****
Christin meringkuk nyaman di pelukan mamanya. Mata kecilnya, sayu menatap lampu-lampu gemerlap di ruang tamu. Sebuah pohon berhias menyambut hari suci. Tak ada kata dan kalimat terucap beberapa saat. Bibir mungilnya tersenyum diantara mata yang berkaca-kaca.
"Papa gimana disana Ma," kalimat itu meluncur lirih dari bibir anak 8 tahun itu.
Mamanya tersenyum, tanpa menjawab. Ia mengecup dahi putri semata wayangnya itu. Putri yang dirawat sendirian sejak suaminya meninggal 3 tahun silam. Dia bersyukur, meski dalam kondisi pas-pas-an, putrinya sangat memahaminya. Tak banyak menuntut dan sayang padanya.
Tanpa jawaban mamanya, Christin mengerti. Ingatannya menerawang kejadian siang tadi.
***
"Apa ini, Dito?"
"Untukmu Chris," jawab Dito teman sebangkunya.
Bungkusan kecil itu bersampul kertas putih. Tak cukup rapi. Christin tahu, pasti Dito sendiri yang membungkusnya. Tak ada tulisan lain selain, "Buat Christin". Christin semakin penasaran soal isinya. Dito hanya tersenyum saat ditanya.
"Ayo pulang," ajak Dito.