***
kerontang dahaga merayap di sekeliling benak jiwa
kosong menapak jalan terjal takwa
senja berlabuhkan seonggok hati terisak dera
pada jarum waktu yang merajam ruang ruang bahagia
dibawah belenggu
perisai tlah rapuh dimakan waktu
hingga gelap sembunyikan gempita terang langit biru
di ujung lidah harapan yang merajuk kelu
buntu
pada sejumput jiwa yang tercipta
atas tangan tangan kekar berbulu domba
pupuskan asa yang menggelayut di angan angkasa
sekian lama saat bait berkumandang suci santun menghela
pada dua nafas hembuskan padu rasa
di pelataran altar percikan dewa
sutra lusuh berbayang kenangan
memenggal kasih yang pernah terbangun harapan
hingga mekar layu menjelma kuncup penderitaan
nestapa yang digoreskan luka luka pengkhianatan
atas sosok yang dulu pernah dielu sang pangeran
badai derita tiada abadi
perih takkan kekal menyimpan nyeri
benci akan selalu terpupus terkubur nisan mati
sisakan sebongkah emas hati
*
kerontang dahaga merayap di sekeliling benak jiwa
kosong menapak jalan terjal takwa
senja berlabuhkan seonggok hati terisak dera
pada jarum waktu yang merajam ruang ruang bahagia
***
Jakarta - 14 Juni 2014
@rahabganendra
Sumber Gambar Ilustrasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H