Mohon tunggu...
Rachmat Pudiyanto
Rachmat Pudiyanto Mohon Tunggu... Penulis - Culture Enthusiasts || Traveler || Madyanger || Fiksianer

BEST IN FICTION Kompasiana 2014 AWARD || Culture Enthusiasts || Instagram @rachmatpy #TravelerMadyanger || email: rachmatpy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Waspada! Minum Susu Memicu Kanker!

14 Juli 2013   12:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:34 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_266479" align="aligncenter" width="500" caption="http://1.bp.blogspot.com/-8Zh0XJonorM/T-nYrHcoEgI/AAAAAAAACv0/RmcCosdSlPI/s400/milk.jpg"][/caption]

Siapa yang tidak suka minum susu? Sebagian orang memang tidak menyukai aroma dan efek susu yang bikin mual alias enek. Namun mayoritas orang termasuk saya percaya bahwa kebiasaan minum susu adalah bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Susu dalam hal ini susu perahan sapi, adalah minuman sehat berkalsium tinggi. Apalagi untuk usia anak-anak, saat masa pertumbuhan.

Kacamata para ahli medis menyatakan kandungan kalsium, fosfor, magnesium dan protein dalam susu sangat penting untuk mencegah serangan osteoporosis (tulang keropos) di masa tua. Kalsium danfosfor juga bermanfaat untuk menjaga kesehatan gigi.

Namun beberapa waktu belakangan ini, para ahli memiliki pandangan yang berbeda, soal apakah susu punya nilai gizi pada tubuh manusia. Sebuah hasil penelitian dari Harvard School of Public Health di Amerika Serikat cukup mencengangkan karena memberikan beberapa argumen kelemahan dan bahaya mengkonsumsi susu.

Pertama, orang yang tidak toleran dengan laktosa tidak cocok minum susu. Intoleransi laktosa setelah minum susu dapat menyebabkan kram perut, kembung dan diare. Kedua, banyak produk susu mengandung lemak jenuh, penyerapan yang berlebihan dari lemak jenuh adalah faktor yang meningkatkan resiko penyakit jantung. Ketiga, peningkatkan kemungkinan kena resiko kanker ovarium. Keempat, kemungkinan meningkatkan resiko kanker prostat. Selengkapnya anda bisa baca di Susu Menyebabkan Kanker?’

Asumsi soal berbahayanya kandungan susu itu dikuatkan oleh David Ludwig, seorang profesor Universitas Harvard dalam makalah yang diterbitkan oleh "Journal of American Medical Association Pediatrics.” Dalam makalah yang mempertanyakan nilai gizi susu bagi manusia itu, Ludwig menyatakan minum susu tidak dapat mencegah masalah patah tulang pada orang dewasa. Bagi anak-anak susu mengandung gula tinggi, bila ditambah cookies memungkinkan kadar gula dalam seporsi makanan anak-anak menjadi terlalu tinggi.

Fakta-fakta negatif nan mengerikan yang memungkinkan menyerang tubuh manusia itu, akan terjadi seiring kualitas susu yang dikonsumsinya. Kualitas susu yang saya maksudkan adalah saat proses produksi susu tersebut. Beberapa penelitian terkait peternakan sapi perah menggunakan ‘bahan-bahan berbahaya’ atau obat-obatan berefek negatif’ dalam industri produk susunya. Susu sapi modern artinya yang diproduksi skala industri tidak menggunakan sistem alamiah lagi. Hal ini berkaitan dengan aspek bisnis dan komersialisasi. Tentunya akan menggunakan sistem yang menguntungkan dan seringkali mengabaikan kualitas dari produknya, dalam hal ini susu.

Riset literatur mencatat, penelitian yang dilakukan Universitas Harvard menemukan bahwa hasil produksi produk susu dari industri peternakan terkait dengan hormon yang menyebabkan kanker. Concentrated Animal Feeding Operation (CAFO) menilai peternakan model industri menyebabkan output susu mengandung estron sulfat tingkat tinggi, yang merupakan sejenis estrogen yang berhubungan dengan kanker testis, kanker prostat dan kanker payudara.

Catatan Cancer Prevention Coalition (Koalisi Pencegahan Kanker) menyebutkan bahwa para pekerja pertanian di Amerika Serikat menyuntikan genetika hormon pertumbuhan sapi (rBGH), untuk membuat sapi menghasilkan lebih banyak susu. Hormon ini berefek meningkatkan resiko kanker.Sapi yang telah disuntik hormon ini dapat menghasilkan 20% lebih banyak susu, tetapi hormon dapat merangsang lever hingga menyebabkan insulin-like growth factor 1 (IGF-1) meningkat. Insulin-like growth factor 1 (IGF-1) dalam susu tidak akan dicerna oleh tubuh manusia, tetapi dapat diserap dalam usus masuk ke dalam aliran darah dan mempengaruhi hormon lainnya. Bayangkan efeknya apabila susu ini dikonsumsi rutin dalam jangka bertahun-tahun. Mengerikan bukan!!

