***
nafas perawan mengukur tanah tanah sederhana
di lembah ngarai pengharapan
bersamudera peluh bersahaja
dalam tebaran hijau lahan-lahan siti kehidupan
senyum mencacah langit perdikan
bayang-bayang asa mekar membuncah lumbung harapan
jari jemari menyusun putih bulirnya batang-batang berisi
karunia dewi menjelma pada untaian padi
"bukankah ini keindahan?"
sementara seruling bersajak nada
dari untaian sabda alam sang gembala
dengungkan gita jelita ke lembah dan gunung muara
diantara kicau burung-burung pemungut serpihan lagu suka
"aku pemimpi dusun"
gumam perawan pemanggul bakul bambu di ujung sungai nadi
tiada pernah lelah menganyam kisah perca mimpi-mimpi
di pematang basah beraroma tulus seadanya
tanpa pernah risau runyamnya sudut-sudut kota
dan kejamnya manusia
yang jauh terbayang di benak kepala
"aku pemimpi dusun"
perawat setia paras sang dewi sri
dan akan begitu
hingga bulir bahagia mengeriput renta
dan menyimpan sejuta makna
akan belas kasih hati nan jelita
***
Jakarta - 5 Februari 2015
@rahabganendra
Sumber Gambar Ilustrasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H