[caption id="attachment_102574" align="aligncenter" width="634" caption="Euthanasia video made by Dr Nitschke for assisted suicide"][/caption] Suntik mati (anestesi/euthanasia) kian diterima. Australia sudah melegalkan untuk manusia usia 50+. Namun Dr Philip Nitschke alias "Dr Death" menuntut agar anak 18+ boleh suntik mati. Peralatan sudah komplit dan canggih. Beberapa orang sudah sukses mengakhiri hidup. Dr Death mengaku nikmat (exited) mengantar kematian mereka atas kehendak sendiri. Agamawan, pendiddik dan psikolog mengutuk. Namun dokter penganut atheis tsb kini kampanye suntik mati di sekolah-sekolah Inggris dibantu BBC London. Negara lain tunggu giliran. Adalah David Jones menulis artikel di Daily Mail Inggris pada 21-apr-2011. Dia sudah beberapa kali jumpa Dr Philip Nitschke pemuka utama anestesi dari Australi. David sangat cemas menyaksikan Dr Death leluasa promosi suntik mati di sekolah sekolah Inggris. Dia merujuk aktivitas Dr Philip Nitschke, 63 tahun, mendidik siwsa-siswa GCSE PHILOSOPHY. Sabtu lalu dilaporkan ada siswa peserta berusia 14thn dalam pembuatan video promosi anestasi. David menyambung reportase Daily Mail pada tanggal 15 dan 16 April 2011. Pendidikan suntik mati di sekolah itu berupa pemutaran Film 20menit - praktek asistensi swasembada bunuhdiri sebagai pilihan hidup. [caption id="attachment_102578" align="alignright" width="375" caption="Dignitas Clinic Switzerland for euthanasia-assisted suicide"]
[/caption] BBC London merencanakan untuk menayangkan video tsb pada musim panas tahun ini, namun dituding sebagai "cheerleader" dan memiliki agenda tersendiri, bahkan dituding sebagai korporasi yang tidak memegang teguh etika. BBC membela diri bahwa publik perlu mengetahui agar seimbang informasi mengenai suntik mati yang merupakan perkara penting dalam kehidupan manusia. Dr Peter Saunders, direktur badan amal Care Not Killing, yang gencar menuduh BBC. Namun BBC dibela oleh Sir Terry Pratchett. Pengambilan gambar Video tersebut di Dignitas Clinic di Swiss, menggambarkan orang yang menderita penyakit berat lalu memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan suntik mati. Dr Nitchke tampil dalam video tersebut. Perhatikan kutipan reportase dari Daily Mail Inggris pada 15-apr-2011: ::
The 20-minute film is made by Bristol-based Classroom Video, which supplies educational films to almost every UK school. It is being shown to pupils aged 14 to 18, mainly those studying GCSE philosophy which includes euthanasia on the curriculum. In it Michael Irwin, a former doctor and euthanasia campaigner, explains why he was 'very pleased' to help at least nine people to kill themselves at the Dignitas clinic. ... He has, however, held suicide self-help seminars across the world — in New Zealand, Britain and America — and helped promote a 13-hour TV programme endorsing euthanasia which was screened in China and Hong Kong. Attending one of his meetings is a surreal experience; with his racy presentation style and all his gadgets, it is rather like visiting a suicide Tupperware party. When I listened to him speak in a hall in West London last year, his audience comprised barely 30 souls, each of whom signed a disclaimer promising not to put the information he imparted to practical use. They were invited to donate £20 and buy his books, videos and purple-coloured trinkets, such as drinks-can coolers (£1.50) and shopping bags (£2.50) bearing the pro-suicide battle slogan: ‘I’d Rather Die Like A Dog.’ :: [caption id="attachment_102575" align="alignleft" width="306" caption="Dr Philip Nitschke from Australia"]
[/caption] Begitulah, sang dokter promo buku, video dll dibarengi sodoran kotak amal alias permohonan donasi untuk membiayai aktivitas propaganda. "
I'd rather die like a dog" (saya lebih suka mati seperti anjing), itu dia slogan yang tertulis pada materi promo Dr Death. Buat yang bosen hidup atau tak punya alasan untuk hidup lebih lama, pesan tsb menyentuh perasaan, bukan? Merespon perkembangan terkini, Commission of Assisted Dying mengajukan rekomendasi kepada Perdana Mentri untuk mengubah Undang Undang. Legalisasi bunuh diri cara anestesi apakah akan diakomodasi atau ditolak. Di Australi sudah duluan. Australia Utara sejak 1995 menjadi yang pertama melegalkan. Sebentar lagi menyusul Tasmania dan Australia Selatan. Sedangkan di Inggris belum dilegalkan. Dengan peralatan "DIY" yang disebut juga Deliverance Machine. Laptop Toshiba mengatur injeksi dari tabung ke badan pasien. Dengan pencet tombol maka mati seketika tanpa rasa sakit. Pasien bunuh diri hanya perlu tekan tombol YES menjabat 3 pertanyaan. Bob Dent dari Darwin adalah orang pertama, dia lakukan pada 1996. Kampanye ekstensif sudah menembus Australi, Amerika, Inggris, China dan Hongkong. Psikologis Dr Arthur Cassidy, direktor anti bunuh diri dari Yellow Ribbon khawatir video tsb mendorong generasi muda mengakhiri hidupnya hanya karena sedang stress atau ketika merasa dirinya menjadi beban hidup. Dan berpotensi meroketnya angka bunuh diri. Juru bicara Kementrian Pendidikan menyerahkan kepada guru apakah kurikulum Anestasi diajarkan di sekolah. Sedangkan Direktur Penuntut Umum menegaskan bahwa undang-undang sedang direvisi untuk menyatakan ilegal (melarang) upaya bunuh diri suntik mati gaya Dr Death. Namun Dr Death yakin sejak anak usia 18+ atau setara SMA adalah wajib memperoleh pendidikan suntik mati. Mereka berhak menentukan kelanjutan hidupnya karena sudah berakal. Dalam hal ini orang tua dan guru jangan turut campur. Sebagai atheis, Dr Death bersabda biarkan orang dewasa menjadi tuhan bagi diri sendiri. Lalu, apa benar penilaian mayoritas publik bahw Dr Death hanya propaganda anestesi dan anti tuhan untuk menghalalkan bunuh diri? *) sumber dan ilustrasi: Daily Mail UK
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Sosbud Selengkapnya