Mohon tunggu...
Ragil Yunansyahtika
Ragil Yunansyahtika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Suka Baca

Menyukai bacaan sejarah, psikologi, dan novel.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ekokritik: Hubungan Antara Sastra, Manusia dan Alam

30 Juli 2023   17:57 Diperbarui: 6 Agustus 2023   17:26 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Photo by Akil  Mazumder: https://www.pexels.com/photo/person-holding-a-green-plant-1072824/ 

Bumi telah memberikan kehidupan kepada mahluk yang hidup di dalam nya. Semua segala jenis kebutuhan telah tersedia untuk mahluk hidup khususnya manusia.  Manusia tak akan dapat lepas dari alam, semua aspek kehidupan yang dijalani oleh manusia membutuhkan alam sebagai pemenuh kepuasan. Dalam karya sastra, alam membantu penulis dan penikmat sastra dalam memvisualisasikan keindahan tulisan. Hubungan antara manusia dengan alam di dalam karya sastra dapat ditelaah melalui kajian ekokritik. Ekokritisisme bertujuan untuk merenungkan bagaimana manusia bertindak terhadap alam dan lingkungan nya melalui karya sastra (Ramadhani, 2013). Hubungan manusia dengan alam tak semata-mata hubungan simbiosis mutualisme, tak terbatas dalam bahasan saling menuntungkan. Sekarang ini, banyak perilaku manusia meresahkan yang berdampak buruk kepada alam, hal ini lah yang menjadi salah satu faktor munculnya ekokritisisme. Mengingat sastra erat kaitannya dengan alam, sehingga karya sastra adalah lahan untuk promosi kesadaran terhadap kelestarian alam. Metode ekokritis bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang kondisi alam (Ramadhani, 2013). Ekokritik sebagai alat potong yang tajam dalam membantu menganalisi sebuah karya sastra yang bertujuan untuk mengedukasi para penikmatnya dengan cara yang kreatif tak terbatas pada individu dewasa, melainkan pula menyasar anak-anak. Hal ini tentu agar anak-anak menyadari lebih awal pentingnya menjaga keselarasan dengan alam lingkungan. Ekokritisisme dapat dilihat sebagai alat kritis dan kreatif untuk mendidik pembaca, terutama pembaca muda, tentang tantangan lingkungan (Tisnawijaya & Kurniati, 2021).

Karya sastra yang menjadi media penyebaran pemahaman terkait tantangan lingkungan tercerminkan dari banyak jenis karya seperti puisi, film, buku anak, novel, drama, dll. Ekokritik memeriksa bagaimana alam digambarkan dalam karya sastra, dengan fokus pada isu-isu termasuk bagaimana lanskap, hewan, ekosistem, dan hubungan manusia dengan lingkungan yang disampaikan melalui kata. Mereka menyelidiki bagaimana sastra mempengaruhi persepsi tentang lingkungan dan bagaimana sikap manusia terhadap kepedulian ekologi. Polusi lingkungan, perubahan iklim, keanekaragaman hayati, dan dampak aktivitas manusia terhadap lingkungan hanyalah beberapa subjek yang sering ditelaah oleh para ahli ekokritik. Howarth (1996) mengidentifikasi garis besar ekokritik, antara lain:

1) Ekokritik ditekankan sebagai studi interdisipliner komparatif yang menarik dari berbagai bidang, seperti sastra, ekologi, filsafat, dan studi budaya. Ini mempromosikan metodologi komparatif yang mengeksplorasi hubungan antara karya sastra dan alam dalam berbagai situasi.

2) Dunia Alam sebagai Subjek Utama: Dunia lingkungan diprioritaskan dalam studi sastra oleh ekokritik. Ini melihat bagaimana alam digambarkan dalam sastra serta bagaimana bahasa mempengaruhi bagaimana alam dilihat, dirasakan, dan dipahami.

3) Sastra dapat memicu aktivisme lingkungan dan meningkatkan pemahaman masyarakat tentang masalah lingkungan. Ekokritik harus meningkatkan kesadaran pembaca akan kewajiban moral mereka untuk melindungi lingkungan.

Ekokritik sebagai teori pemahaman hubungan antara sastra, manusia dan alam akan sangat membantu dalam kehidupan modern. Layaknya pandemi Covid19 memberikan kesempatan bagi alam untuk menyembuhkan diri dari ulah manusia. Polusi udara berkurang saat pandemi Covid19. Meskipun ulah manusia sering menyakiti alam, namun tak lantas alam melupakan manusia. Dampak pandemi membuat kualitas udara semakin baik, alam menyapu udara kotor dan menggantikan dengan udara yang lebih bersih semata-mata hanya untuk menyambut manusia kembali saat pandemi usai. Hal ini berarti meskipun sering tersakiti, alam tak jua jera memberikan segudang hal untuk dimanfaatkan manusia demi memenuhi keberlangsungan kehidupan di dunia. Manusia diminta untuk hidup berdampingan dengan alam agar alam tetap terjaga kelestariannya, bukan mementingkan ego keserakahan dan terus mengeksploitasi alam hingga menimbulkan kerusakan alam.

Daftar Pustaka

Howarth, W. (1996). Some principles of ecocriticism. University Press of Virginia.

Ramadhani, A, Y. (2013). Perspektif pengarang mengenai relasi antara manusia dan lingkungan hidup dalam novel partikel karya Dewi Lestari: Sebuah kajian ekokritisisme. Sirok Bastra, 1(2). 221-229.

Tisnawijaya, C., Kurniati, G. (2021). Sustaining life with trees: Ecocriticism perspective in selected picture books. Lire Journal; Journal of Linguistics and Literature, 5(2). 233-253. DOI: https://doi.org/10.33019/lire.v5i2.121.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun