[caption id="" align="aligncenter" width="457" caption="Kompasiana.com"][/caption] Siapa bilang Kompasiana dulu lebih baik dari sekarang dan apa pula parameternya? Semua penilaian itu sangat subyektif adanya. Karena bertitik tolak dari kepentingan masing-masing di dalam social blog ini. Nanti akan saya buktikan di bawah ini. Namun sebelumnya mohon maaf saya tidak menemukan judul yang tepat sehingga langsung tulis yang tersimpan di hati sejak Mei 2009 ngeblog di Kompasiana. "ORANG TUA CENDERUNG MEREMEHKAN ANAK MUDA". Pribahasa ini berlaku pula di dunia tulis menulis. Penulis lama membanggakan masa jayanya sekaligus meremehkan kejayaan generasi berikutnya. Seakan betapapun unggulnya generasi baru tak pernah mampu mengungguli generasi sebelumnya. Dalam hal Kompasiana saya perhatikan dinamika interaktif sebagai berikut.: 1) Kompasiana lama dipenuhi debat tentang tokoh, kelompok dan parpol. Yang terjadi adalah gontok-gontokan untuk mendukung atau menolak tokoh, sambil "memperbudak diri" kepada tokoh, kelompok dan parpol. Sebagai "ancer-ancer" jaman Kompasiana lama berakhir sejak ulang tahun kedua yaitu Oktober 2010. Bisa dikatakan semua sebagai imbas dari perseteruan politik pada ajang PEMILU 2009. 2) Kompasiana baru lahir dengan pertarungan ide, ideologi, bahkan imaginasi. Satu-satunya hal yang menghambat adalah gangguan teknik selama masa upgrade and maintenance system oleh IT. Jelas bahwa pertarungan ide lebih bermutu, lebih keras dan tajam. Dan (jangan lupa) bikin gerah kawan kawan yang ingin nyaman minus debat panas yang menyedot perhatian tapi tak mungkin dihidari. [caption id="attachment_74126" align="aligncenter" width="418" caption="Nulis aja koq ribet..."]
*
Postingan sebelumnya :
Petualangan Nekad TKW di Amerika (kisah nyata)
*
Postingan kawan Della Anna :
Penghitungan Keliru Gaji Presiden SBY
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H