Oleh sebab itu, jikalau peranan seorang aktivis adalah untuk mendorong tercapainya suatu hal sekaligus sebagai penggerak. Yang menarik adalah, pada sudut pandang penggerak dari arti seorang aktivis. Bagaimana pemikiran bisa membentuk karakter penggerak?
Karakter atau Watak merupakan sifat batin yang mempengaruhi segenap pikiran, perilaku, budi pekerti, dan tabiat yang dimiliki manusia atau makhluk lainnya, tetapi berdasarkan pengertiannya, karakter adalah sekumpulan sifat yang selalu dikagumi sebagai tanda kebaikan, keutamaan, dan kedewasaan moral seseorang. Secara etismologi, arti sebuah karakter adalah kepribadian dan akhlak.Â
Pembentukkan karakter tidak semudah membalikkan telapak tangan, butuh proses yang panjang dan taat, melalui kebiasaan yang terus diulang dan tindakan-tindakan yang akan terus membentuk kebiasaan, maka karakter dengan sendirinya akan terbentuk. Tindakan apa yang perlu di lakukan agar nantinya melahirkan kebiasaan sebagai penggerak.Â
Paling utama adalah membiasakan lakukan tindakan dengan mengidentifikasi secara detail apa yang menjadi semangat dan penuh harapan ketika melakukan sesuatu serta aspek-aspek yang mendukung perubahan tersebut, lalu buatlah target yang ambisius tetapi realistis terhadap apa yang menjadi semangat untuk menggerjakan hal tersebut, dan ketiga adalah mulai bergabung organisasi yang sesuai dengan passion yang akan mendukung gerakan atau target yang sudah dibuat, dan yang terakhir yaitu pastikan untuk memberikan space waktu yang lebih banyak terhadap langkah-langkah yang sudah dibuat dan kontribusikan diri sebanyak mungkin serta menyumbangkan gagasan-gagasan (ideas) dalam pelaksanaannya.Â
Persoalan dana, pasti banyak yang perlu disumbangkan untuk mensupport kegiatan yang dilakukan, tidak perlu banyak, cukup untuk memenuhi akomodasi gerakan saja. Jangkau relasi yang sudah terbentuk dari sebelum masuk ke dalam gerakan yang akan kalian dukung, mengajak bergabung akan menjadi lebih baik tetapi yang paling penting adalah memberikan kepada mereka contoh sebuah tindakan yang telah disusun di rencana yang sudah dibuat, baik didalam organisasi yang mendukung ataupun rencana pribadi.Â
Melakukan aktivisme secara daring merupakan awalan bagi seorang aktivis, di situasi yang serba digital saat ini, potensi mengalakkan aktivisme daring akan menjadi keunggulan awal bagi seorang aktivis, yang menjadi catatan tersendiri adalah memberikan penjelasan dari gerakan yang dilakukan dan beri sudut pandang kalian dari hasil olahan berpikir. Menciptakan olahan berpikir yang matang mengenai gerakan, hanya dengan membaca untuk memperluas cakrawala berpikir, terutama membaca buku-buku yang berkaitan dengan proses dan isi sebuah gerakan tersebut.
Tidak hanya itu, mendengarkan keluh-kesah dari orang-orang yang terdampak pun akan menjadi kunci kalian melihat sudut pandang realitanya, terlepas dari bertambah rasa gusar untuk makin melakukan gerakan, hal tersebut untuk memicu daya peduli sosial sekitar dan improvement akan tumbuh dengan sendiri dan menjadi pemantik giroh dalam melaksanakan gerakan-gerekan tersebut.Â
Kemudian, apakah perlu menjejaring relasi sesama aktivis untuk membentuk karakter penggerak? Jelas sangat perlu, karena faktor lingkungan bersosial adalah dampak besar bagi diri untuk bisa membentuk kebiasaan-kebiasaan baru, oleh karenanya, masuk dalam ruang lingkup sesama aktivis, mampu memantik diri untuk belajar dan meningkatkan kapasitas diri, mulai dari public speaking hingga technical advocacy. Beberapa hal itu bisa menjadi pedoman awal untuk dilakukan tindakan-tindakan dalam melakukan sesuatu yang menunjang aktivisme diri sendiri. Setelah melakukan seluruh tahapan yang menjadi konsep lapangan yang bisa dikerjakan, akan melahirkan pola pikir yang problems soulving.
Pemikiran memiliki karakteristiknya, ada tiga (3) karakter pemikiran, pertama adalah pemikiran spekulatif, yaitu usaha untuk memahami kehidupan melalui berpikir, kedua adalah pemikiran praktis, yaitu usaha untuk menuntun perilaku manusia dalam skema realitas yang lebih besar, ketiga adalah pemikiran kritis, yaitu penyelidikan yang teliti terhadap pondasi sesuai pemikiran itu sendiri dibangun.Â
Ketika membangun mekanisme berpikir, sebetulnya manusia sudah memiliki kapabilitas untuk membedakan yang baik dan yang buruk, karena sesuatu memiliki kriteria sendiri untuk menjadi baik atau buruk, hal tersebut dijelaskan oleh Socrates.Â
Ketika membangun sebuah paradigma berpikir didalam diri, kita hanya perlu menyelaraskan dengan logika yang sudah Tuhan berikan, agar mengetahui mana yang baik dan buruk sehingga tinggal kita laksanakan saja dalam tindakan-tindakan, tidak hanya itu, Hasrat atau passion pun jadi pondasi untuk terus konsisten bergerak disuatu persoalan atau isu yang menjadi konsentrasi untuk di kaji dan di pikiran secara kritis. Aristoteles pernah mengatakan, tujuan penyatuan semua pengetahuan didalam sebuah sistem pemikiran yang koheren dengan membangun sebuah metodologi yang disebut dengan logika. Pemakaian logika pun harus di stimulus oleh kebiasaan-kebiasaan dalam berpikir kritis sebagai karakteristiknya.