***
pagi sudah berserapah pada debu
meski keringat belumlah menjadi deras peluh
mungkin itu menjadi nikmat
atau sekedar orasi penambah semangat
lalu sudahkah perutmu lapar, kawan
sepagi ini mestinya siap berdandan
tersenyum atas aroma di ajang tarung hidup
di metromini
di bus kota
di kereta kabel
di lintasan peristiwa nafas keseharianmu
sudahkah menyapa saudaramu, kawan
di balik atap indah mahligaimu
di simpang lampu merah
di pasar-pasar renta yang bergeliat sejak subuh
di ajang kerja sang mata pencahari
atau di jalan-jalan saat kakimu mengukurnya
atau sudahkah menilai pemimpinmu, kawan
di balik jeruji pagar-pagar istana
di selubung suara dengkuran gedung kura-kura
di ruang-ruang berlabel rapat kerja
ataupun sekedar negeri kecil, biduk rumah tangga
dan sudahkah menagih janji-janjinya untukmu?
...
aaah sudahlah
roda hidup tlah berputar
dan dirimu tertakdir sang motor pejuang
tak usah cengeng pada kiprah istana gading
ataupun gedung wakilmu yang bak peraduan nina bobo
apalagi meratap pada suratan hidup yang terkadang terasa perih
juga berandai-andai kejayaan pahlawan yang bersemayam di nisan tak bernama
sudahlah
pagi sudah jelang terik
api hidupmu sudah menyala, siap bekerja
***
Jakarta - 10 April 2015
@rahabganendra
Sumber Gambar Ilustrasi Foto Pribadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H