[caption id="attachment_266481" align="aligncenter" width="500" caption="http://4.bp.blogspot.com/-dnsXR7Tzf04/TctOkOeesRI/AAAAAAAAAhA/VNkUQ4c0MNo/s320/botol%2Bsusu.jpg"]

[/caption]

Masih segar dalam ingatan kita, kasus susu berformalin yang melanda Tiongkok beberapa tahun belakangan yang memakan korban jiwa bayi-bayi tak berdosa disana. Susu yang diolah dengan mencampurkan bahan formalin yang tidak layak dikonsumsi. Mengingat formalin adalah senyawa toksin yang beracun pada tubuh manusia. Efeknya adalah menyebabkan kanker karena bersifat karsinogen, sakit perut, iritasi pada kulit, kekurangan protein (proteinuria), kelebihan asam (asidosis), sakit kepala, dan paling fatal menyebabkan kematian. Lagi-lagi biang keladinya adalah sistem pengolahan yang tak bertanggungjawab. Kasus itupun menyebabkan ketidakpercayaan masyarakat disana terhadap produk negerinya sendiri. Hingga impor susu dari Eropa dan benua lainnya marak dilakukan. Dampak lain adalah fakta bahwa banyak kalangan kaya dan berduit di Tiongkok, menyewa ‘suster-suster’ penyedia Air Susu Ibu (ASI) yang dikonsumsinya. Mereka rela merogoh kocek dalam-dalam demi sebuah jaminan susu higienis. Baca tulisan di artikel kompasiana Orang Dewasa Menyusu’ ASI, Efek Fobia Susu Beracun?

Lalu darimana sumber susu yang beredar di masyarakat kita? Sungguh miris, ternyata kebutuhan susu dalam negeri masih bergantung pada impor. Ada sebanyak 70% pasokan susu di dalam negeri hingga saat ini masih bergantung dari impor. Hanya 30% saja yang bisa dipasok dari produksi susu lokal. Hal ini seperti pernyataan dari Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Rusman Heriawan pada Juni 2013 lalu. Baca ‘Miris, 70% Kebutuhan Susu di Indonesia Dipasok dari Impor.’

"Wah, lalu bagaimana kalau susu yang diimpor itu salah satunya produk industri susu berbahaya dari Tiongkok atau Amerika Serikat yang diteliti seperti tersebutkan diatas?"

Memang nilai gizi susu tidak bisa dipungkiri, namun perlu berhati-hati memilih produk olahan yang berkualitas. Setiap hari muncul beragam bahan makanan olahan yang bisa mempengaruhi kesehatan kita. Jika kita tak bisa menghindarinya mungkin lebih baik mempertimbangkan makanan lain sebagai sumber nutrisi. Sumber nutrisi alami dan higienis bebas dari bahan kimia. Apalagi di negeri kita yang kaya akan sumber alam ini, bisa digali berbagai sumber nutrisi yang aman. Misalnya saja jamur yang dibudidayakan skala kecil masyarakat di desa-desa kaki gunung Salak, Sukabumi. Jamur diolah menjadi menu pengganti daging. Beberapa telah digunakan di menu pembuatan bakso. Ekonomis dan tak kalah bergizi. Berbagai literatur, menyebutkan bahwa jamur mampu berperan sebagai anti kanker, anti virus, anti diabetes, anti kolesterol, dan mampu meningkatkan stamina dan kebugaran tubuh.

Ada lagi pengembangan susu kedelai yang tak kalah kandungan gizinya. Kandungan isoflavon dalam susu kedelai mampu mengatasi sindroma menopause dan juga mencegah osteoporosis. Susu ini bisa juga digunakan sebagai minuman pengganti susu sapi bagi penderita autisme.

Selain itu, belajar dari masyarakat Gunung Kidul di provinsi Yogyakarta, yang berhasil mengembangkan sumber nutrisi kaya protein dan bernilai ekonomis, yakni belalalang atau walang. Mungkin itu bisa menginspirasi siapa pun untuk lebih kreatif memanfaatkan sumber daya alam kita yang sangat melimpah. Baca artikelnya diSensasi Walang Goreng Gunung Kidul.’

Tubuh sehat adalah dambaan kita semua. Dan kitalah yang harus mewujudkannya dengan berusaha dan selalu waspada.

Salam Sehat dari Asal

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun