***
kukasihi dengan tulus dalam limpahan waktu manis bersahaja
setiap masa dari tubuhku yang kian renta
bergulir mencumbu takdir indah para generasi muda
bertumbuh tunas tongkat merah putih wibawa
dialah anakku saudara
dia yang kuhangatkan dengan sinar mentari pagi pilihan
kusuapi dengan nutrisi biji biji padi unggulan
kusirami setiap detik dengan air telaga murni kahuripan
hingga tak pernah dahaga ada terasakan
dia anakku
yang kutimang timang sejak kecil dulu
pelipur lara setiap bencana menggenangi tubuh tuaku
atau kala tangisnya merajuk pada sang ibu
dan derai tawa bak peri peri kecil dari langit ketujuh
dia anak bangsaku
yang tumbuh dengan ruh kasih para ibu
tercipta dari orang tua yang berhati cinta suci kalbu
yang datang berlagukan irama senandung indah sakral lagu
beriring munajat doa para dewa dewa leluhur dulu
dialah pewaris tanah tanah mulia nusaku
dia anakku suci
yang lahir dari rahim rahim perempuan fitri
lalu kenapa kau biarkan titian waktu merajam menodai?
kau biarkan anak anakku berseteru saling beradu membenci
berjibaku tumbuhkan hati dengki hilang rasa mencintai
tumpahkan nafas nafas belia hingga mereka ... mati
dia anakku, anak kita
yang tercipta dari agungnya insan mulia
lalu kenapa kau biarkan dia terlecehkan oleh para durjana?
terenggut hak hak masa kanak kanak yang dipunya
tanpa kuasa sedikitpun pengayoman terminta
hingga tumbuh generasi salah rasa
membenci saudara sebangsa
musuhi pada sesama