Sejak Jumat lalu kepulangan Yusuf Qaradawi memaksa dunia menyorot masa depan revolusi Mesir. Dunia Barat pada umumnya sangat curiga bahwa radikalisme dan ekstrimisme Islam akan mendompleng. Selama ini ulama top tersebut sangat keras dalam membela Palestina untuk merdeka dari Israel. Katanya melawan gerakan Zionis Israel yang mencaplok Palestina namum tetap bersahabat dengan warga Israel. Mungkin maksudnya membedakan warga/rakyat dari kebijakan penguasa Israel.
Tidak semua analis Barat meyakini Yusuf Qaradawi adalah "godfather" Ikhwanul Muslimin. Misalnya dari Israel yaitu Meir Hatina ( specialist in political Islam dari Hebrew University Jerusalem) mengatakan kemarin bahwa sangat tidak akurat mengaitkan Yusuf Qaradawi dengan Ikhwanul Muslimin karean dia dikenal independen dan tidak terikat dengan lembaga/organisasi agama manapun ( #the middle east news source).
Tahun 2004 Ikhwanul Muslimin pernah meminta agar Yusuf Qaradawi menjadi pembina namun ditolak dengan alasan tidak berminat menjadi milik kelompok tertentu. Lagi pula sudah lama putus. Namun sebagian besar jurnalis Barat mengecapnya mentor ikhwanul Muslimin, ekstrimis, anti semit, anti barat. Sebagian analis Barat menandai kiprah ulama-intelek yang kharismatik tsb adalah anti tesis dari Islam garis keras Al-Qaeda dll. Bahkan sebagian analis eropa mengapresiasi revolusi rakyat Arab 2011 sebagai "clear signal" kebangkrutan idiologi kekerasan atas nama agama.
***
Ragile 23-feb-2011
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI