Begitu terjadi pergantian Dirut ganti pula gaya management. Kalau pas ketemu Dirut yang baik hati sih oke. Lha pernah lho ketiban Dirut yang galaknya minta minta ampun. Udah galak pelit lagi, duh! Walhasil tiap dua tahun karyawan adaptasi ngadepin Dirut baru yang misterius pada awal penampakannya.
Dengan seringnya ganti Dirut sering pula roda perusahaan terantuk kebijakan Dirut baru. Alias tidak berkesinambungan dengan yang dulu. Maklum kadang boss baru menggandeng jamaah baru ke dalam kantor. Kadang pengin unjuk gigi sembari mengacak pinggang (malang kerik) bermakna: "I am big boss, you know!".
Namun demikian banyak keluhan tetap aja pada mingkem. Mengingat Pertamina adalah raksasa di Indonesia biasanya partner luar negeri manut aja. Jelas kurang baik secara profesionalisme. Tapi ada sisi positif secara nasionalisme Indonesia. Kadang bagi karyawan ada sedikit kebanggan meliat bule-bule pada grogi ngadepin Dirut berkulit sawo matang alias pribumi. Bener-bener deh pribumi berkuasa nyuruh-nyuruh eksekutif bule yang jumlahnya 5 orang lebih-kurang.
Bagi Dirut mungkin nggak rugi walau dijatah dua tahun. Lagian di kantor aslinya kan beliau eselon menengah. Kapan lagi ketiban jatah PRESIDENT DIRECTOR perusahaan asing!?
***
-Ragile
www.kompasiana.com/ragile
*
-ditulis sesuai kenyataan antara 1985-2005
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H