***
angin mengantar jiwa murni
senyumnya laksana rekah bunga di ujung pagi
hening
harmonis
alami
terbuai dalam pelukan langit dan bumi
manusia
jiwa jiwa mulia
bahwa ia bisa bebas bak burung mengangkasa
bahwa ia sanggup baik bagai ikhlas ikan dijaring nelayan penjelajah karang samudera
bahwa ia mampu sabar bagai mentari dan rembulan yang tak pernah bersua
tanpa rasa pamrih sinari semesta
manusia
jiwa jiwa lupa
watak hakiki karam ditelan limbah dunia
sinarnya tersapu kabut debu dan kotoran jelaga
mata terang berubah menjadi jalang murka
senyum cemerlang menjelma angkara
jiwa tak lagi murni dan sederhana
oleh rasa kebencian
oleh ambisi kepentingan
oleh nafsu nafsu setan keinginan
oleh syahwat syahwat pesona kekuasaan
tengok ke dalam hati
relung bilik sanubari
ladang suara suara baik murni
tepiskan segala virus nurani
tanyakan pada diri, sudahkah welas asih itu pergi?
jika ada
kuaklah polusi limbah dunia
basuh substansi hitam dalam percikan ayat doa
leburkan segala rasa pada rengkuh tangan kasih semesta
penyangga hangat kala khilaf, sesat dan lupa
kukuh di jalur terjal lorong langit dewa
dalam nafas SejatiNya
pada hembusan nurani BaikNya
atas wibawa Sabar welasNya
***
Jakarta - 25 Mei 2014
@rahabganendra
Sumber Gambar Ilustrasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H