Mohon tunggu...
Ragile (Agil)
Ragile (Agil) Mohon Tunggu... Administrasi - seorang ayah yang kutu buku dan pecinta damai antar ras, agama, dan keyakinan

"Tidak penting SIAPA yg menulis, yg penting APA yg ditulis" (Ragile 2009). Pendiri #PlanetKenthir. Pro #Gusdurian. Lahir: 1960. Kuliah Sastra Inggris. Gawe Software Komputer ; Keuangan. Nama: Agil Abdullah Albatati (Engkong Ragile). FB: Agil Abd Albatati. Twitter: @KongRagile. Alamat: Kemang Jakarta Selatan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Jurnalis Indonesia Gagal Antisipasi Gejolak Singapura

30 Desember 2011   09:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:34 734
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

[caption id="attachment_142665" align="aligncenter" width="654" caption="Singapore is waiting the end of Lee Kuan Yew era (dok:pecelbule.com)"][/caption] Sepanjang tahun 2011 banyak gejolak sosial dan politik di Singapura. Bahkan Lee Kuan Yew, pendiri negara dan penguasa PAP (People Action Party), sudah tergeser popularitasnya di bawah Nicole Seah, politisi muda belia dari NSP (National Solidarity Party). Sementara itu kader-kader partai dari anak-cucu Lee Kuan Yew dipertanyakan integritasnya untuk memimpin Singapura pasca meninggalnya Lee Kuan Yew. Ambil contoh. Pada pemilihan umum terakhir 2011  PAP hanya meraih sekitar 60% suara riil, walaupun media massa dikuasai penuh oleh PAP melalui The Straits Times yang bertindak sebagai corong pemerintah layaknya harian Suara Karya di jaman Orde Baru Indonesia. Hasil general election tsb adalah wujud protes generasi muda Singapore yang mulai berani melawan kuasa keluarga Lee Kuan Yew. Bukan tanpa alasan. Maraknya jejaring sosial dan internet membuka jalan terungkapnya prilaku penguasa. Lee Kuan Yew dan PAP ternyata tidak jauh beda dengan Soeharto dan Golkar. Dan oleh karena itu bila Lee Kuan Yew wafat sangat mungkin menimbulkan tsunami politik dan sosial. Kepentingan nasional Indonesia pun ikut terseret. Mengapa Penting Untuk Indonesia? Sekedar mengingatkan. Kepentingan nasional Indonesia tergantung Singapura dalam beberapa hal penting dan dalam beberapa issu,  di mana Singapura adalah: tempat penyulingan minyak Indonesia, perantara transaksi barang dan jasa dengan dunia luar, penentu nilai tukar Rupiah, tempat persembunyian koruptor Indonesia beserta uang korupsinya,  tidak ada perjanjian ekstradiksi dengan Indonesia, gencara lakukan reklamasi pantai Singapura merapat ke wilayah Indonesia. Bila jurnalis hanya merujuk The Straits Times maka hanya menemukan berita pro pemerintah serupa Suara Karya jaman Orde Baru. Kini generasi internet Singapura menemukan tempat berlabuh untuk mengintip perkara-perkara tersembunyi. Mereka menemukan sedikit napas kebebasan bersuara dan berpendapat di Forum Channelnewasia, portal berita Temasek Review. Atau mengintip konten berita dan komentar di AsiaOne, The Satay Club, Sammyboy, dll situs alternatif. Lebih lugas lagi di situs keren dan sangat berpengaruh yakni John Harding. Bila berselancar ke pusat-pusat kebebasan informasi tsb Anda akan menemukan fakta-fakta mengejutkan yang tak dapat dibendung oleh pemerintah Singapura. Sekedar berbagi ijinkan saya sebutkan beberapa issue yang menggemparkan publik Singapore pada tahun 2011: 1) Keluarga Lee Kuan Yew ternyata pernah lakukan perbuatan memperkaya diri ketika membeli apartemen dengan harga diskon,  transaksi dilakukan sebelum jadwal penjualan resmi. Sehingga mereka meraih untung besar tanpa pemegang saham publik mengetahui. 2) Dana Cadangan (National Reserves) selama 10 tahun sudah ditarik sebanyak 27 kali tapi tidak pernah dilaporkan ke publik.  Sesuai pernyataan  Presiden Nathan. 3) Pada General Election (pemilihan Umum) 2011 PAP dikabarkan membeli suara rakyat sekitar $1000/orang 4) Hutang negara Singapore sekitar S$254milyar! 5) Dua kali kematian pasien, November 2010 dan Oktober 2011,  di National University Hospital ditutup-tutupi oleh penguasa. The Straits Times bahkan dipersalahkan ketika mengabarkan kematian pasien bernama Heng Choon Noi setelah operasi jantung Oktober lalu, gara-gara menyebut nama dokter-dokter yang lalai menjalankan tugas. Nampaknya Singapore kawatir terganggu program Wisata Medis yang ditargetkan meraih 1juta pasien luar negeri pada tahun 2013. 6) Sempat kaburnya teroris Mas Selamat dari penjara negara masih jadi bahan bulan-bulanan publik kepada pejabat negara. 7) Generasi muda menginginkan rekonsiliasi Lee Kuan Yew dengan para pelarian politik yang dituduh makar ketika terungkap bahwa mereka hanya korban konspirasi politik dengan tuduhan pembrontak komunis namun tidak diberi hak jawab memadai. 8) Gaji tahunan mentri Singapura dianggap sangat tidak rasional karena ada yang setara 4 kali gaji Presiden Barack Obama. Rakyat marah karena biaya hidup kian tinggi seiring susahnya cari pekerjaan. 9) Issue krisis kelahiran anak Singapore dan banjir pekerja asing dari China mencemaskan publik pada umumnya yang merasa terasing di negeri sendiri. Itulah akibat lebih banyak orang asing daripada warga asli. 10) Mungkin ini yang paling penting: publik masih menjunjung tinggi jasa-jasa Lee Kuan Yew tapi tidak percaya kepada anak-cucu Lee Kuan Yew yang dianggap hanya numpang nama orang tua. Sementara itu Lee Kuan Yew nampaknya hendak melepas tampuk kekuasaan kepada keluarga dan kerabat terdekat. Atas dasar rangkuman informasi yang saya kumpulkan sejak Maret 2011 maka saya meyakini bahwa gejolak Singapura di depan mata. Meskipun Lee Kuan Yew sudah melepaskan semua jabatan resmi di pemerintahan dan PAP namum pada dasarnya tetap duduk di pucuk kekuasaan. Dan bila mengingat usianya yang sudah tua maka kapanpun dia meninggal dunia akan menimbulkan gejolak. Saya sungguh terherarn-heran. Jurnalis Indonesia yang tajam penanya koq genit amat berlama-lama membahas kerusuhan jauh di Libya, Yaman, maupun Suriah. Padahal  tidak terkait langsung dengan kepentingan nasional Indonesia. Paling-paling cuma menangguk sentimen agama. Sementara itu Singapura yang di depan mata koq terlupakan. Apakah Anda percaya begitu saja kepada The Straits Times dan The Jakarta Globe? ::: Artikel terkait: Pemilu Singapore 201: PAP raih 60% tapi Sabet 93 Kursi Parleme Nicole Seah Idola Baru Singapore Mega Proyek Singapore  Oil Store di Bawah Laut Surat Ancaman Dr.Susan Lim Kepada Mentri Singapore dan Sultan Brunei ::::: -Ragile

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun