Mohon tunggu...
Rachmat Pudiyanto
Rachmat Pudiyanto Mohon Tunggu... Penulis - Culture Enthusiasts || Traveler || Madyanger || Fiksianer

BEST IN FICTION Kompasiana 2014 AWARD || Culture Enthusiasts || Instagram @rachmatpy #TravelerMadyanger || email: rachmatpy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Senjakala

7 Januari 2016   02:35 Diperbarui: 7 Januari 2016   02:35 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

*

/1/

tersebab tangis malam merajuk pada semesta
tergelincirlah sang surya di pelupuk alam raya
dan menari, menarilah kunang di altar taman-taman gulita
bernyanyi tentang kekuasaan baru yang menelurkan dunia

/2/

aku berkemas, dari nyanyian hati yang sedari dulu mengiang dengingan rindu
bagai camar yang merayu pada samudera hentikan ombak gaduhnya
lalu terbang melesat letih di sekujur pori syaraf-syaraf pelantun asmara
namun tidaklah lenyap, masih ada bercak-bercak tanpa noda yang tersisa

/3/

menuju redup senjakala
hidup apa gairahnya?
alang-alang bertanya
senja menggelengkan kepala

/4/

mungkin bunga-bunga yang mekar oleh matahari bukanlah surgaku
mungkin angin sepoi-sepoi penabur ingatan lama bukanlah pengasuh itu
mungkin gerimis kecil yang menghidupi tunas-tunas bukanlah air kehidupan bak susu ibu
mungkin senja di bibir cakrawala bukanlah pertanda malam menghampiri sedang merindu

/5/

mungkin karena tak ada dalam garis tanganku
dan diantara gelombang hitungan riak-riak waktu
di beberapa titik jalan, aku mesti sadari
bahwa seseorang tidak ditakdirkan dalam ruang hidup, meski ada di dalam hati

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun