Malam terasa amat panjang, dingin dan mencekam. Tugas membunuh bandar narkotika kini tiba saatnya. Aku tak peduli nyawa kupertaruhkan demi sebuah misi suci. Target pembunuhan sudah ditangan sesuai detail dan perintah komandan.
Meluncurlah aku ke sebuah rumah gedongan di Manggarai Jakarta Selatan.
Aku bergerak merayap, menyelinap dari pintu belakan rumah. Jantung berdebar kencang ketika pelahan menghampiri korban. Ternyata dia adalah lelaki berbadan kekar, berwajah sangar. Dia tidur pulas di atas sofa. Aku sempat ngeri betapa badan dia jauh lebih besar dari badanku. Andaikata duel tangan kosong mampuslah aku.
Semilir angin bertiup diiringan lolong anjing dari kejauhan ketika kakiku melangkah maju menghampiri si penjahat. Aku mematung sejenak dalam jarak tembak satu lengan. Jantungku kian berdebar kencang, tanganku sedikit gemetar. Suasana mencekam merayap ke puncak. Dalam ruang remang-remang kutarik pistol dari celana kemudian tembak.
DOR DOR DOR.
MAMPUS LUH...!!!
Mati? Oh ternyata tidak. Sialan, aku terperanjat. Si penjahat malah bangun kemudian tangannya mengembang hendak menubruk badanku. Aku panik. Lari. Lari. Lari.
Sampai di kantor komandan aku ngos-ngosan, pucat paci. Wajah penjahat dan kejadian barusan terus membanyangi.
Komandan: "Selamat sukses. Penjahatnya sudah kamu bunuh?"
Saya: "Lapor komandan. Penjahat Sudah saya bunuh pake pistol tapi hidup lagi."
"Hah? Hidup lagi?"
"Betul komandan."
Komandan mendekat lalu membentak, "Kenapa hidup lagi?"
"Lapor komandan! Pistol saya ketuker sama pistol mainan punyak anak saya."
"Apa??? Pistol kamu ketuker? Jadi?"
"Jadi... Waktu pistol saya tembak dor-dor-dor yang keluar adalah air....cret cret cret... Kena mata si penjahat yang lagi tidur pules."
"Terus?"
"Terus... Si penjahat mendadak bangun deh gara-gara kesiram air dari pistol. Makanya saya lari daripada leher saya dicekik oleh penjahat yang badannya gede banget."
Komandan sangat kecewa berat kepadaku, "Jokerseh... Jokerseh... Ngakunya kamu jago pake pistol, jago silat dan jago elmu tenaga dalam... Koq kamu kabur?"
"Betul komandan, saya emang jago... Tapi baru jago teori. Untung saya gak mati."
***
Ragile
www.kompasiana.com/ragile
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H