Mohon tunggu...
R Agung Prapto S
R Agung Prapto S Mohon Tunggu... Guru - Guru

Seorang guru dan penulis pemula

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menyajikan Kelezatan Kuliner Betawi: Ujian Praktik PLBJ SDN Serdang 01 Pagi

20 Maret 2023   17:22 Diperbarui: 20 Maret 2023   17:39 2558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ujian Praktik PLBJ. Dokpri

Pada hari Rabu, 15 Maret 2023, SDN Serdang 01 Pagi menyelenggarakan ujian praktik mata pelajaran Pendidikan Lingkungan dan Budaya Jakarta (PLBJ). Tema ujian praktik kali ini adalah kuliner Betawi. Hari ini adalah hari terakhir pelaksanaan Ujian Praktik, karena ujian praktik telah dimulai pada tanggal 6 Maret 2021.

Adapun mata pelajaran yang diujipraktikkan yaitu Pendidikan Agama, Bahasa Indonesia, Ilmu Pengetahuan Alam, Seni Budaya dan Prakarya, Pendidikan Jasmani dan Olahraga Kesehatan. Guru penguji diambil dari guru kelas lain sesuai jadwal kosongnya, sehingga tidak mengganggu proses belajar mengajar kelas lain. Dan tentu guru bidang studi sesuai mata pelajaran yang diampu yaitu PJOK dan Pendidikan Agama.

Kembali tentang ujian praktik PLBJ, sesuai dengan tema kuliner Betawi maka para peserta didik diminta untuk membuat tiga (3) menu wajib dan tiga (3) menu pilihan. Menu wajibnya adalah gado-gado (materi kelas 4), asinan buah (materi kelas 5) , dan es selendang (materi kelas 6). Sedangkan menu pilihan adalah akar kelapa, bir pletok (materi kelas 5), kembang goyang.

Kepala Sekolah SDN Serdang 01 Pagi, Ibu Ida Handini, S. Pd, mengatakan bahwa ujian praktik PLBJ bertema kuliner Betawi ini merupakan salah satu upaya dari sekolah untuk memperkenalkan dan melestarikan kekayaan kuliner Indonesia, khususnya makanan tradisional Betawi. Beliau juga berharap agar para siswa dapat mengembangkan kemampuan mereka di bidang kuliner dan menghasilkan karya-karya kuliner yang kreatif dan otentik di masa depan.

Mereka diharapkan mempersiapkan bahan-bahan yang diperlukan, peralatan memasaknya dan peralatan menyajikan makanannya. Waktu yang diberikan adalah maksimal tiga jam untuk mempersiapkan bahan-bahan dan peralatan yang dibutuhkan dan memasak makanan.

Adapun kriteria penilaiannya adalah hidangan dan penyajian. Aspek penilaian dari hidangan adalah makanan dan minuman tersaji lengkap, sedangkan kriteria penyajian adalah tampilannya menarik dan rasanya enak. Hal ini disampaikan oleh guru kelas 6A yaitu Bu Tuti Widiastuti, S.ST dan guru kelas 6B yaitu Bu Asri Anita, S.Pd  kepada guru-guru yang menjadi guru penguji saat rapat dinas.

Peserta didik dibagi per kelompok yang terdiri dari 6 orang peserta didik. Karena jumlah peserta didik kelas 6 ada 60 peserta didik, maka diperoleh 10 kelompok. Dan di dalam 4 kelompok terdapat masing -masing satu peserta didik yang berkebutuhan khusus. Hal ini bertujuan agar peserta didik tersebut merasa terayomi dan tidak terasingkan. Sebagai sekolah penyelenggara pendidikan inklusi, alhamdulillah sudah tidak terjadi bullying terhadap peserta didik yang berkebutuhan khusus.

Dokpri. Kelompok 1
Dokpri. Kelompok 1

Tema kuliner Betawi bertujuan menguji kemampuan siswa dalam mengolah makanan tradisional Betawi dengan baik dan benar. Dan menumbuhkan rasa kepedulian terhadap eksistensi kuliner lokal di tengah gempuran kuliner asing. Ibarat pepatah tak kenal maka tak sayang. Dengan mengolah menu kuliner Betawi diharapkan suatu saat mereka dapat berinovasi terhadap menu yang ada, sehingga dapat tampil kekinian dan tidak terlihat kuno.

Selama ujian praktik, para siswa terlihat sangat antusias dalam mempersiapkan hidangan yang menjadi pilihannya. Setiap tahapan memasak hingga menyajikan dilakukan secara cermat untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang dapat mempengaruhi kualitas makanan yang dihasilkan. Aspek higienitas juga diperhatikan agar makanan yang dihasilkan terjaga kesehatan dan kesegarannya.

Setelah batas waktu selesai, maka seluruh peserta diharapkan menyajikan hasil olahannya di tempat yang mereka pilih. Penampilan makanannya harus memperhatikan komposisi dan keindahannya. Dalam bahasa kuliner dikenal dengan istilah plating dan garnish.  Setiap kelompok membuat satu porsi dari setiap menu kemudian dibawa ke depan guru penguji untuk dinilai.

Kelomopk 2. Dokpri
Kelomopk 2. Dokpri

Ada satu kelompok yang menghias mejanya dengan ornamen khas Betawi yaitu gigi belalang. Ada yang dihiasi dengan bunga warna-warni. Setiap meja kelompok mempunyai daya tarik sendiri, sesuai dengan kreatifitas mereka menghias meja sajinya Kesan secara keseluruhan adalah mereka sangat bersungguh-sungguh mempersiapkan ujian praktik kali ini. Bahkan ada peserta didik yang pada hari Sabtu dan Minggu mendekor mejanya mereka.

Tampak peserta sangat gembira sekaligus berharap cemas. Gembira karena mereka mampu menyajikan olah menu tradisional Betawi. Perasaan cemas yang muncul lebih diakibatkan ketidakpercayaan diri terhadap rasa dan kualitas hidangan yang tersaji.

Kelomopok 3. Dokpri
Kelomopok 3. Dokpri

Perlu diketahui juga bahwa mereka diharuskan memasak dalam 7 porsi saja. Ketentuan tersebut berdasarkan pemikiran bahwa setiap kelompok akan menikmati hidangan mereka sendiri, bukan hanya sekedar memasak saja. Sedangkan yang satu porsi adalah untuk guru penguji, yaitu Bu Amini Agustina. Aturan ini dibuat dengan tujuan menghilangkan kesan bahwa guru-guru di sekolah menikmati hidangan yang tersaji. Dengan demikian stigma negatif kegiatan ujian praktik kuliner adalah menjamu guru-guru di sekolah bisa dieliminir.

Saya sempat bertanya kepada Soraya kelas 6B tentang kesan ujian praktik ini. Jawabannya adalah seru dan mengasyikan. Asyiknya karena kita dapat makan bersama teman-teman. Ini yang akan jadi kenangan yang tak pernah dapat terulang. Hmm...benar juga. Pengalaman tersebut juga penulis rasakan saat kelas 6 SD dahulu hingga sekarang. Tak terlupakan

Dokpri
Dokpri

Demikianlah upaya mengenalkan kuliner tradisional Betawi bagi peserta didik kami. Memang ini bukan satu-satunya cara agar peserta didik mengenal dan menyukai makanan tradisional Betawi. Akan tetapi setidaknya inilah yang sekolah dapat lakukan. Yuk lestarikan kuliner tradisional agar tidak punah di masa yang kan datang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun