Mohon tunggu...
Ragile (Agil)
Ragile (Agil) Mohon Tunggu... Administrasi - seorang ayah yang kutu buku dan pecinta damai antar ras, agama, dan keyakinan

"Tidak penting SIAPA yg menulis, yg penting APA yg ditulis" (Ragile 2009). Pendiri #PlanetKenthir. Pro #Gusdurian. Lahir: 1960. Kuliah Sastra Inggris. Gawe Software Komputer ; Keuangan. Nama: Agil Abdullah Albatati (Engkong Ragile). FB: Agil Abd Albatati. Twitter: @KongRagile. Alamat: Kemang Jakarta Selatan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Hantu Jilbab Hitam di Kantor Majalah Tempo

15 November 2013   10:34 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:09 1829
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_292387" align="alignleft" width="300" caption="Bambang Harymurti bos Tempo (sumber:tempo.co)"][/caption] Sesungguhnya apa sih yang membuatBos TEMPO kelabakan ketika dituding terlibat mafia pemerasan kepada pihak-pihak bermasalah? Sedemikian paniknya Bos TEMPO melayani postingan blog yang ditulis oleh akun @Jilbab Hitam. Sehingga terkesan ada apa-apanya antara mahluk halus @Jilbab hitam dengan managemen Tempo Grup .

Padahal, belakangan ini wartawan senior dan Pemred TEMPO dituduh makan suap sekian milyar Rupiah oleh akun @Triomacan2000 melalui twitter, tapi mereka bisa merem, malah tentrem-ayem.

Apa bedanya...?

Bila masalahnya reputasi dan perkara hukum, apa susahnya menangkis Admin @Triomacan2000? Salah satu Adminnya nongkrong di blog Kompasiana dengan nama jelas. Justru, @Jilbab Hitam yang kagak jelas rupa dan alamatnya malah diuber-uber dengan banjir berita tangkisan di lapak Tempo.

Inikah solidaritas korp wartawan? Bisa jadi. Karena dalam tulisan Jilbab Hitam bukan hanya menuding CEO Tempo Bambang Harymurti. Keseret pula nama-nama media masa lain serta personil lain. Misalnya, simak saja nama-nama di bawah ini yang dituding oleh Jilbab Hitam, sesuai kalimat yang ditulisnya sendiri (diposting ulang di situs Kaskus dan dicopy oleh Chirpstory):

>

@Jilbab Hitam menuding adanya mafia permainan uang dalam jual beli pencitraan para raksasa politik, korporasi, pemerintahan. Tertuding adalah: TEMPO, Kompas, Detik, Antara, Bisnis Indonesia, Investor Daily, Jawa Pos dan sebagainya. Konon dalam rangka jual beli pencitraan alias menjadi mafia permainan uang wartawan.

Personil tertuding bukan cuma Bambang Harimurti (TEMPO). Terseret pula nama lain: Fajar (Kompas), Kang Budi (Antara News), Anto (Investor Daily), dan Yusuf (Bisnis Indonesia).

Mungkin yang istimewa adalah pengakuan @jilbab hitam bahwa dirinya adalah bekas wartawan TEMPO angkatan 2006 sehingga mampu mengorek-orek jeroan TEMPO. Meskipun jalinan cerita yang dibangun dalam blog itu bisa pula cuma ngarang-ngarang. Dia tentu sadar telah menempatkan diri sebagai whisleblower dan dia sadar betul bahwa modus whisleblower amat ampuh buat mengundang minat pembaca.

[caption id="attachment_292388" align="alignleft" width="300" caption="Majalah Tempo"]

13844846701332009609
13844846701332009609
[/caption] Apanya yang aneh?

Sejatinya apa-apa yang “dibocorkan” oleh @Jilbab Hitam - di Kompasiana pada tanggal 11-11-2013 kemudian dihapus Admin - sama sekali tidak mengejutkan. Bisa jadi tulisan khayalan, disemangati roh balas dendam, bisa pula mengandung kebenaran. Yang sungguh aneh adalah reaksi berlebihan. Seakan penulis adalah mahluk nyata yang tiap hari berseliweran di depan kamera serta memiliki jutaan follower fanatik.

Apabila tidak ada setetespun kebenaran dalam postingan @jilbab hitam, mengapa Tempo tidak bisa merem sebagaimana ketika mendiamkan tudingan serupa dari akun @Triomacan2000?

Sekiranya mengandung setetes dua tetes kebenaran dalam tulisan @Jilbab Hitam, pun tidak aneh pisan. Publik sudah melek; yang namanya praktek suap-menyuap bukan monopoli pejabat dan pengusaha doang. Jurnalisdan lembaga media masa pun ada yang terlibat.

Dalam kondisi di mana darah kehidupan media masa tergantung belanja iklan nasabah, maka bukan rahasia lagi bahwa industri mass media, sebagian besar, telah lama menjadi piaraan the ruling elite. Sekedar mengingatkan, mari sejenak kita melongok ke seberang lautan.

>

[caption id="attachment_292395" align="alignleft" width="300" caption="Bambang Harimurti bos Tempo (sumber:tempo.co)"]

1384486353799196648
1384486353799196648
[/caption] Skandal Suap Jurnalis Di Negara Besar:

Bukan rahasai lagi bahwa penyakit suap-menyuap sudah menjangkitilembaga dan personil media masa di negara maju. Media Amerika maupun Inggris sudah lama ketularan. Sehingga tingkat kepercayaan publik kepada media utama kian merosot seiringlahirnya media alternatif melalui internet dan sosial media.

Berikut ini contoh-contoh kasus yang sempat beredar di media utama maupun alternatif:

1)

1) Suap Jurnalis Inggris

08-05-2013. BBC London menurunkan berita suap jurnalis koran milik Raja Media Rupert Murdoch, The Sun dan News of The World. “Sun journalists appear in court on bribery charges (http://www.bbc.co.uk/news/uk-22450158) . Bercerita tentang tersangka jurnalis pelaku suap kepada pejabat negara. Mereka duduk di kursi pengadilan. Di antaranya adalah royal editor Duncan Larcombe dan executive editor Fergus Shanahan.

Duncan Larcombe didakwa menyogok polisi Sandhurst Academy, yaitu John Hardy dan istrinya Claire Hardy, untuk ngarang-ngarang cerita. Ia didakwa, selama 2006-2208, menyogok Tuan dan Nyonya Hardy melalui 34 kali pembayaran dengan total £23,000 (sekitar Rp.330.000.000). Semua itu berkaitan dengan cerita tentang keluarga Kerjaan Inggris.

Sedangkan Ferguson Shanahan didakwa memberikan kewenangan kepada jurnalis untuk menyogok pejabat negara. Sehingga jurnalis bawahannya menyogok pejabat sebesar £7,000 (sekitar Rp.100.000.000,-) untuk mengail informasi, antara August 2006 s/d August 2007.

Pengadilan kepada mereka adalah buntut dari penyelidikan, melalui apa yang disebut dengan “Operation Elveden”. Sebuah operasi khusus menyelidiki suap-menyuap antara jurnalis dengan pejabat/aparat negara. Termasuk menyingkap skandal “phone hacking” (nguping telpon) yang melilit leher raksasa media News of The World dan The Sun.

Tidak kurang, sekitar 70 orang diobok-obok kemudian ditangkap sebagai buah Operation Elveden.

>

2) Suap Media Masa Amerika: FoxNews vs Jane Akre .

Februari 1997. Setelah 20 tahun mengabdi sebagai reporter TV dan jurnalis di negeri Amerika, Jane Akre dan suaminya Steve Wilson bersitegang dengan bos FoxNews. Itu gara-gara mereka ngotot untuk menayangkan berita “The Mystery in Your Milk” (Misteri Dalam Air Susu). Sebuah film dokumenter yang akan menikam produk susu buatan Monsanto, pabrik obat papan atas, yang menggunakan obat rBGH.

Monsanto meradang!. Advokat John Walsh menulis surat kepada bos FoxNews akan bahaya tayangan “Mystery in Your Milk” yang menurutnya mengandung fitnah. Tak lama kemudian Direktur dan General Manager FoxNews dipecat. General Manager yang baru, Dave Boylan, minta agar Jane Akre mengubah konten tayangan atau dipecat dalam tempo 1x24 jam.

Ketika ia menjelaskan pentingnya tayangan “Mystery in Your Milk” karena menyangkut hajat hidup khalayak, Dave Boylan menjawab dengan keras. Dia bilang, “Kami bayar $3 milyar dollars untuk membiayai stasiunTV ini. Kami yang menentukan berita itu yang mana. Berita adalah apa yang kata kami itu berita!"

Akhir kata General Manager FoxNews menawarkan sebuah perjanjian dengan Jane Akre dkk bahwa mereka akan menikmati gaji buta setahun sebesar $200,000 (Rp.2.000.000.000). Dengan syarat jangan pernah nyebut bahwa Foxnews melakukan “cover up” serta menolak tayangan “Mystery in Your Milk”. Jane Akre dkk emoh disogok, milih dipecat!

Kontroversi penggunaan rBGH di kemudian hari sampai ke negri Kanada dan benua Eropa, mereka memutuskan untuk menolak penggunaan obat tsb di negeri mereka.

Hmm, rupanya “Misteri Dalam Air Susu” amat menggelisahkan bapak-bapak yang berkuasa di atas sana.

>

Kembali ke kasus tulisan @Jilbab Hitam...

Adalah sia-sia untuk membungkam suara akun anonim yang melancarkan seranganmelalui blog bila hanya menuntut agar si penulis unjuk jati diri. Adalah lebih murah pura-pura budeg bila tidak ada kebenaran di dalam tulisannya. Adalahlebih tepat meladeni dengan membeberkan bukti-bukti, bila membuat susah makan dan susah tidur. Dan adalah pembaca tidak bodoh untuk menilai mana yang jujur dan mana yang ngawur. [caption id="attachment_292389" align="aligncenter" width="644" caption="Bambang Harymurti bos Tempo (sumber:tempo.co)"]

13844847541310612264
13844847541310612264
[/caption]

Sejauh ini banjir tanggapan di lapak TEMPO ada di link ini, ini, dan ini.

Meskipun tidak seindah Catatan Pinggir-nya Goenawan Mohamad pendiri Majalah Tempo, tulisan @Jilbab Hitam terkesan mengandung unsur fakta dan unsur fiksi

***

**

*) postingan sebelumnya:

Pertemuan Rahasia 3 Jendral di Rumah Gusdur

Permainan Kartu Queen Lurah Susan

2013 Ini Jamannya Ellen Maringka

Ragile, 15-11-2013

(penulis adalah fans Majalah Tempo sejak duduk dibangku SMP tahun awal 1970an).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun