Mohon tunggu...
Ragile (Agil)
Ragile (Agil) Mohon Tunggu... Administrasi - seorang ayah yang kutu buku dan pecinta damai antar ras, agama, dan keyakinan

"Tidak penting SIAPA yg menulis, yg penting APA yg ditulis" (Ragile 2009). Pendiri #PlanetKenthir. Pro #Gusdurian. Lahir: 1960. Kuliah Sastra Inggris. Gawe Software Komputer ; Keuangan. Nama: Agil Abdullah Albatati (Engkong Ragile). FB: Agil Abd Albatati. Twitter: @KongRagile. Alamat: Kemang Jakarta Selatan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Indonesia Bagus, Timor Leste Parah di Mata Timur Tengah (Aljazeera)

5 Maret 2011   06:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:03 5132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_92627" align="aligncenter" width="726" caption="Taman Bunga Indonesia (dok indnetwork.co.id))"][/caption]

Sangat menarik menyimpak reportase Aljazeera English (AJE) tentang Indonesia dan Timor Leste. Penilaian Aljazeera akan berdampak kuat dalam percaturan dunia mengingat jaringan media elektronik ini terunggul di dunia sejak januari 2011. Dengan pemirsa setia sekitar 50 juta di Timur Tengah dan 100 juta secara keseluruhan di dunia, suara Aljazeera ibarat rapot tidak resmi yang menjadi rujukan seluruh dunia.

Pesan dan peran "digital diplomacy" sangat penting, apalagi dari media berreputasi tinggi sekelas Aljazeera. Di samping posisinya sebagai ujung tombak gerakan revolusi demokrasi Arab dan simpatisan negara berkembang. Dalam perkara ini saya sependapat dengan aktivis Afghanistan Malalai Joya bahwa kini ada dua super power yaitu Amerika dan Opini Publik.

[caption id="attachment_92635" align="aligncenter" width="450" caption="Indonesia"]

12993257361768029050
12993257361768029050
[/caption]

INDONESIA

4 Februari 2011 koresponden Aljazeera Step Vaessen melaporkan dari Jogyakarta. Indonesia dipuji sebagai negeri mayoritas muslim terbesar di Dunia yang menawarkan model Islam dan Demokrasi bergandengan tangan. Namun bukannya tanpa kritik. Dalam reportase di halaman muka Aljazeera English berjudul "Indonesia's Flourishing Democracy" digarisbahawi bahwa problem utama Indonesia adalah korupsi dan tindak kekerasan.

Saya menilai dampak politis-ekonomis dari reportase tsb adalah sbb: 1) Indonesia adalah negara modern dalam demokrasi dan toleransi beragama, 2) Indonesia sedang dalam masa perjuangan melawan korupsi dan aksi kekerasan, 3) Tidak ada alasan Indonesia ikut-ikutan revolusi model Arab 2011, 4) Indonesia menikmati promosi gratis untuk investasi dll yang tidak mampu diraih oleh prestasi Mentri Luar Negeri, Mentri Perdagangan dan Mentri Pariwisata.
Khusus mengenai Revolusi Rakyat Arab 2011 adalah jelas demi menuntut hak rakyat bersuara dan berpendapat. Sekalian tumbangkan rezim tiran yang membungkan suara rakya hampir di seluruh Timur Tengah. Bahkan Raja Saudi buru buru bagi bagi fulus kepada rakyat sepulang berobat 3 bulan di luar negeri. Namun tidak ada jaminan rakyat Saudi tidak berontak ikutan negeri tetangga. Maka sangat menggelikan dengar FPI dan FUI akan gelar revolusi rakyat Indonesia hanya karena kasus Ahmadiyah. Ngimpiiii...???

Selama ini FPI dan FUI terindikasi berpolitik dengan platform Saudi oriented. Menampik demokrasi dan HAM dengan alasan tidak tercantum dalam ajaran Islam. Bukankah mestinya FPI dan FUI yang wajib hukumnya direvolusi oleh rakyat Indonesia?

[caption id="attachment_92636" align="aligncenter" width="549" caption="Indonesia"]

129932545727393786
129932545727393786
[/caption]

Sebagai bangsa Indonesia saya ucapkan terimakasih atas andil positif Aljazeera Network dari Qatar, mengingat kabar di luar negeri tentang indonesia tidak jauh dari berita kerusuhan, bencana alam, dan terorisme. Pokoke sedih deh. Sehingga luntur kepercayaan dunia luar kepada nusantara. Kini, Demi kepentingan nasional saatnya pejabat tinggi negara Indonesia manfaatkan diplomasi digital dengan Aljazeera. Western minded sudah usang dan tidak menguntungkan. Beri bantuan ujung ujungnya turut campur RT NKRI.

TIMOR LESTE

25 Januari 2011 dalam tajuk "East Timor' Security Struggle" Aljazeera menyoroti akad PBB untuk perpanjang penempatan pasukan perdamaian. Perpanjangan satu tahun ke depan karena kredibilitas polisi Timor Leste belum pulih. Hal ini menyusul kerusuhan 2006 di mana terjadi deserse pejabat polisi. Kini tak kurang 50 pejabat polisi dalam proses hukum tindak indisipliner. Kemiskinan terus melanda sejak merdeka dari Indonesia.

Menurut saya dampak politis-ekonomisnya sbb: 1) Timor Leste tidak aman, 2) Polisi lumpuh dan ditangani oleh serdadu asing, 3) Miskin dan tidak punya daya tarik untuk warga asing, 4) Tapi cocok untuk berburu suami yang kaya (maaf yang ke 4 ini guyon).

Apa boleh buat, dalam era digital sudah saatnya jeli menjalin hubungan baik dengan pihak pihak yang bersahabat, Tidak hanya  kerjasama ekonomi dan militer, tapi juga kerjasama pemberitaan yang saling menguntungkan  agar lekas perbaiki nasib bangsa.

*

***

Salam Tuljaenak,

RAGILE, 05feb2011

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun