Mohon tunggu...
R Agung Prapto S
R Agung Prapto S Mohon Tunggu... Guru - Guru

Seorang guru dan penulis pemula

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Titik Kumpulnya Sepi

28 Januari 2023   22:56 Diperbarui: 28 Januari 2023   23:03 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari Kamis malam tepatnya  pukul 19.36 yang lalu saya terperanjat ketika Mas Andik mengirim pesan di WA Grup Prajab 21.  Beliau memberi kabar bahwa teman prajab kita yang bernama Asep Supriyatna meninggal dunia.   Riuhlah grup yang biasanya sepi dengan  pertanyaan tentang kebenaran berita tersebut.  Mereka tidak percaya dengan kabar tersebut karena Pak Asep masih sangat muda dan enerjik.  Namun kenyataan telah membuktikan bahwa kang Asep telah tiada.  Ucapan Innalillahi wainailaihi roji'un pun segera memenuhi pesan di Grup WA disertai doa terbaik dari teman-teman.

Singkat cerita akhirnya diputuskan untuk takziah ke rumah duka pada hari Sabtu ini, karena teman-teman masih aktif di kedinasan masing-masing di hari Jum'at.  Dan menurut informasi pihak keluarga, jenazah akan dikuburkan pukul 10.00.  Jadi mustahil untuk berkunjung ke sana pada hari Jum'at. Rumah duka terletak di daerah Tanah Baru Depok.  Oleh karena itu, untuk kebersamaan akhirnya disepakati tikumnya di kawasan Perkampungan Budaya Betawi Srengseng Sawah Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Rintik hujan mengiringi keberangkatan saya bersama istri berangkat menuju lokasi.  Bahkan ketika sampai di jalan Kalimalang hujan turun sangat deras sampai jarak pandang cukup terbatas. Akhirnya kami berdua sampai di titik kumpul lebih awal.  

Sambil menunggu teman-teman akhirnya kami berdua berjalan ke Setu Babakan yang berada tepat di belakang Kompleks Perkampungan Budaya Betawi.  Karena suasana hujan, maka Setu tampak sepi.  Bahkan warung -warung yang biasa menjajakan aneka makanan dan minuman di sekeliling setu masih banyak yang tutup.  Hanya ada beberapa yang sudah buka. Terlihat sekelompok pengendara motor sport sedang berkumpul di salah satu warung yang sudah buka.


Setelah dirasa cukup, akhirnya kami putuskan untuk kembali ke kompleks Perkampungan Budaya Betawi.  Jujur ini adalah kunjungan saya yang pertama kali. Sedangkan istri saya adalah yang ke dua kalinya.  Begitu masuk pintu gerbang, kami disambut oleh petugas jaga dengan senyum ramahnya.  Kami ditanya ada keperluan apa?  Kami jawab menunggu teman yang akan takziah. Petugas menjelaskan bahwa kali ini tidak ada pertunjukan atau kegiatan di area tersebut.  Museum pun tutup karena para petugas sedang mengikuti kegiatan Excellent Service di wilayah Puncak Bogor.  

Petugas pun mempersilakan kami parkir di area yang ditentukan.  Sambil menunggu teman yang belum muncul juga, akhirnya kami minta izin untuk masuk dan melihat-lihat fasilitas apa saja yang ada di tempat tersebut.  Selain kami, tampak ada 4 orang berbaju kebaya seragam sedang berfoto diri di depan Museum Betawi. Meskipun gerimis, ternyata tidak menyurutkan mereka untuk berkunjung ke sini.

Karena kedinginan, maka saya menuju ke toilet untuk buang air kecil. Dengan mengikuti papan petunjuk yang jelas dan mudah ditemukan, kami menuju bangunan yang dijadikan toilet.  Saya kagum dengan konsep pelayanan di toilet yang menyediakan fasilitas bagi pengunjung disabilitas. Namun ketika masuk ke dalamnya saya miris karena ternyata fasilitas yang bagus kurang terawat.  Terkesan jorok di lubang closetnya.

Kemudian kami mengelilingi bangunan yang di ada. Tata letak dan konsep pertunjukan di sini cukup megah. Ada ampitheatre, ada museum, rumah adat Betawi serta beberapa bangunan penunjang lainnya.  Semua tertata rapi dan tampak bersih. Ditambah lagi dengan keasrian pepohonan hijau yang tumbuh subur.  Maka tak salah jika tempat ini dijadikan kawasan wisata.

Dokpri
Dokpri

Masih dalam menunggu teman yang belum datang, akhirnya saya mencari informasi tentang kawasan tersebut. Menurut Pak Nurhadi, seorang PJLP Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, kami memperoleh informasi bahwa masuk di sini gratis.  Jadwal pelayanan adalah dari pukul 08.00- 15.00 setiap hari kecuali hari Senin, karena tutup.  Banyak kegiatan yang diadakan, misalnya pergelaran budaya Betawi, ada workshop membaik, ada berlatih silat khas Betawi. 

Berkat kegiatan dan penataan yang baik, Perkanpungan Budaya Betawi belum lama ini tepatnya tanggal 3 September 2021 dinobatkan sebagai 50 Desa Wisata Terbaik Desa Wisata Indonesia Bangkit.

Dokpri
Dokpri


Setelah kami rasa cukup informasinya, dan teman kami sudah datang, maka kami langsung berpamitan sambil mengucapkan terima kasih karena telah dilayani dengan baik. Saat kami akan keluar parkir, tampak ada 4 orang pengunjung yang baru datang.

 Sepintas saya dengar dari percakapan dengan petugas di gerbang, mereka berasal dari salah satu sekolah swasta di Jakarta Utara yang sedang mendapat tugas untuk membuat reportase tentang Kawasan Perkampungan Betawi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun