Mohon tunggu...
Rachmat Pudiyanto
Rachmat Pudiyanto Mohon Tunggu... Penulis - Culture Enthusiasts || Traveler || Madyanger || Fiksianer

BEST IN FICTION Kompasiana 201 AWARD || Culture Enthusiasts || Instagram @rachmatpy #TravelerMadyanger || email: rachmatpy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Kampoeng Gallery, Lahir dari Inspirasi Barang "Sampah"

13 Desember 2023   17:40 Diperbarui: 20 Juli 2024   03:36 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang dan koleksi Kampoeng Gallery. DOKPRI

Kompasianer KOTEKA di Kampoeng Gallery. DOK Amelia
Kompasianer KOTEKA di Kampoeng Gallery. DOK Amelia
Ivan Moningka berkenan berbagi kisah kepada 10 kompasianer Koteka di markasnya. Kisah  yang dituturkan santai dengan suguhan, Kebab ala Batman (Batak Manado). Ini mah nama yang aku asal sebut saja ya. Karena istri Ivan, Pinta Simanjuntak asli Batak.  hehee.

Juga ada Mie Ayam sajian masakan Pinta dan kopi racikan Buatan Orang Rumah (BOR) yang kedainya berada di ruangan tengah Kampoeng Gallery.

Sebelum lanjut baca, boleh nonton video sekilas Kampoeng Gallery di bawah ini.


"Di Dunia Tidak Ada Sampah, yang Ada Hanya Salah Tempat"

Berawal dari barang-barang jadulan koleksi pribadi Ivan, menumbuhkan ide pada tahun 2010 silam, cikal bakal lahirnya Kampoeng Gallery yang resmi menyandang nama itu pada tahun 2013.

Sedikit demi sedikit, barang-barang "second" yang dianggap sebagai "sampah" itu, menjadi inspirasi tersendiri bagi Ivan.

"Sampah" yang dimaksud Ivan adalah barang-barang lama/ second yang umumnya tidak digunakan lagi dan dianggap "sampah". Umumnya karena dirasa para pemiliknya sudah tidak bermanfaat, dan layak dibuang. Seperti tape, kaset pita, CD (compact disk), yang di era digital tak "mendapat tempat" alias sudah tak digunakan lagi karena ketinggalan zaman.

Termasuk buku-buku/ koran terbitan lama, yang rerata sudah tak digunakan lagi, karena tergerus laju zaman.

Poster di Kampoeng Gallery. DOKPRI
Poster di Kampoeng Gallery. DOKPRI
Nah orang biasanya, harus berpikir ulang untuk menyimpan "sampah" barang jadulan itu. Kecuali membutuhkan tempat, juga dipikir-pikir, "Buat apaan barang-barang getu disimpan?"

Tentunya kecuali yang suka mengkoleksi karena nilai historis, kenangan, memoriesnya. Namun "sampah" itu diperlakukan berbeda oleh sosok pria asli Manado itu.

Sebagai seorang yang hobi mengkoleksi barang-barang bekas, Ivan gelisah, melihat nasib benda-benda antik yang semestinya memiliki nilai tinggi dan berharga. "Dibuang sayang," begitu kira-kira yang dirasakannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun