Mohon tunggu...
Rachmat Pudiyanto
Rachmat Pudiyanto Mohon Tunggu... Penulis - Culture Enthusiasts || Traveler || Madyanger || Fiksianer

BEST IN FICTION Kompasiana 201 AWARD || Culture Enthusiasts || Instagram @rachmatpy #TravelerMadyanger || email: rachmatpy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Kampoeng Gallery, Lahir dari Inspirasi Barang "Sampah"

13 Desember 2023   17:40 Diperbarui: 20 Juli 2024   03:36 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster di Kampoeng Gallery. DOKPRI

Ivan merasa sayang saja, kalau barang-barang antik bersejarah itu, dibuang begitu saja. Padahal nilainya, bisa berarti bagi orang lain.

"Di dunia tidak ada sampah, yang ada hanya salah tempat," demikian filosofi bijak Ivan yang dituturkannya kepada rombongan acara "Kotekatalks 14", Kompasianer Koteka yang berkumpul di salah satu ruang tengah Kampoeng Gallery.

Kotekatalks 14 di Kampoeng Gallery. DOKPRI
Kotekatalks 14 di Kampoeng Gallery. DOKPRI
Kira-kira yang aku pahami filosofi di atas adalah, bahwa benda-benda "sampah" itu apabila di tangan orang yang tepat, maka akan dihargai nilainya. Bukan lagi tanpa nilai. "Sampah".

Bagi Ivan, "sampah" merupakan salah satu yang membuat iklim dunia tidak stabil. Dia ingin menjadi bagian dari orang yang turut menyelamatkan dunia dari sampah.

Berawal dari hobi dan termotivasi kegelisahannya itu, Ivan mengumpulkan koleksi barang secondnya yang dimilikinya sejak SMA.

Dia  menyukai musik dan membaca. Pada zaman itu, untuk mengoleksi barang-barang itu, dia tak mampu membeli barang baru. Akhirnya Ivan suka membeli barang second di tukang loak.

Dari situlah dia mulai meminati barang-barang dari tukang loak.  Akhirnya "koridor" samping rumahnya menjadi tempat penampungan barang-barang second miliknya. Sekarang menjadi markas Kampoeng Gallery.

"Kami tidak pernah bermimpi, tapi kami punya mimpi yang terus kami jaga, kami gerakkan dalam tubuh dan pikiran kami." - Kampoeng Gallery.

Lambat laun, koleksi barang-barang second, antik Ivan bertambah.  Barang-barang itu datang dari mana saja. Dari siapapun yang menghibahkan, atau bahkan dibeli langsung dari orang yang menawarkannya.

"Boleh juga nitip jual di sini," kata pria berumur kepala 5 itu.

Sedikit banyak, Kampoeng Gallery menjadi semacam tempat "takdir pertemuan" antara "sampah-sampah" itu dengan orang-orang yang membutuhkannya. "Sampah-sampah" itu menemukan "tuan barunya." Dimana Kampoeng Gallery menjadi tempat pertemuannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun