***
bangun bangunlah, anak kesayangan Ibu
sebentar lagi cahaya mentari tiba terhitung sang waktu
kau harus bersiap anakku
segera ambil peralatan senjatamu
bergegas keluar dari istana kolongmu
sebelum ayam berkokok merebut rejekimu
*
langkah kecil kaki menyambut keras pagi ibukota
aroma peluh bercucuran diantara desahan nafas belia
anakku sang penguasa jalanan bus kota
sepanjang waktu bergulir diantara debu debu derita
bergelantungan
berhimpitan
berdesakan
menemani sang mentari dari fajar hingga terbenam cakrawala
mengais harapan di telatah jalanan hingga senja
keras kehidupan tak seperti kisah dongeng sang ibunda
yang lagukan kisah negeri impian makmur sentausa
yang nyanyikan legenda para leluhur bijak berwibawa
dibawah negeri yang konon makmur kerajaan bertahta
*
ibu, asonganku habis dipalak preman
gerombolan pasar yang bermabukkan
tak ada lagi lokasi aman tuk berjualan
meski pos pak polisi bertebaran
ibu, asonganku jatuh berantakan
saat kuberlari dikejar aparat penertiban
tak ada lagikah tanah terbagi untuk rejeki kecil kecilan
sekedar penyambung nafas harta yang tertinggalkan
ibu, dongengkan tentang negeri impian
yang aman, tentram penuh cinta persaudaraan
aman oleh gagah berani sang pangeran
tentram oleh naungan raja bijaksana yang penuh kepedulian
persaudaraan cinta oleh putri baik hati di taman khayangan
Ibu, kapan kita hidup di negeri impian?
***
Jakarta - 9 Mei 2014
Ganendra
Sumber Gambar Ilustrasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H