[caption id="" align="aligncenter" width="641" caption="Omar Sulaeman and Husni Mubarak (doc telegraph.co.uk)"][/caption] Bila Anda begitu percaya bahwa demokrasi dan HAM menjamin kejujuran dalam berkata dan benar dalam bertindak, bersiaplah untuk menelan ludah. Dunia Barat yang begitu dikagumi sebagai jawara transparansi ternyata tak luput dari permainan kotor, kebohongan berlapis, dan manipulasi sejarah. Dan lebih gilanya lagi masih menikmati perbudakan bangsa lain secara terang-terangan. Bagaimana semua itu terjadi? Barat sangat menyukai pemimpin boneka. Pekan ini terungkap teka-teki kepentingan negara-negara Barat di Mesir. Bukan demokrasi, bukan hak azasi rakyat Mesir. Bukan pemilihan umum demokratis. Bukan karena takut "monster" Ikhwanul Muslimin mengambil alih Mesir. Tapi demi Israel. Ini dipertegas oleh bocoran Wikileaks tentang penunjukan wakil Presiden Omar Sulaeman untuk menggantikan Mubarak, atas keinginan Amerika dan Israel sejak 2008. The Guardian mengungkap bahwa Israel khawatir tak ada ijin kapal selamnya melewati terusan Suez yang dikuasai Mesir, dan peningkatan anggaran angkatan darat Israel bila Mubarak dkk tak lagi berkuasa. Belum lagi implikasi politik dan keamanan yang sudah mapan di bawah kendali Israel. Artikel What Will Become of Israel If Mubarak Falls di The Guardian Inggris dapat dibaca mewakili pandangan stereotype Barat kepada Arab dan Islam. Di mana setiap gerak langkah kemajuan dicurigai sebagai aksi kaum ekstrimis Islam. Dan oleh karenanya ketika rakyat Mesir membulatkan tekad untuk mendongkel diktator-tiran Mubarak ditanggapi oleh media massa Barat dengan gambar-gambar Ikhwanul Muslimin (Muslim Brotherhood). Yang sejatinya itu bentuk pelecehan kepada rakyat Mesir. Mereka bergerak tanpa ada sangkut paut dengan Ikhwanul Muslimin yang tidak lagi populer dan sudah dikooptasi oleh Mubarak. Maksud sesungguhnya dari kepentingan Barat adalah agar pemimpin boneka terpilih untuk berbakti kepada mereka. Standar Ganda dan Hipokrisi Barat Sikap hipokrit pemimpin negara Barat semakin kentara sejak Mesir begolak. Sehingga menimbulkan pertanyaan publik dunia yang pada umumnya tak habis pikir lalu jatuh pada satu kesimpulan: "Pemimpin-pemimpin Barat getol membela diktator di negara-negara Arab dan pada saat yang sama gembar-gembor demokrasi dan HAM?" Ironinya kemudian adalah gap makin melebar antara penguasa lawan rakyat; rakyat di Barat bersimpati kepada rakyat Mesir, pemimpin mereka ngotot menempatkan Mubarak-Sulaeman pada pucuk pimpinan. Dalam kasus Arab dan Timur Tengah pada umunya, apabila ditelusuri dan ditarik semua titik-titik simpul maka jatuh pada satu kesimpulan: Demi Israel. Bukan rahasia lagi bahwa bagi Barat Israel adalah harga mati untuk mengontrol Timur Tengah, Dunia Islam, Minyak Arab. Sekaligus untuk menutupi kesalahan masa lalu yang menempatkan Palestina sebagai jajahan Israel, dan belum ada jalan keluar agar Barat tidak kehilangan muka. Omar Sulaeman meraup dukungan penuh dari Barat untuk, secara basa-basi, memimpin pemerintahan transisi. Fakta dan persepsi umum dunia Arab justru menempatkan Sulaeman sebagai agen Israel. Yang setiap hari melakukan kontak rahasi dengan pejabat Israel. Yang memberi ijin kepada Israel untuk menyerbu Mesir demi menghentikan supply senjata ke Palestina. Maka adalah omong kosong belaka ketika Barat bicara demokrasi dan HAM di Timur Tengah. Kebusukan niatnya tak bisa dipungkiri. Wikileaks dan media alternatif telah banyak menyibak sisi gelap elit Barat dengan segala kebohongannya kepada dunia, juga kepada rakyatnya sendiri. Nampaknya Mesir akan menjadi medan pertempuran antara kepentingan pemimpin Barat (plus israel) di satu sisi melawan rakyat Mesir dan Arab di sisi lain. Bukan tidak mungkin skenario adu domba ala Fatah-Hammas di Palestina akan diterapkan di Mesir. Berita dari Vanityfair bertajuk The Gaza Bomshell dengan gamblang mengisahkan cerita sukses Presiden George Bush mengatur perang saudara bersimbah darah di Palestina. Tujuannya agar Hammas lumpuh dan dinyatakan tidak sah menang pemilihan umum. Di kemudian hari pucuk pimpinan jatuh ke tangan Mahmoud Abbas dari Fatah, pemimpin boneka Israel-Amerika di mana rakyat Arab mahfum semua berkat tayangan TV Al Jazeera. Kemudain di udara terjadi pula perang gerilya sangat sengit antara jaringan TV Al Jazeera melawan media massa Barat pada umumnya. Al Jazeera membongkar dokumen-dokumen rahasia yang membuktikan beberapa pemimpin Arab adalah boneka Amerika-Israel musuh rakyatnya sendiri. Media massa Barat melayani Al Jazeera dengan tayangan kaum ekstrimis dan teroris agar memberi kesan bahwa revolusi rakyat Arab adalah kemenangan kaum ekstrimis. Tak hanya itu, Akses ke TV Al jazeera pun dipersulit di 50 negara bagian Amerika dengan alasan tidak masuk akal. Serangkaian kebohongan yang makin dihujat oleh rakyat Barat sendiri. Berita baiknya adalah adanya gejala makin tinggi tingkat saling pengertian, saling simpati, dan persaudaraan antara rakyat di seluruh dunia. Terlepas dari sikap penguasa yang sibuk berebut kekuasaan. Beberapa nterview langsung oleh Al jazeera menemukan bahwa rakyat Israel banyak yang bersimpati kepada rakyat Mesir, malah ada yang berharap terjadi revolusi di Israel yang diyakini kalangan tertentu sebagai negara demokratis tapi bernuansa diktator terselubung.
***
*)Untuk mengingat keindahan Mesir dengan peradabannya yang panjang maka di bawah ini saya sertakan foto-foto eksotik tujuan wisata di Mesir, sebagai ganti carut marut demo anti Mubarak. [caption id="" align="aligncenter" width="410" caption="Temple of Queen Hatchepsut, Egypt (dok.thomson.co.uk)"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H