[caption id="attachment_102872" align="aligncenter" width="640" caption="NGO/LSM alleged of Financial Fraud (doc: shutterstock.com)"][/caption] LANJUTAN. Dulu, NGO/LSM memancarkan sinar cemerlang di tengah sistem otoriter Jaman Orde Baru. Hampir pasti informasi yang dapat dipercaya hanya suara dari LSM. Sebelum akhirnya terkuak sisi gelap. Saya melihat dengan mata kepala sendiri. Selama nyemplung jadi aktivis, programmer, supplier, finance auditor sejak tahun 1980-an hingga 2000-an. Ya ampun, nggak nyangka deh apa saja yang saya saksikan. Dulu saya pemuja aktivis dan LSM sebelum melihat sendiri prilaku mereka dan keuangan mereka. Job saya mengantarkan kedua mata untuk melihat sendiri angk- angka pada pembukuan. Waduh, hampir pingsan! Kecewa berat, ternyata sama saja dengan yang lain. Sulit dipercaya kalau tidak lihat sendiri. Maklum saya terlanjur anggap mereka mahluk dan lembaga istimewa bak dewa penyelamat, penjaga kebenaran. Akhir 1990-an. Sebuah LSM di Jakarta Pusat bergerak di bidang Pemantauan Pemilu. Kerjasama dengan aktivis masjid. Sering telpon-telponan dengan petinggi Polda Metrojaya. Kebetulan sering nelpon di sebelah meja kerja saya. Inti pembicaraan selalu berkisar permintaan aktivis akan fasilitas dan dana. Sebagai imbalannya adalah rekayasa untuk memenangkan partai politik titipan si boss/donatur. Untuk gagah-gagahan maka LSM tersebut merekrut mahasiswa Jakarta dan Jawa Tengah sebagai aktivis demokrasi. Nampaknya para mahasiswa yang lugu dan idealis tsb tidak ngeh sedang diperalat oleh koordinator. Misi dan visi resmi berbunyi "pejuang demokrasi, transparansi, HAM, anti korupsi, Pemilu Jujur dan Bersih". Eh, nyatanya jadi Pemantau Pemilu buat atur skor di TPS TPS di Jakarta. Lebih lagi ketika sang koordinator ngoceh bahwa dia orang kepercayaan konglomerat grup usaha "industri XX". Konglomerat tsb salah satu pengemplang kredit macet yang kabur ke Hongkong. Nah, hektaran tanah pindah nama kepada si aktivis koordinator LSM. Kata dia kepada saya itu dilakukan agar harta konglomerat tidak disita negara untuk bayar kredit macet dan talangan bank (bail out) ratusan milyar rupiah. Di kantor itu kalau tidak salah ada 3 buah plang LSM sekaligus. Dikelola oleh orang yang sama. Aktivitas beda-beda tapi modusnya sama. Yaitu LSM abal-abal untuk meraup donasi dalam dan luar negeri atas rekomendasi tokoh ternama. Lebih sip lagi berlindung di balik status sang ketua dan koordinator sebagai aktivis sekaligus imam salah satu masjid kenamaan di Jakarta. Disempurnakan dengan bahasa agama yang ajib-ajib. Jamaah masjid banyak yang tahu tapi semua tutup mulut. Hanya ngoceh di warung kopi. Mereka taunya LSM itu cukup dermawan, royal, suka kirim makanan dan konsumsi bagi aktivitas pengajian dalam masjid. TIDAK TERKECOH OLEH NAMA YANG APIK APIK SEBAGAI JUALAN AKTIVIS LSM. Sejak menyaksikan itu runtuhlah pemujaan saya kepada aktivis dan LSM. Bersikap biasa biasa saja. Teliti dulu siapa mereka. Ternyata nama nama yang indah bisa jadi bingkisan belaka. Karena masih ada 5 lagi LSM yang parah di Jakarta. Prilaku aktivisnya tukang boongin sales kartu kredit, nilep uang jamaah haji, sunat dana pembangunan masjid, bikin partai politik boongan untuk meraup dana sumbangan partai dari pemerintah dan memirip-miripkan lambang partai agar pemilih salah coblos. Orang orang seperti itu tidak merasa bersalah, malah bangga. Sama seperti pelaku penjarahan di Mall Ciputra Jakarta pada Mei 1998. Ketika saya tanya, seorang preman penjarah menjawab, "Mas, kalo tidak saya lakukan pasti orang lain yang lakukan. Ini soal dulu duluan." Hmm... Semua orang dikira sama jahatnya. Saya tidak bisa melupakan "alasan ajaib" itu. -BERSAMBUNG KE JILID TIGA- By Ragile ::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::: Strong Warning Singapore Medical To All Patiens Saksi Kejahatan Aktivis LSM (01) Mengatasi Siksa Minder, Terasing, Tereliminasi, Terpuruk Kontroversi Jawaban 5 Mitos Muslim Amerika Oleh Imam Feisal Abdul Rauf FPI Malaysia Demo Anto 53100 Injil Bahasa Malay Dan Pemakaian Kata Allah ::::::::::::::::::::::::::::::
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H