Mohon tunggu...
R Agung Prapto S
R Agung Prapto S Mohon Tunggu... Guru - Guru

Seorang guru dan penulis pemula

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Seluk Beluk Penulis di Penerbit Mayor

8 Maret 2023   22:57 Diperbarui: 8 Maret 2023   23:18 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Resume ke     : 26

Gelombang    : 28

Tanggal           : 8 Maret 2023

Tema                : Menjadi Penulis Penerbit Mayor

Narasumber  : Joko Irawan Mumpuni

Moderator     :   Raliyanti

Tema malam ini seperti membaca alam bawah sadar para penulis khususnya peserta KBMN yang belum pernah menulis alias penulis pemula. Mereka membayangkan dengan mengikuti kelas ini kan berubah menjadi penulis yang menghasilkan karya bermutu dan penulis sukses. Gambaran akan menjadi tenar dan mempunyai reputasi bagus, mempunyai penghasilan dari royalti yang diterima, kenaikan jenjang karir, serta berhasil membuat karya monumental.

Harapan founder serta narasumber KBMN tentu sejalan dengan impian para peserta kelas ini. Wadah ini bertujuan menghasilkan penulis dengan karya yang sukses dan produktif. Sebuah tujuan mulia yang harus terpatri di hati para peserta agar mampu menyelami makna tujuan didirikan kelas ini, sehingga menjadikan motivasi tersendiri di hati mereka.

Sesi kali ini dipandu Ibu Raliyanti dengan menghadirkan Direktur Penerbitan dari Penerbit ANDI Yogyakarta, yang juga menjadi anggota Dewan Pertimbangan IKAPI DIY, penulis buku bersertifikat BSNP dan Asesor BNSP. Narasumber yang klop dengan tema malam ini karena berasal dari profesional dunia penerbitan.

Sebelum terjun ke medan laga penulisan, ada baiknya penulis memahami seputar dunia penerbitan sehingga diharapkan kelak mampu mengambil ceruk pasar sesuai dengan keahlian atau bidang penulisannya. Atau jika pun harus masuk ke jenis buku yang sama, mereka akan menuliskan dengan gaya unik, populer dan bernilai jual tinggi, sehingga penerbit mayor tidak mampu lagi untuk menolak menerbitkan karyanya.

Pak Joko memulai menampilkan slide tentang dunia penerbitan yang terdiri dari penulis, editor, layouter, ilustrator dan desain grafis. Penerbit adalah industri kreatif yang selalu menuntut unsur kebaruan, kekhasan serta daya tarik.

Dua kategori besar jenis buku adalah buku Teks (buku sekolah-kampus) dan buku Nonteks (buku-buku populer). Buku sekolah disebut buku pelajaran sedangkan kampus disebut buku Perti (perguruan tinggi). Buku Nonteks dibagi dua lagi menjadi buku Fiksi dan Non Fiksi. Sehingga grafisnya akan tergambar seperti ini:

Lalu apa yang harus kita tulis agar karya kita menjadi best seller. Pak Joko kembali mengeluarkan hasil survey terhadap perilaku pembaca di Indonesia. Tergambar jelas bahwa buku yang paling banyak dibeli adalah buku biasa di toko buku dengan angka 73% sementara paling kecil adalah audiobook sebesar 1%. Faktor utama pembeli buku adalah desisi sendiri sebesar 49% yang disusul harga diskon sebanyak 43% responden menjawab itu. Sedangkan genre buku yang paling populer menurut angka persentase tertinggi yaitu thriller, sci fi dan fantasi, sejarah, romansa, petualangan, klasik, komik, kriminal, modern dan puisi.

Pada slide berikutnya tampak digambarkan tentang opini harga buku yaitu harganya murah 57%, harganya masuk akal 27%, dan yang mengatakan harga terlalu mahal hanya 6%. Wah sebuah hasil survey yang membuat kalangan industri penerbitan cukup lega. Adapun alasan orang membeli buku hampir setengah responden menjawab karena suka membaca, diikuti belajar/bekerja, menghilangkan stress dan terakhir untuk hadiah.

Hasil yang cukup membuat kita sedih adalah frekuensi orang membeli buku yaitu lebih separuh responden menjawab beberapa kali dalam setahun (56%) dan paling sedikit yaitu membeli sekali dalam dua minggu (4%). Data yang membuat kita prihatin. Pertanyaan tentang jenis buku apa yang paling diminati, dijawab responden dengan fiksi sebanyak 75% dan non fiksi 41%.

Penulis juga diberikan gambaran tentang bagaimana menghasilkan buku, ada yang menulis sendiri, berkolaborasi dengan orang lain baik dua orang, kerja sama dengan lembaga, kampus, atau pun dalam konsorsium penulisan. Namun terlepas dengan siapa kita menulis, yang paling penting adalah mengukur level diri kita.  Ada di level berapa kita saat ini?Perhatikan ilustrasi berikut ini:

Tantangan lain yang mesti calon penulis hadapi adalah hambatan pertumbuhan dalam industri penerbitan/literasi yaitu minat baca yang terdiri dari budaya baca, kurangnya bahan bacaan, kualitas bacaan, minat tulis yang terdiri budaya tulis, ketidaktahuan prosedur menulis maupun menerbitkan, dan adanya anggapan yang salah terhadap dunia penulisan dan penerbitan, terakhir apresiasi hak cipta yang terdiri masalah pembajakan, duplikasi non legal, serta perangkat hukum.

Penulis juga hendaknya tahu bagaimana sistematika lahirnya sebuah buku. Perhatikan ilustrasi berikut ini:

Ternyata untuk mengubah naskah menjadi sebuah buku membutuhkan perjalanan yang kompleks jejaringnya.

Setelah kita paham bagaimana gambaran dunia penerbitan dan perilaku konsumen buku, maka kini saatnya kita tentukan kemana naskah karya kita kan diterbitkan. Penulis hendak selektif dalam menerbitkan karyanya. Pilihlah penerbit yang mempunyai ciri-ciri memiliki visi dan misi yang jelas, memiliki business core lini produk tertentu, pengalaman, jaringan pemasaran, memiliki percetakan sendiri, keberanian mencetak dalam jumlah besar serta jujur dalam pembayaran royalti. Jika menemukan penerbitan demikian, maka tak usah diragukan lagi untuk menyerahkan urusan penerbitan karyanya kepada penerbit tersebut.

Tahukah kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapapun? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi sampai jauh, jauh di kemudian hari   (Pramoedya Ananta Toer 06 Februari 2006)

Lalu kriteria apalagi yang harus penulis hadapi ketika akan menerbitkan naskahnya. Karena banyak naskah yang juga hendak diterbitkan. Sebuah naskah akan dilihat dahulu editorialnya (10%), peluang potensi pasar (50%- 100%), keilmuan bobotnya 30%, serta reputasi penulis berbobot 10%- 100%.

Ada 4 kuadran tipe naskah yang akan diterbitkan yaitu Tema Populer dengan Penulis Tidak Populer, Tema Tidak Populer dengan Penulis Tidak Populer, serta Tema Tidak Populer tetapi dengan Penulis Populer, serta kuadran yang paling bagus adalah Tema Populer dengan Penulis Populer. Lalu posisi kita ada pada kuadran berapa?

Terkait tema populer kita dapat menggunakan bantuan aplikasi Google Trends. Di sana tergambar dengan jelas genre, tema atau topik yang menjadi trends dalam periode tertentu. Ada tema yang hanya berumur sesaat, ada juga tema yang berumur panjang alias bertahan sepanjang masa.

Tingkat kepopuleran penulis dapat kita telusuri dengan bantuan Google Scholar/Cendekia. Bagi penulis pemula ini menjadi sebuah momok yang cukup berat untuk dilalui. Tidak mudah menggapai tingkat kepopuleran, namun tidak usah berkecil hati. Karena penulis yang populer juga dulunya mengalami tahapan yang sama. Jadi tetaplah berani untuk mencoba dan tidak putus asa. Kadang penulis pemula itu bak emas yang ditemukan di dalam lumpur.

Gaya selingkung yang dipakai penerbit Andi adalah menyesuaikan gaya selingkung penulis. Selingkung bermakna tata cara atau gaya penulis yang khas dan identik. Umumnya terkait diksi dan format penulisan.

Berikut ini adalah perbedaan antara penulis berpikir idealis dan penulis berpikir industrialis

No

Penulis Berpikir Idealis

Penulis Berpikir Industrialis

Penulis Idealis-Industrialis

1

Tidak begitu memperhatikan pasar

Sangat memperhatikan pasar

Tetap memperhatikan pasar, tetapi berani ambil sikap berbeda

2

Tidak suka intervensi pihak lain

Terbuka terhadap intervensi pihak lain

Meskipun menerima intervensi, tetapi pendiriannya kokoh

3

Tidak begitu mementingkan imbalan finansial

Mementingkan imbalan finansial

Imbalan finansial penting, tetapi kualitas juga diperhatikan

4

Kesempurnaan lebih penting jika dibandingkan dengan produktivitas

Sering kali kesempurnaan karya tidak lebih penting dari produktivitas

Keseimbanagan antara kesempurnaan dan produktifitas

Pak Joko memberikan dorongan untuk tetap menulis dengan tiga kutipan motivasi yaitu :

  • Orang boleh pandai setinggi langit tapi selama ia tak menulis ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah" (Rumah Kaca halaman 352) Pramoedya Ananta Toer
  • Bila kau bukan anak raja juga bukan anak ulama besar maka menulislah.  (Al Ghazali)
  • Katakan pada Dilan yang berat itu bukan rasa rindu tetapi menulis buku biarlah aku saja yang menanggungnya"

Menulis itu tidak perlu persiapan, tidak ada syarat-syarat khusus. Maka mulai sekarang menulislah, karena salah pun masih bisa dikoreksi. 

Begitulah Pak Joko memberikan  closing statement  pada sesi malam ini. Pemaparan yang jelas, lengkap serta mudah dipahami.  Semoga menjadi  dasar pijakan kita ketika hendak menerbitkan buku kelak.

Sumber :  WAG Kelas Belajar Menulis Nusantara 28,   8 Maret 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun