Mohon tunggu...
Rachmat Pudiyanto
Rachmat Pudiyanto Mohon Tunggu... Penulis - Culture Enthusiasts || Traveler || Madyanger || Fiksianer

BEST IN FICTION Kompasiana 2014 AWARD || Culture Enthusiasts || Instagram @rachmatpy #TravelerMadyanger || email: rachmatpy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Syukur dalam Badai

22 Januari 2014   01:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:36 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13903277002037391515

riak riak peradaban bergelinjang dalam putaran waktu paras senang dan sedih berganti menyeka dalam deru laju berpadu dalam tangkup rangkaian unsur segala penjuru buah dari semesta yang bergulir perjalanan kembali menuju

airmata yang merebak dalam sela jari jemari alam penciptaan adalah kuasa kasih yang dikehendakan untuk pembelajaran pada jiwa, pada hati yang bergumul akan ragam cobaan beriring laju menyapu datangkan berlaksa rasa penderitaan

lahar yang tertumpah pada puncak puncak penggapai mega mengalir hadirkan nestapa pupuskan harapan insan asa akan tanamkan raga kasih pada nisan nisan bianglala hingga jiwa mengerti akan nyata diantara fatamorgana

bukan semu belaka yang ada teguh lurus diantara sesat berhala berbaik rasa karsa senantiasa kerana baik dan buruk ada adalah pengaturaNya

mengerti dan sadari pada kelas kelas kehidupan uji coba dan belajar sabar pada bulan sabit yang merangkak beranjak purnama pun pada keteguhan air setiti menerobos celah jalan lajunya atau berguru pada matahari yang hangat menghidupi dunia hingga semua adalah terang cahaya pada waktunya

belajar percaya apa yang terjadi pada penciptaan antara hitam putih dalam dimensi peradaban antara tenang menghanyutkan ataukah badai topan meluluhlantakkan

kerana andaikan ada keheningan biarkanlah dia mengembang, hingga akan muncul geliat kehidupan dan andaikan ada badai goncangan biarkanlah dia mengaum, hingga akan menemukan ketenangan kiranya ini sebaik baik syukur pada penciptaan

* Jakarta - 22 Januari 2014 Ganedra

Sumber Gambar Ilustrasi

Baca juga Puisi:  Bunga Merintih dan  Bunga Jelata

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun