*
hembus berhembuslah angin yang menyapu luka luka waktu diantara sayup rintihan dewi rembulan yang membisu pada fatamorgana yang membiaskan kenyataan menipu beralas nestapa di hamparan tiang tiang lusuh tak berbatu
rintih ratapan itu bukanlah nyanyian manipulasi yang berdendang menawarkan harga diri yang kau eja semau mau hati di tengah sorai penguasa belagu bernisan nurani pada sarang para penyamun istana banci
bunga jelata pilu dirundung sedan sedu atas dzolimnya setiap jengkal waktu dalam istana berbalut wajah wajah palsu yang kosong hati lupa pesan nurani Ibu yang kosong kepala alpa akan nilai sejati hidup itu
terang kemana kau pergi? tinggalkan jejak gelap yang tak tersudahi hingga bunga jelata itu menangis bertubi tubi dalam kuncup kuncup yang dulu indah mewangi layu tanggalkan sari indah sang bidadari akan pengayom yang tlah mati hati nurani
Tuhan penguasa segala waktu Maha Pengatur sempurna baik buruk itu yang mungkin bosan diantara rimba istana tak bermutu tapi tidak dengan bunga jelata akar rumput satu yang selalu dalam rengkuhan lengan lengan kasihMu
bunga jelata bunga kecil teruslah mekar berbunga indah nan mungil dalam luka luka terpaan martil penguasa lalim dan bathil yakinkanlah ... Tuhan masih Maha Adil
* Jakarta - 21 Januari 2014
Sumber Gambar Ilustrasi