Sungguh kocak kasus anak boss Mega Tri Pratiwi lawan Satpam Sunarya. Kocak bila ditilik dari kebiasaan anak boss properti yang tidak banyak diketahui publik. Inilah contoh peristiwa kocak dari ranah pribadi keseret ke ranah publik dan ranah hukum atas dasar gengsi keluarga boss. Anak boss babak belur ditendang mukanya oleh Satpam di perusahaan sendiri. Lho? Mari perhatikan kembali peristiwa-peristiwa berikut ini yang dimulai pada Sabtu dini hari tanggal 10 Desember 2011 di Apartement Galeri Ciumbuleuit Bandung. Semua bersumber dari berita di media online :
1) Mega Tri Pratiwi (20) menginap di lantai 22 kamar 2217 tempat orang tuanya sekaligus pemilik apartemen. Dia dkk merencanakan bikin kejutan untuk teman yang berulang tahun. Dia terpilih jadi suster ngesot, setan jadi-jadian. Lift barang lantai 17 dipilih untuk merancang kejutan. Teman-temannya di bawah digiring agar masuk lift tsb agar kejutan berlangsung sukses.
Di sini jelas Mega melakukan kesalahan serius karena tidak ijin security/Satpam. Dia mestinya tau bahwa kenyamanan dan keramahan adalah jantung bisnis akomodasi baik di hotel dan di apartement. Namun bisa dimaklumi bahwa sudah umum anak boss suka berbuat semau gue di dalam properti milik babeh. Hanya ORANG TUAnyalah yang berkuasa menertibkan kelakuan anak di tempat kerja.
2) Satpam Sunarya secara tak diduga naik lift bareng teman-teman Mega. Begitu pintu lift terbuka di lantai 17 Mega menyongsong dengan harapan temannya jejeritan ketakutan. Eh dasar apes, Sunarya malah kakinya menendang muka suster ngesot yang diperankan oleh Mega. Dia terkapar, muka lebam, gigi lepas satu, ke rumah sakit.
Di sini lucu-lucuan berbuah musibah. Sunarya bertindak tegas melumpuhkan gangguan keamaman di wilayah hukumnya. Namun apes. Ternyata yang kena hajar adalah anak big boss. Mungkin saking paniknya dia kabur tidak berani mendekati Mega takut dikeroyok teman-teman Mega. Sunarya tentu paham di mana-mana anak boss suka sok jagoan di dalam properti milik Babeh. Bahkan jauh lebih ngebos daripada si Babeh. Sudah rahasia umum banyak anak boss berbuat pelanggaran di dalam hotel dan apartement, sementara pegawai tidak berani lapor kepada orang tuannya.
3) Mega Tri Pratiwi melalui blog pribadi ( megavandjabir.blogspot.com ) minta perhatian publik bahwa telah terjadi tindak kekerasan kepada dirinya. Sunarya dituntut untuk diseret ke meja hijau. "SUSTER NGESOT-MORAL DUTY REQUIRES ME TO CALL THE ATTENTION OF PUBLIC" serunya dengan gagah. Mega menulis bahwa ada saksi mendengar ucapan Sunarya yang menandakan Sunarya tau si suster ngesot adalah manusia.
Di sini kejanggalan sangat terang benderang. Mestinya kasus bisa diatasi dalam lingkup pribadi atau perusahaan, tapi malah diseret keluar. Alih-alih meraup simpati publik bahwa Mega DIZALIMI, eh malah banjir caci maki publik kepada dirinya.
Di sini nampak jelas prilaku umum diterapkan bahwa "boss is allways right" alias boss selalu benar. Anak orang kaya itu beserta keluarga kekeuh pertahankan gengsi. Salah-benar itu nomor dua, yang utama adalah gengsi. Yup, gengsi dong anak bos mukanya ditendang Satpam.
Coba deh... Lain ceritanya bila yang nendang adalah seorang jendral, hehehe.
4) 4 hari kemudian keluarga Mahfud Djabir minta maaf kepada publik bahwa anaknya telah bikin resah dengan peran suster ngesotnya. Dan pada hari yang sama tetap melanjutkan tuntutan hukum kepada Sunarya dengan tuduhan tindak penganiayaan.
Di sini bisa jadi Mahfud Djabir mengambil jalan tengah. Yaitu minta maaf untuk meraih simpati publik. Dan melanjutkan tuntutan hukum untuk mengambil hati anak yang gengsinya melayang ditendang kaki Satpam.
5) Mega kembali berseru via blog pribadi, kali ini minta agar hukum ditegakkan dengan benar. Maksudnya jangan terpengaruh opini publik yang kebanyakan mempersalahkan dirinya. Mega berharap Sunarya minta maaf karena setelah nendang suster ngesot koq tidak melakukan pertolongan.
Di sini kesannya Mega terjebak oleh ulahnya sendiri membocorkan peristiwa dalam apartemen ke muka publik. Sangat lucu. Biasanya yang begitu hanya dilakukan oleh tamu/tenant yang tidak puas oleh pelayanan hotel/ apartement. Lah dia sebagai anak pemilik mestinya menutupi aib dalam perusahaan babeh. Karena gangguan keamanan, kenyamanan dan keramahan berdampak lumpuhnya usaha penginapan.
PENUTUP:
Saya pribadi berkeyakinan Mega dan keluarga tidak akan mampu menjerat Sunarya secara hukum. Paling banter hanya menuntut permintaan maaf karena khilaf ketika Mega terkapar Sunarya tidak melakukan pertolongan. Plus hukuman pemecatan Sunarya dari Apartemen Gaery melalui perusahaan jasa outsourcing yang merekrut Sunarya. Bila dilanjutkan bisa jadi boomerang, misalnya bila ada pihak yang membocorkan kelakuan buruk anak boss di dalam apartement. Pelanggaran hukum, bila ada. Nah!
:::
RAGILE
Pernah gawe di hotel+apartemen
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H