Mohon tunggu...
Ragile (Agil)
Ragile (Agil) Mohon Tunggu... Administrasi - seorang ayah yang kutu buku dan pecinta damai antar ras, agama, dan keyakinan

"Tidak penting SIAPA yg menulis, yg penting APA yg ditulis" (Ragile 2009). Pendiri #PlanetKenthir. Pro #Gusdurian. Lahir: 1960. Kuliah Sastra Inggris. Gawe Software Komputer ; Keuangan. Nama: Agil Abdullah Albatati (Engkong Ragile). FB: Agil Abd Albatati. Twitter: @KongRagile. Alamat: Kemang Jakarta Selatan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Palsunya Sejarah Korbannya Pahlawan

25 Oktober 2010   17:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:06 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

[caption id="attachment_290025" align="alignleft" width="219" caption="(iamstillalivehere-blogspot.com))"][/caption] Mari sama sama introspeksi... Kebiasaan buruk bangsa kita adalah tahu sejarah tapi membiarkan arsip sejarah palsu dijadikan bacaan resmi di sekolah dan di ranah publik.  Budaya ewuh pakewuh (merasa tidak enak hati) melahirkan dualisme: ada pahlawan di atas kertas dan ada pahlawan di dalam hati. Maka tak sulit menduga bahwa usulan gelar pahlawan serupa  pesta launching new  product dari bisnis  Taman Makam Pahlawan. Sebuah pesta meriah di mana agency Event Organiser sebagai playmaker pasti meraup untung. Tak peduli rakyat bingung dan penonton linglung. * Kita tahu bahwa baik buruknya mantan Presiden Soeharto selama berkuasa 30 tahun jaman Orde Baru harus dibuka lebar sesuai fakta. Adalah terlaku naif hanya melihat sisi ekonomi sambil mengesampingkan sisi kemanusian. Soeharto bukan boss pabrik uang RI tapi pemimpin negara yang diangkat untuk mensejahterakan dan melindungi rakyat RI. * Masa jaya ekonomi dan ketertiban umum memang benar sumbangsih besar Orde Baru. Dan benar juga sumbangsihnya pada: pemalsuan sejarah, penganakemasan etnis Tionghua di sektor ekonomh, hukum penuh rekayasa, korupsi gila gilaan. GOLKAR terang terangan memanipulasi Pemilu. Paling parah adalah ribuan perempuan Aceh diperkosa aparat. Dan tak kurang 600 ribu rakyat dibiarakan tewas dibantai ketika awal masa Orde Baru. Mungkin cuma Gus Dur yang berani minta maaf kepada kaum komunis yang darahnya sempat "menghiasi" pekarangan, danau dan sungai di dusun-dusun pulau Jawa di mana saya waktu itu sudah mampu mengingat kejadian. Paling tidak itulah yang sering kita simak dari berita-berita khususnya dari luar negeri yang lolos sensor dari penguasa Order Baru. Namun demikian tidak ada jaminan bahwa semuanya itu benar. Bisa jadi bias diuleg luged dengan kepentingan politik di masa perang dingin Amerika-Sovyet. Lagi pula siapa mungkir bahwa media barat tidak double standard?

Makanya perlu diluruskan terlebih dahulu sejarah bangsa kita khusunya sejak jaman perjuangan kemerdekaan hingga akhir Orde Baru sebelum menentukan sosok yang layak jadi pahlawan.

Marilah kita buka mata dan nurani seiklas iklasnya.  Sudah lama kita biarkan menipu sejarah kita sendiri. Bisa jadi nasib bangsa suram seperti ini karena tak ada rasa belas kasih kepada derita dan nyawa saudara sebangsa. Tidak terketuk hati untuk sesal dan minta maaf kepada korban pembantaian. Walau hanya dalam hati. * Sungguh ironis dikala keimanan dan kesantunan diagungkan tak ada tanda tanda simpati kepada korban pembantaian. Sungguh ganjil. Dikala gencar mengecam kejahatan antar bangsa asing, malah tutup mata kejahatan nyata nyata di depan mata. Mungkin menunggu sampai kita sendiri yang jadi korban. Mungkin, ya mungkin, sedang nunggu giliran jadi korban. * Bagaimana Tuhan mau mengasihi kita jika kita begitu kejamnya tak peduli kepada korban penculikan, perkosaan, pembantaian dan pembunuhan? Apakah kita bangsa budak uang dan mengabdi kepada  pemilik uang? Tak peduli ceceran banjir darah dan air mata saudara sebangsa dan setanah air? *

Sebagai penutup mari ajukan  pertanyaan: Manakala sejarah palsu di pangkuan kita, manakala penegakan hukum menunjang palsunya sejarah, adakah pahlawan yang layak kita junjung dan kita teladani?

Dan jika ada pihak yang getol mengajukan daftar antrian pahlawan seolah terdesak momentum, ada apa dibalik semua itu?

*******

RAGILE 26-okt-2010

————————————————————–—————————— *Postingan sebelumnya: Ancaman Agama Misterius Si Kakek (sosbud) *Postingan kawan-kawan:***Della Anna: Tua Itu Menakutkan? ***Dinar Manaf: Humor Ramadhan 2 ***Bahagia Arbi: Anda Pantas Dijual Ibra!!! (bola) ***Trihito Eriwibowo: MU dan Inter Menang Tipis, Barca Ke Puncak ***Fidel Dapati G: Bersembunyi di Balik RMS *****  Muma Buana: Berbagi Tugas Dengan Dubes RI di Sudah

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun