Mohon tunggu...
Ragile (Agil)
Ragile (Agil) Mohon Tunggu... Administrasi - seorang ayah yang kutu buku dan pecinta damai antar ras, agama, dan keyakinan

"Tidak penting SIAPA yg menulis, yg penting APA yg ditulis" (Ragile 2009). Pendiri #PlanetKenthir. Pro #Gusdurian. Lahir: 1960. Kuliah Sastra Inggris. Gawe Software Komputer ; Keuangan. Nama: Agil Abdullah Albatati (Engkong Ragile). FB: Agil Abd Albatati. Twitter: @KongRagile. Alamat: Kemang Jakarta Selatan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dzikir, Wirid, dan Melihat Perkara Gaib Secara Islami

17 April 2012   03:50 Diperbarui: 4 April 2017   18:30 14483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_175259" align="alignleft" width="640" caption="al-fatihah (alimancenter.com)"][/caption] Mengalami sendiri membuatku percaya!

Aku terperangah. Betapa dahsyat, gemilang, indah, sungguh menggetarkan jiwa raga. Setiap kali aku mengalami, kadang 3 kali dalam seminggu, tiada kata mampu ku ucapkan untuk melukiskan apa yang kulihat. Tiada pernah semua itu terbayang dalam khayalku sebelumnya: apa yang ku lihat, dengan khayal paling liar sekalipun! Mengalami sendiri membuatku percaya. Padahal dulunya paling anti pada cerita gaib yang menurutku adalah omong kosong.

Sering aku menertawakan. Melecehkan karena tidak masuk akal, pikirku. Setelah mengalami sendiri baru percaya dan malu sendiri. Sejak memasuki usia 41 tahun secara tiba-tiba aku kebanjiran mimpi mimpi yang dahsyat dan mataku mampu melihat perkara gaib, yaitu gambaran ruhaniah dari benda lahiriah. Termasuk mahluk mahluk halus yang bersliweran di sekitar kita.

Sejak itu aku yakin 100% bahwa Allah ada. Demikian pula adanya malaikat dan iblis. Sebelum itu kadang ragu dalam hatiku, jangan-jangan ajaran agama Islamku sekedar motivasi agar takut dosa. Mengalami sendiri membuatku percaya.

Bagaimana mula ceritanya?

Ketika itu tahun 2001, aku berumur 41. Aku mulai tertarik otodidak menghapal ayat dan surat al-quran dan diiringi puasa senin-kamis serta sholat tahajud. Sekitar 3 bulan kemudian aku mengalami mimpi luar biasa terang benderang, setengah sadar di tengah malam jelang shubuh. Aku agak sadar bahwa aku sedang mimpi. Dalam beberapa hari berturut turut aku mimpi.

Aku mimpi seakan aku hidup di jaman Rasulullah, tinggal di Jawa Tengah, di lingkungan pesantren, bertetangga dan bersahabat dengan Rasulullah. Kemudian aku diberi hadiah istimewa oleh Rasulullah melalui asistennya yang masih muda belia.

Aku juga mimpi seakan aku menatap langit di malam nan gilang gemilang, kemudian turun ayat ayat suci al-quran dari langit ke pangkuanku, bagaikan ribuan serpihan kertas, dalam wujud huruf huruf dari kaca mengkilap, dan gemerincingan bunyinya. Kamar tidur di mana aku mimpi tengah malam, dalam keadaan sadar, sungguh terang benderang laksana dihujani sejuta cahaya.

Aku terguncang.

Keringat dingin bercucuran. Ada apa ini? Mimpi mimpi serupa datang tiada henti, membuatku gemetaran tiap hari, memaksaku mencari jawab kepada guru yang paham betul perkara gaib dalam Islam. Singkat kata aku berjumpa dengan Prof.KH.Irfan Zidny, MA. Beliau salah satu sesepuh NU, Rois Syuriah, tinggal di Duren Sawit Jakarta Timur, tidak jauh dari rumahku di Klender.

Beliau muslim yang amat tawadlu (low profile). Jadilah aku murid pribadi beliau selama 2 tahun atas saran beliau sendiri. Beliau membekali aku dengan sebuah kitab al-quran baru, kitab Riyadhus Shalikhin 2 jilid. Kemudian mengajarkan aku agar wirid ketika shalat tahajjud sbb:

- sebelum sholat baca surat ali imron ayat 191-200 (10 ayat terakhir yang dimulai dengan "inna fii khalqis samaa wati..."). Lebih afdol sambil duduk di teras dan memandang alam untuk memuji keagungan ilahi.

- setelah tahajjud dan witir ditutup dengan wirid/dzikir: (1) laa ilaaha illallah, (2) subkhanallah walhamdulillah wa laa ilaaha illallah allahu akbar, (3) laa ilaaha illa anta subkhanaka inni kuntu minadholimin, (4) sholawat rasul.

&&&

Aku amalkan semua petunjuk guru. Maksud hati sekedar mempertebal keimanan, tak ada keinginan apapun. Tapi, Tak lama kemudian aku alami penglihatan gaib tiap saat, tiap hari, yang sangat mengagumkan sekaligus menakutkan. Aku lapor. Guru bilang itu semua kehendak Allah, fadhilah, bukan karena aku rajin wirid. Wirid dan dzikir hanya untuk memperkokoh iman. Allah akan beri anugerah apa kepada si pengamal adalah rahasia dan hak Allah. Jalani aja.

Dalam hal ini jelas Kyai Irfan hanya mengajarkan cara memperkokoh keimanan, tiada pernah ada maksud agar saya bisa ini atau itu. Bahwa kemudian mengalami pengalaman spiritual adalah diluar niat dan maksud kami. 3 bulan kemudian aku tidak tahan melihat yang gaib-gaib. Perasaan seperti diteror, sampai aku takut tidur karena pasti akan jumpa mahluk gaib.

Aku juga tidak tahan mengetahui rahasia orang-orang di sekitarku melalui gambaran ruh mereka: apa yang mereka sembunyikan dan sifat mereka sesungguhnya.

Kemudian Aku mohon kepada Allah agar aku tidak lagi diperlihatkan perkara gaib. 3 bulan kemudian "normal" kembali. Masuk tahun 2002 aku bebas dari "hadiah kaca mata tembus pandang" melihat yang gaib-gaib hanya dengan mbatin mengucap asma ilahi.

SEMUA ITU ASALNYA TANPA SENGAJA DAN TANPA NIAT BISA BEGITU.

Sebelum Kyai Irfan wafat tahun 2004 beliau berpesan agar aku menyampaikan ilmu yang aku dapat barangkali ada yang berminat. Tapi jangan lupa: ujian dan cobaan bisa jadi amat berat seakan hendak dijauhkan dari semua perhiasan dunia agar full konsentrasi tidak takut kehilangan apapun.

Hikmah. Sejak ngaji kepada Kyai Irfan, aku merasa serba mudah menyerap ilmu, gampang menghapal, mudah membedakan mana asli mana palsu. Keberanian menyatakan sikap pun jauh meningkat. Perasaan, getaran jiwa ini menjadi alarm bila berhadapan dengan tipu muslihat yang dikemas mulut manis. Tapi soal liat gaib-gaib itu lain lagi.

Percaya deh, enakan jadi orang biasa tanpa mata menembus perkara gaib, yang malah menyiksa, bila tidak ada perlunya. Aku sih gak tahan!

TAMBAHAN:

Apa yang hendak aku sampaikan adalah hendaknya berhati-hati bicara soal perkara gaib. Bila Anda mengalami sebaiknya bicaralah dengan orang yang ahli betul dan dijamin ketaatannya kepada Allah, bisa dilihat tuh dari akhlaqnya. Namun jangan sekali-kali  berdebat dengan mereka yang belum mengalami karena bisa jadi malah debat kusir.

Sebagaimana Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa kamu belum tahu sebelum kamu mengalami sendiri. Maksudnya adalah selama belum mengalami bisa jadi akal menjadi andalan dengan dalil dan argumentasi. Seperti diriku sebelum mengalami sendiri. Malah sudah umum orang yang merasa ngelotok ilmu agama dan belum pernah mengalami sendiri kemudian kadang dengan pongahnya mengolok-olok perkara/pengalaman gaib.

Ibaratnya begini:

10 tahun Anda belajar teori tentang kehidupan di planet Mars. Apapun yang Anda ketahui hanya teori tanpa pernah merasakan langsung keadaan sesungguhnya. Setelah Anda, misalnya diantar naik pesawat ke planet Mars barulah  paham apa yang Anda lihat,  rasakan, pengaruhnya, dan seterusnya yang sangat mungkin mengubah jalan pikiran Anda. Dalam hal ini seluruh akal Anda tentang teori sebelumnya bisa jatuh berguguran berganti dengan pengalaman nyata di mana Anda menjadi saksi.

Itu bukti bahwa akal terbatas namun banyak yang yakin cukup dengan akal untuk menyaksikan kebenaran (al-haq). Setelah Anda mengalami sendiri bisa jadi sampai pada titik ainul yaqin dan haqqul yaqin. Pengalamanku pribadi menunjukkan bahwa dengan pengalaman spiritual itu mendorong untuk lebih jauh ingin tahu jawaban.

Tak cukup dengan kitab Fiqh, tafsir Al-Quran, Al-Hadits, Sejarah Para Rasul. Karena penasaran aku tengok kitab klasik, misalnya Ihya Ulumuddin karya Imam Al-Ghazali, Al-Hikam karya Ibnu Athailla, dan sebagian kitab karya Syeh Abdul Qadir Jaelani. Sekedar untuk menambah wawasan betapa beragamnya karunia Allah dalam beda wujud dan beda cara  kepada hambaNYA.

&&&

Terakhir, sesuai pesan dari Kyai Irfan dan para ulama sepuh, sesungguhnyalah jangan pernah merasa lebih dekat, lebih beriman, lebih bertaqwa kepada Allah SWT bila kita dikaruniai pengalaman atau kemampuan spiritual/gaib. Anggap saja pengalaman tersebut adalah manifestasi kehendak Allah untuk menyatakan kehadiranNYA  kepada kita bahwa Allah benar-benar ada!

***

Posted by Ragile (Agil Abdullah Albatati)

TEGAL, 17APR2012

***

Artikel terkait :

1) Resep Dari Malaikat :Alfatikhah dan Ayat Kursi

2) Doa Aqasah Sungguh Ajaib

3) Rahasia Sembuh Penyakit Berat Dengan Biaya Super Hemat

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun