Mohon tunggu...
Rachmat Pudiyanto
Rachmat Pudiyanto Mohon Tunggu... Penulis - Culture Enthusiasts || Traveler || Madyanger || Fiksianer

BEST IN FICTION Kompasiana 2014 AWARD || Culture Enthusiasts || Instagram @rachmatpy #TravelerMadyanger || email: rachmatpy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Artikel Utama

Selepas Kabut

16 Oktober 2015   22:02 Diperbarui: 17 Oktober 2015   19:46 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

kuntum bergumam tanpa tenaga
layu dan kian layu
kelopaknya redup tanpa sinar keemasan
rindukah dia pada matahari?
yang menghangatkan mahkota dengan cahaya warna warni

“hey, ada warna keemasan disana, pekat”

“itu bukan aku,” sahut kuntum terbata

kemarin mata telanjangnya menembus awan-awan penghalang
memandang lepas paras mentari terindukan
tak seperti kini
tersisa adalah perih dan pedih
dia kehilangan pandang sang pangerang terang

“aku menunggu selepas kabut”

entah kapan warna-warna pekat memedihkan mata akan lenyap
kuntum yang tak berkesudah kesabaran
menangis kering di sela nafas tersengal dan isyarat kegeraman

dulu sampah yang dibakar, sekarang para ‘sampah’ berpesta membakar

***
Jakarta – 16 Oktober 2015
@rahabganendra

Sumber gambar Ilustrasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun