Mohon tunggu...
Ragile (Agil)
Ragile (Agil) Mohon Tunggu... Administrasi - seorang ayah yang kutu buku dan pecinta damai antar ras, agama, dan keyakinan

"Tidak penting SIAPA yg menulis, yg penting APA yg ditulis" (Ragile 2009). Pendiri #PlanetKenthir. Pro #Gusdurian. Lahir: 1960. Kuliah Sastra Inggris. Gawe Software Komputer ; Keuangan. Nama: Agil Abdullah Albatati (Engkong Ragile). FB: Agil Abd Albatati. Twitter: @KongRagile. Alamat: Kemang Jakarta Selatan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Bikin Marah Umat: Gus Dur dan Cak Nur Sering Politically Incorrect Walau Morally Correct

1 Juni 2012   03:07 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:32 3472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sejarah mencatat beberapa pernyataan Gus Dur dan Cak Nur (Nurcholis Madjid) bikin marah umat. Ketika masih hidup kedua cendikiawan islam itu beberapa kali bikin gempar. Media massa jaman Orde Baru dan Jaman Reformasi menjadi saksi. Atas statement yang bernilai "politically incorrect" tapi bisa jadi justru "morally correct".


Hmmm... Maksudnya apa nih?


Sebelum melanjutkan, ijinkan saya memaknai istilah "politically incorrect" adalah sifat gagasan/ pernyataan yang dinilai salah secara hitung hitungan politik. Akibatnya memangkas dukungan massa. Walaupun bisa jadi bersifat "morally correct", maknanya benar secara moral. Lawan politically incorrect adalah PC ("politically correct", "political correctness"): benar secara politis, berujung banjir dukungan. Lawan morally correct tentunya "morally incorrect" (salah secara moral).


Mari bincang bincang tentang statement "politically incorrect tapi morally correct".


1) Cak Nur di awal Orde Baru menyatakan "Islam Yes, Partai Islam No?". Perhatikan tanda baca "?". Secara politis salah tapi secara moral benar. Mengapa?


Pada saat itu Orde Baru bin Presiden Soeharto menciptakan 3 partai politik: Golkar, PPP, PDI. Kelompok islam yang diwadahi dalam PPP sama aja boong karena tak ada demokrasi. Orde Baru memanipulasi Pemilu agar Golkar menang mutlak, pegawai negeri dipaksa pilih Golkar atau dipecat. Maka tak ada guna PPP, wong ketuanya aja diangkat oleh Soeharto. Pernyataan Cak Nur bermakna begini: lebih bagus ulama ngurus umat agar maju daripada masuk PPP jadi dolanan pemerintah.


2) Cak Nur menyatakan tidak ada kewajiban berjilbab bagi muslimah. Dasarnya adalah hasil penilitian TAFSIR atas alquran dan hadist. Yakin menutup aurat perempuan tidak sampai wajib berjilbab. Ini melawan arus utama yang yakin bahwa TAFSIR yang akurat adalah wajib berjilbab. Jelas dong secara politis salah tapi benar lho secara moral. Koq?


Cak Nur tidak sendirian. Didukung oleh cendikiawan lain: Gus Dur, Quraish Shihab, dll. Para istri ulama ulama besar jaman kemerdekaan indonesia cuma pakai kerudung. Keluarga Raja Yordania tidak berjilbab. Dalam hal ini Cak Nur benar secara moral dalam artian: JUJUR menyatakan pendapatnya walau tidak disukai mayoritas.


3) Gus Dur menganjurkan ganti sapaan " assalamualaikum" dengan "selamat pagi, selamat siang, selamat malam". Ini khusus dalam kehidupan sehari hari karena kita hidup di Indonesia. BUKAN mengganti salam dalam shalat. Secara politis salah, secara moral benar. Oh, ya?


Coba bayangkan Anda sedang memimpin rapat besar yang dihadiri bermacam suku, agama, dan golongan. Bukankah lebih elok diawali dengan sapaan "selamat pagi/siang/malam"?. Atau Coba bayangkan Anda ketemu orang yang tidak Anda ketahui agamanya. Sapaan apakah yang dijamin tidak bikin salah tingkah?


4) Gus Dur atas nama NU minta maaf kepada keluarga PKI (Partai Komunis Indonesia) atas pembantaian sekitar 500ribu nyawa tanpa pengadilan. Pembantaian terjadi menyusul insiden G30S/PKI 1965 dan pembekuan PKI/komunisme. Secara politis salah, secara moral benar. Lho, komunis kan musuh islam dan negara waktu itu koq kita minta maaf?


Di sinilah kebesaran jiwa seorang Gus Dur. Ketika orang takut mengakui kesalahan justru dia berani mengakui.


5) Gus Dur minta agar Ustad Abu Bakar Baasyir dilepas dari tuduhan terkait Bom Bali. Menurut Gus Dur tidak ada bukti, hanya tekanan dari asing kepada pemerintahan Megawati. Secara politis salah, wong banyak orang ngincer agar Baasyir dipenjara. Tapi secara moral benar, tidak ada bukti koq maen paksa.


Di sinilah kebesaran jiwa seorang Gus Dur. Tidak sungkan2 membela lawan politik yang sering menyerang dirinya.


Dari contoh contoh di atas maka jelas betapa gagasan maupun statement bersifat politically incorrect berpeluang menuai kecaman. Dibutuhkan nyali tinggi dan siap dijauhi massa pendukung.


Kebanyakan tokoh berani mengeluarkan ide politically incorrect, dengan dalih demi keadilan, bila sudah pensiun dari jabatan. Atau ketika sedang berjuang meraih jabatan. Makanya ada sindiran kepada mantan pejabat yang tiba2 heroik, begini bunyinya: "Kemaren waktu masih jadi pejabat, Anda ke mana aja?". Gus Dur dan Cak Nur tidak demikian.


Selanjutnya... Mari tengok ide atau tindakan atau statement yang Politically correct tapi morally incorrect. Mari bandingkan dengan kejadian sekarang sekarang ini:


- Lihat... Serombongan orang mengobrak abrik tempat judi, minuman keras, dan aktivitas yang mereka nilai melanggar ajaran agama. Disertai teriakan ancaman dan kata kata kotor. AWAS PENTUNGAN!!! Padahal mereka bukan polisi yang berwenang melakukan penertiban. Wah, Banyak menuai dukungan politis tapi memalukan secara moral.


- Ustad Fulan diam2 kawin lagi dengan istri muda. Sudah satu tahun baru ngaku. Ada yang marah2 ketika istri muda buka kartu. Silakan nilai sendiri, di manakah kejujuran mereka?
:::

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun