*
aku datang sahabat mengisi rongga rongga kering di sudut kota membawa pundi pundi berkah bagi masyarakat dusun dan desa memberi ruh kehidupan makhluk lereng lereng pegunungan di atas sana bersenda tawa dengan hijau pepohonan rahim alam nyata untukmu, aku bersuka senantiasa
menumpahkan rindu akan sahabat yang menunggu pada panggilan petani yang kering sawah ngluku pada gedung gedung kusam yang berselimut debu pada anak anakmu yang riang menari nari dengan rintik derasku pun pembasuh dahaga bagi segenap makhluk ciptaan Sang Maha Tahu
ah... aku selalu merindu saat saat manfaat dipetik dariku ketika nilai nilai dihargai segenap kalbu ah ... aku selalu merindu
apa lacurku ketika rintik hadirku lahirkan pilu dipandang sebelah mata ragu datangku disambut tak ramah perilaku dimana rindumu untukku? seperti yang dulu itu?
kau tanamkan bangunan kokoh sesak berbatu bukan lagi pepohonan rindang di taman dan sudut kota itu aku bersua tanah gersang gundul di sekitar kotamu bukan lagi tanah hamparan menghijau penyerapku aku berjumpa sampah menggunung di kali kali kota itu bukan lagi sungai yang lapang oleh hamparan materi airku
ah ... kau tutup jalanku untuk meluruh ke dalam bumi pertiwimu hingga tetesan tubuhku menggenangi jalan dan kediamanmu datangkan beragam wabah penyakit akut itu mengalirkan airmata pilu hingga merugikan yang bukan sifatku
ah ... aku selalu merindu menari dengan bocah bocah itu seperti waktu yang dulu kala tarian pemanggilmu merindukan hadirku
* Kota Hujan Bogor - 14 Januari 2014 Ganendra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H