapa ini, menjadi salah satu cagar budaya Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta.

"Asal yakin dan percaya gak papa," kata sosok bergamis putih yang kujumpai di teras samping kanan masjid.  

Beliau menjawab pertanyaanku soal air yang dikenal sebagai "air keramat", apakah layak minum atau tidak. 

Foto bareng Habib Ismail di Masjid Luar Batang Foto dokpri
Foto bareng Habib Ismail di Masjid Luar Batang Foto dokpri

Sosok bergamis putih itu adalah Habib Ismail Alaydrus, keturunan ke 7 Habib Husein. 

Air itu berasal dari sumur keramat yang ditampung di "gentong" penampungan di atas sumur. Lokasinya berada di samping kanan masjid. Ada keran air untuk mengalirkannya. Pengunjung diperbolehkan mengambilnya secara gratis.

Air itu dipercaya memiliki khasiat. Aku menampung air dalam thumber kosong yang sengaja kubawa. Buat oleh-oleh hehe.

Sumur keramat  di Masjid Luar Batang Foto dokpri
Sumur keramat  di Masjid Luar Batang Foto dokpri
Aku sempat melongok ke dalam ruangan utama masjid dari teras depan. Beberapa orang sedang berdzikir. 

Aula terlihat cukup luas dengan tiang tiang persegi. Baca-baca artikel media seeh masjid ini memiliki 12 tiang pancang yang jika dijumlahkan totalnya 24 buah.

Filosofi adalah jumlah jam dalam sehari, 12 jam pada siang hari dan 12 jam pada malam hari. Jumlahnya 24.

Di samping kanan luar, ada area tanah dengan  2 pohon kurma yang cukup besar. 1 pohon sedang  berbuah. Kata seorang penjaga masjid, sudah tiga tahun ini pohon berbuah.

Masjid Luar Batang Jakarta Utara. Foto Dokpri
Masjid Luar Batang Jakarta Utara. Foto Dokpri

Masjid di Tanah Bekas Lokalisasi Terbesar ASia Tenggara

Peralanan berlanjut ke destinasi kedua, Masjid Jakarta Islamic Centre (JIC) berada di di Jalan Kramat Jaya Raya, Tugu Utara, Koja.  Masjid merupakan bagian komplek dalam JIC.

Selama perjalanan Mbak Inces menginformasikan sekilas tentang JIC. JIC merupakan pusat pengkajian dan pengembangan Islam Jakarta yang berdiri era Gubernur Sutiyoso.

Sejarah Pembangunan masjid, kalau baca-baca seeh, masjid dirancang oleh arsitek spesialis masjid Ir Muhammad Numan. Masjid berdiri di atas lahan seluas 109.435 meter persegi, dengan luas bangunan masjid 2.200 meter persegi yang dapat menampung hingga 20.680 jemaah.

Uniknya masjid berdiri di atas tanah yang sebelumnya merupakan lokasi lokalisasi yang dikenal sebagai lokalisasi terbesar di Asia Tenggara era 1970-1999, Kramat Tunggak.  

Lokalisasi ini secara resmi ditutup Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada 31 Desember 1999.  JIC diresmikan oleh Gunernur Sutiyoso pada 4 Maret 2003.

Jakarta Islamic Centre (JIC). Foto dokpri
Jakarta Islamic Centre (JIC). Foto dokpri

Area JIC luas banget. Kami berkeliling di area bangunan yang megah. Selain masjid, di sini ada perpustakaan, pesantresn serta hotel untuk menginap para ustaz jika sedang mengisi ceramah.

Sayang kami tak diijinkan masuk ke dalam masjid karena rawan roboh. Belum tuntas dibenahi pasca kebakaran pada Oktober 2022 lalu.

JIC menjadi simbol keberhasilan perubahan hitam ke putih sebuah struktur sosial. Dari sebuah kawasan lokalisasi menjadi kawasan religious, tempat kajian dan pengembangan Islam.

Belum puas sebenarnya berkeliling area JIC, namun karena terbatasnya waktu kami harus melanjutkan perjalanan ke destinasi terakhir.

Sebelumnya kami menikmati perform musik Ramadan persembahan Parekraf Jakarta Utara di panggung mini di halaman JIC.

Megahnya "Masjid Taj Mahalnya Indonesia "

Hari sudah mulai senja, saat rombongan kami tiba di area Sunter. Lokasi destinasi ketiga, Masjid Ramlie Musofa. Inilah masjid yang populer sebagai Taj Mahalnya Indonesia. Pasalnya kubah masjid yang menjulang tinggi mirip replika Taj Mahal di India.

Sejarahnya masjid ini diirikan oleh Haji Ramli Rasidin, seorang mualaf beretnis Tionghoa dan Aceh. Nama masjid diambil dari inisial Ramli, istrinya Lie, dan anak-anaknya (Muhammad, Sofian, Fabian - Ramlie Musofa).

Awalnya, masjid yang diresmikan pada tahun 2016 ini hanya digunakan oleh keluarga Haji Ramli saja untuk beribadah. Belakangan dibuka untuk masyarakat umum.

Mejeng di depan Masjid Ramlie Musofa. Foto dokpri
Mejeng di depan Masjid Ramlie Musofa. Foto dokpri

Area masjid sangat ramai oleh pengunjung saat kami tiba. Aku dan rombongan bus 1 dan bus 2 hanya berkumpul di halaman depan masjid. Tak sempat ke dalam karena terbatasnya waktu yang menjelang maghrib.

Di depan tangga, sempat berfoto-foto. Kalau dilihat dari depan, masjid ini benar-benar megah. Arsitektur masjid sungguh menawan. Pasti keren kalau foto dari atas tangga.

Saking megahnya, masjid ini sering digunakan untuk foto2 prewedding. Aktor Roger Danuarta dan Cut Meyriska yang masing-masing berdarah keturunan Tionghoa dan Aceh juga foto prewed di sini.

Menariknya, katanya untuk menjaga toleransi dengan lingkungan sekitar, masjid ini hanya memasang pengeras suara pada bagian dalam saja.

Akhirnya seluruh rangkaian acara wisata religi ditutup dengan buka puasa bersama di Hotel Swiss-Belinn Kemayoran. Di hotel bergengsi itu,  kami menikmati beragam menu makanan yang terasa makin nikmat saking laparnya hehehe.

Buka puasa bersama di Hotel Swissbelt Kemayoran. Foto Muthiah
Buka puasa bersama di Hotel Swissbelt Kemayoran. Foto Muthiah

Catatan Kecil Kegiatan Wisata Religi Jakarta Utara

Pengalaman berwisata religi di kawasan Jakarta Utara ini, membuatku makin mengenal jejak-jejak bersejarah Islam dengan segala keunikannya.

Kegiatan Parekraf Jakarta Utara ini bagiku sangat bermanfaat, patut diacungi jempol. Menambah wawasan sejarah Islam di kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa, dan  perkembangan penyebarannya. 

Juga kisah-kisah inspiratif para mualaf seperti Ramli Rasidin dengan masjid yang dibangunnya atas kecintaan kepada Allah SWT.

Di sisi lain, lebih mengenal sisi-sisi bersejarah yang tak boleh terhapuskan. Kisah-kisah, narasi yang harus terus dirawat turun temurun melalui situs bangunan bersejarah.

Selain untuk menggenjot kepopuleran destinasi wisata di kawasan utara, juga sekaligus bisa meningkatkan daya tarik yang akan mengerek okupansi/ jumlah kunjungan wisatawan ke Jakarta Utara khususnya. Tentu secara ekonomi akan berdampak bagi perekonomian setempat.

Semoga program wisata relligi seperti ini bisa selalu digelar berkelanjutan.

Sedikit masukan saja untuk pelaksanaan kegiatan lanjutan.

  • Menurutku, kegiatan berkaitan wisata yang berunsur sejarah, lebih menarik dan "dalam" jika menyertakan narasumber dari sejarawan atau narsum lokal di setiap destinasi. Bisa menambah informasi lebih substantif.
  • Alokasi waktu kunjungan yang lebih terukur di setiap destinasi. Perhitungan efektivitas waktu, kalau perlu jumlah destinasi dikurangi. Agar lebih leluasa mengeksplore tiap destinasi.
  • Karena melibatkan banyak peserta (50an lebih), sepertinya pengeras suara tak mencukupi. Perlu alat bantu komunikasi nir kabel ke setiap peserta, agar tiap peserta tak ketinggalan informasi yang disampaikan pemandu.
  • Aku liat kegiatan wisata di Jakarta sering gencar dilakukan oleh suku dinas lain di Jakarta. Berharap program-program semacam ini tak putus digelar oleh Parekraf Jakut dengan tetap melibatkan generasi muda. Agar mereka mengetahui, mengenal sejarah sudut-sudut penting Jakarta Utara.

Akhir kata, aku ucapkan terima kasih perjalanan serunya. Lebih senang lagi kemarin, banyak mahasiswa, pelajar ikut serta. 

Buat teman-teman traveler, yuk wisata ke utara. Salam Wisata.

@rachmatpy @rahabganendra

Baca juga Artikel "Masjid-masjod Unik di Jakarta Utara" 

Aku dimana? Wisata religi bareng Suku Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Sudin Parekraf) Jakarta Utara, Sabtu 23 Maret 2024. Foto WKJ
Aku dimana? Wisata religi bareng Suku Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Sudin Parekraf) Jakarta Utara, Sabtu 23 Maret 2024. Foto WKJ

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kkn Selengkapnya
Lihat Kkn Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun