Mohon tunggu...
Ragile (Agil)
Ragile (Agil) Mohon Tunggu... Administrasi - seorang ayah yang kutu buku dan pecinta damai antar ras, agama, dan keyakinan

"Tidak penting SIAPA yg menulis, yg penting APA yg ditulis" (Ragile 2009). Pendiri #PlanetKenthir. Pro #Gusdurian. Lahir: 1960. Kuliah Sastra Inggris. Gawe Software Komputer ; Keuangan. Nama: Agil Abdullah Albatati (Engkong Ragile). FB: Agil Abd Albatati. Twitter: @KongRagile. Alamat: Kemang Jakarta Selatan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ketika Selembar Puisi Menggetarkan Senjata Nuklir Israel-Iran, Gebrakan Gunter Grass

7 April 2012   03:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:56 1097
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_165626" align="alignright" width="548" caption="The Fed The Money The Power (veteranstoday.com)"][/caption]
Seniman Gunter Grass membuktikan kehebatan selembar puisi yang mampu menggetarkan senjata nuklir yang siap meluncur, untuk kemudian mengubah semesta peradaban manusia.

..."What must be said"... "Apa yang harus dikatakan"...

Sebelum terlalu terlambat dan sebelum ajal menjemput, seniman pemenang Hadiah Nobel itu mendobrak kesunyian. Di usianya yang merayap pada bilangan 84. Di sebuah kota pewaris ilmu dan seni di negeri Jerman. Di awal bulan April 2012. Dia menggetarkan nyali penguasa penguasa dunia dengan selembar puisi.

Dia bukanlah anak muda yang sedang mendidih melawan kemapanan yang pongah dan haus darah. Dia tidak meledakkan bom untuk meluluhlantakkan gedung gedung bertingkat. Dia hanya merangkai kata kata untuk menghujam jiwa jiwa yang bebal, yang terpenjara, yang penuh dusta, dan munafik.

Melalui puisi "Apa Yang Harus Dikatakan" Gunter Grass berkata...

Masa lalu Jerman janganlah membelenggu diri untuk berani berkata apa adanya tentang Israel. Dia sudah muak dengan kemunafikan dunia Barat tentang Israel dan Iran. Dia bilang Israel adalah satu satunya negara pemilik nuklir yang emoh diperiksa. Dia bilang senjata nuklir Israel adalah ancaman bagi keselamatan dunia. Dia bilang ancaman Israel untuk melancarkan perang nuklir kepada Iran adalah pelanggaran serius yang wajib digagalkan. Dia bilang German harus berhenti menjual kapal selam kepada Israel yang akan digunakan mengangkut senjata nuklir. Dia bilang Iran tidak punya senjata nuklir. Dia bilang Iran bukan ancaman bagi negara manapun.

Melalui puisi "Apa Yang Harus Dikatakan" disusul interview untuk menjelaskan lebih jauh, Gunter Grass berkata...

Telah Banjir dukungan dari warga Jerman kepadanya sejak mendobrak kesunyian. Banjir pula kecaman dari penguasa berbagai dunia yang menjadi penyambung lidah kepentingan Israel. Namun dia yakin telah mengambil sikap yang benar melalui puisinya. Bahwa tidak ada satu negarapun yang berhak melakukan "pre-emptive attack" (menyerang duluan ke negeri orang hanya karena curiga). Apalagi menggunakan senjata nuklir untuk melenyapkan penduduk Iran dari muka bumi.

***

Sebagai seniman terpopuler di Jerman, puisinya yang dimuat di media serentak di Eropa, bagaikan mendobrak TABU. Belenggu tabu selama 60 tahun lebih sejak akhir perang dunia kedua kini didobrak. Dengan harapan Warga Jerman tidak lagi dihantui ancaman maut bila dituduh bersikap antisemit ( kritis kepada Yahudi/Israel). Dengan harapan jangan lagi takut berkata "tidak" kepada kaum Yahudi/Israel, sebagaimana kepada yang lain. Bukan cuma untuk German tapi untuk seluruh bangsa yang dilanda ketakutan mengekspesikan diri. Agar berhenti membohongi publik tentang Israel dan Iran.

Terakhir... Dengarlah aba aba yang menggelisahkan penguasa di Washington-London-Tel Aviv. Perdana Mentri Jerman dengan santun menanggapi puisi Gunter Grass. Bahwa kebebasan berkarya seni dijamin oleh undang undang German. Dan bahwa pemerintah tidak selalu menanggapi sebuah karya seni. Untuk ukuran Jerman ini kemajuan besar, Perdana Mentri tidak seperti biasanya yang selalu menyelaraskan diri dengan Israel.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun