Mohon tunggu...
Ragile (Agil)
Ragile (Agil) Mohon Tunggu... Administrasi - seorang ayah yang kutu buku dan pecinta damai antar ras, agama, dan keyakinan

"Tidak penting SIAPA yg menulis, yg penting APA yg ditulis" (Ragile 2009). Pendiri #PlanetKenthir. Pro #Gusdurian. Lahir: 1960. Kuliah Sastra Inggris. Gawe Software Komputer ; Keuangan. Nama: Agil Abdullah Albatati (Engkong Ragile). FB: Agil Abd Albatati. Twitter: @KongRagile. Alamat: Kemang Jakarta Selatan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Catatan Penjarahan Mei 1998, Bom Bali, dan Film Innocence of Muslims

29 September 2012   02:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:31 1260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ketika meledak film amatiran berjudul "Innocence of Muslims" karya Sam Bacile pada September ini, dugaan saya tidak terlalu meleset. Film spesial menghina Nabi Muhammad dirancang sebagai provokasi agenda besar. November nanti Pilpres Amerika antara Obama lawan Romney, mereka butuh isu untuk wacana publik siapa yang paling berjiwa patriot. Ada Benyamin Netanyahu yang gatel melancarkan perang nuklir kepada Iran. Ada yang ngimpi segera Perang Dunia III. Dalam perkara ini supporter zionis yahudi saling tuding dengan supporter Jesuit. Mana yang benar? Siapa yang kebelet penjajahan total atas seluruh planet bumi? Edan!

Film provokasi yang ditayangkan dalam spektrum luas pada momentum pas hanya terjadi bila terorganisir. Entah organisasi mana pelakunya, mungkin macam "most evil organization". Sangat disayangkan 4 nyawa Amerika melayang di Benghazi Libia. Benghazi??? Sungguh misterius karena kantor Duta Besar dan konsulat Amerika di Libia hanya ada di Tripoli.

Hanya orang bebal dan bodoh yang meremehkan film tersebut. Muslim tidak akan menghina nabi manapun karena wajib memuliakan 25 nabi dimulai dari Nabi Adam.

PENUTUP: Kita memang bangsa yang terjajah secara politik, ekonomi, budaya, media. Tapi pintu kemerdekaan itu selalu terbuka. Yaitu pada sikap kritis tidak termakan isi berita mainstream media yang hidup dari iklan... Hanya renungan semoga bencana kemanusiaan tidak terulang!***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun