[caption id="" align="aligncenter" width="620" caption="al jazeera (doc nationalpost.com)"][/caption]
Mata dunia menjadi saksi di layar TV. Kali ini bukan CNN dan Fox News, tapi Al Jazeera yang berjaya dan akurat meliput 18 hari Revolusi Mesir 2011. Sementara media Amerika sempat malu ketika salah menerjemahkan pidato Presiden Mubarak pada Kamis lalu sebagai pernyataan "no power" alias mundur. Padahal hanya mendelegasikan kepada Wakil Presiden Omar Sulaiman. Baru Jumat Mubarak lengser. Mengapa Perseteruan 3 TV cable kian meruncing? Tidak dipungkiri perebutan wilayah tayang dan gesekan kepentingan dunia Barat dan Timur turut bicara dalam hal ini. Mengingat media massa adalah satu di antara empat pilar kekuasaan setelah Pemerintah, Pengusaha, dan Militer.
Sekedara mengingatkan bahwa daya tarik sebuah media elektronik Televisi tak lepas dari kecepatan, akurasi, dan kredibilitas lembaga di belakangnya. Dunia Barat telah lama sukses mendominasi pusat berita dan rujukan berkat budaya demokrasi dan keterbukaan yang telah mapan. Belakangan CNN mulai disalip oleh Fox News, sesama Amerika. Namun ada keganjilan di Amerika di mana terdapat 200 channel tapi semua dikuasai oleh 4 konglomerat media massa.
Serangan Bill O'Reilly dari Fox News terhadap Al Jazeera baru baru ini menjadi debat publik Amerika. Tudingan O'Railly bahwa Al Jazeera anti-Amerika dan anti-semit menuai kecaman. Serangan O'Railly disertai opini pembenaran agar Al-Jazeera tidak perlu diberi ruang leluasa di dalam pasar Amerika - ini menunjuk penolakan perusahaan telekomunikasi Amerika untuk menyediakan sebuah channel agar publik Amerika bisa untuk nyetel TV Al-Jazeera. Sehari kemudian tampil mantan reporter ABC yaitu Sam Donaldson membela Al-Jazeera dan mengecam O'Reilly. Tak pelak perseteruan O'Railly versus Donaldson ramai dilansir media Amerika dan dunia.
Persisnya kecaman Bill O'Railly berbunyi sbb: ""Any fair-minded person who follows Al-Jazeera knows it's anti-American and anti-Semitic. Why are they cheerleading Al-Jazeera?" "
Sam Donaldson muncul di CNN bareng Howard Kurtz, sebailknya memuji coverage Al-Jazeera pada Revolusi Mesir sebagai sumber terpercaya. Hal ini diamini oleh John Fund, kolumnis konservative untuk The Wall Street Journal. Dia menekankan transisi methodikal menuju pemeritaan yang lebih baik oleh Al-Jazeera selama beberapa tahun dan dia optimistik.
"Frankly, the Arab street is never going to trust Western media. Al-Jazeera is about as good as we're going to get in terms of objective analysis for the Arab world, and I'm glad that it's there," ujar John Fund.
[caption id="attachment_88914" align="aligncenter" width="546" caption="CNNÂ ( doc CNN)"][/caption]
Tak kalah menarik adalah perbandingan yang dilakukan oleh David Zurawik dalam webbog The Baltimore Sun yang memperkenalkan profile dirinya sbb:
I've been The Baltimore Sun's TV critic since 1989. My writings on TV and media have appeared in such publications as TV Guide, Esquire magazine and American Journalism Review. I have a Ph.D. in American Studies from the University of Maryland, College Park, and an M.A. in specialized reporting (on popular culture) from the University of Wisconsin. I'm the author of The Jews of Prime Time (Brandeis University Press), a look at 50 years of Jewish characters and identity on network TV. I have also been with WYPR-FM (88.1) radio since 1994 and can be heard Thursday mornings at 7:30 doing a weekly "Take on Television" report.
Pada intinya Zurawik memuji akurasi berita Al-Jazeera ketika melakukan coverage Revolusi Mesir. Dia mencontohkan betapa ketinggalan media Barat yang hanya, di menggamabarkan, bagaian menyorot Mesir dari udara sesuai selera Barat, sedangkan Al-Jazeera seakan turut serta dalam setiap denyut langkah dan setiap getaran Revolusi Mesir. Bahkan Zurawik menemukan CNN sering mengikuti angel-angel gambar yang diambil oleh Al-Jazeera beberapa menit kemudian. Bukti ketertinggalan dalam waktu dan akurasi.
[caption id="attachment_88915" align="aligncenter" width="529" caption="Bill O"]
Apa Kata Pakar Tentang Al-Jazeera?
Matthew Baum, guru besar Global Communications and Public Policy at Harvard University's John F. Kennedy School of Government, tidak keberatan jika Al-Jeera masuk ke dalam pasar Amerika. Alasannya agar publik Amerika dapat membaca dengan jelas apa kata dunia (baca: Arab) tentang Amerika dari persepektif Arab, yang beda jauh ketika disajikan oleh media Amerika.
Eric Nisbet, guru besar komunikasi pada Ohio State University, yang telah melakukan studi Arab Media and anti-Americanism, mengatakan bahwa penting untuk membedakan channel dalam Bahasa Arab dengan channel dalam Inggris oleh Al Jazeera. Di dalam channel Bahasa Arab ditujukan untuk konsumen bangsa Arab dan bernuansa Arab sehingga Amerika dan Israel sering menjadi sorotan kecaman. Sedangkan dalam channel Bahasa Inggris ditujukan kepada konsumen dunia dan ditangangi oleh banyak mantan reporter Barat (CNN, BBC, dll) sehingga lebih balance dalam pemberitaan.
Nisbet tidak menyangkal ada nuansa anti-semit dan anti-amerika dalam Al-jazeera Arabic.
Minat Publik Amerika versus Publik Arab
Dari situs I Am Bored, ada cerita lucu. Dikabarkan bahwa pemirsa Amerika saben hari sibuk dengan iPad dan disodori berita tentang selebriti oleh Cable TV, misalnya tentang Paris Hilton. Serupa dengan infotainment yang jadi program andalan sebagaian besar TV Indonesia. Sebaliknya publik Arab di tanah airnya sendiri maupun warga Arab di Amerika lebih suka menyimak berita aktual. Mantan reporter CNN, Mike Hanna yang hijrah ke Al-Jazeera mengungkapkan dalam sebuah wawancara dengan The Yerussalem Post. Bahwa tantangan di CNN tidak lagi menggairahkan karena sejak Tragedi 9/11 CNN hanya fokus mengejar ratting yang tertinggal dari Fox News. Menurut Mike Hanna media Barat seringkali memandang negeri luar Amerika dari kaca mata militer (baca: security interest) dan sebagian lagi dari persepsi publik. Sedangkan Al-Jazeera berada di tengah-tengah agar mampu berkiprah dengan konteks yang lebih luas.
Bangkitnya Media alternatif dan Inspirasi Untuk Negara Berkembang
Bahwa kemudian Al-Jazeera direken media alternatif adalah benar dalam konteks asal Al-Jazeera dari negeri pulau kecil di semenanjung Arab bernama Qatar dan dibawah kekuasaan Emir Qatar.
Kisah Sukses Al-Jazeera network layak untuk mengilhami negara kecil dan berkembangan untuk berbicara di tingkat internasional dalam pemberitaan dan rujukan. Mengingat posisi strategis media massa sebagai salah satu pilar kekuasaan. Dengan syarat dilandasi oleh nilai-nilai demokrasi, HAM, dan keterbukaan. Atau akan terus bergantung coverage media massa asing yang biasanya hanya tertarik untuk mengangkat berita perang, musibah, dan kabar buruk lainnya dari sudut-sudut dunia yang tidak ada magnit bisnis dan kekuasaan bagi si pemilik media massa raksasa.
***
*) sumber:-
- All Academic Research, , A Comparison of CNN and Al-Jazeera Decision-Making
- The Yerussalem Post, 14-okt-2010, From CNN to Al-Jazeera
- Iambored.com, April 2010, CNN vs Al-Jazeera's News Coverage Yesterday
-Â CNN, 07-feb-2011, Former ABC Reporter Defends Al-Jazeera Comments
- The Baltimore Sun, 11-feb-2011, It's All Al-Jazeera, Then Everyone Else
- The Baltimor Sun, 10-feb-2011, US Cable Jumps Gun, Al-Jazeera Shines
- Fox News, 02-feb-2011, The Far Left And Egypt ( O'Reilly Factor)
- About.com, feb 2011, Bill O'Railly Fights Al-Jazeera dan Is Al-Jazeera Anti-American And Anti-Semitic?
>
>
>Postingan terkait: Kisah Sukses Al-Jazeera Network Dari Doha Qatar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H