Mohon tunggu...
Ragile (Agil)
Ragile (Agil) Mohon Tunggu... Administrasi - seorang ayah yang kutu buku dan pecinta damai antar ras, agama, dan keyakinan

"Tidak penting SIAPA yg menulis, yg penting APA yg ditulis" (Ragile 2009). Pendiri #PlanetKenthir. Pro #Gusdurian. Lahir: 1960. Kuliah Sastra Inggris. Gawe Software Komputer ; Keuangan. Nama: Agil Abdullah Albatati (Engkong Ragile). FB: Agil Abd Albatati. Twitter: @KongRagile. Alamat: Kemang Jakarta Selatan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengapa Banyak Anak Sulung Membawa Petaka Bagi Adik-adiknya ? [Kisah Nyata]

19 Agustus 2010   02:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:54 6874
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PERHATIAN: Ini bacaan sangat serius dan agak panjang. Kisah-kisah nyata berikut ini saya rangkum dalam kejadian 30 tahun terakhir. Khusus prilaku anak-anak sulung (anak tertua) yang begitu agresif dan posesif kepada adik-adiknya. Bahkan tak jarang anak sulung mengambil porsi orang tua, sedemikian kian rupa sehingga adik-adiknya di dalam cengkaram penuh. Akibatnya terjadilah keretakan hebat di dalam keluarga di antaranya ada 5 contoh kasus:

(1) Penyelewengan dalam harta warisan

(2)Perang saudara dengan keluarga sendiri maupun keluargabesan

(3)Intervensi dalam urusan jodoh adik-adiknya

(4)Kerusakan rumah tangga adik-adiknya

(5)Kehancuran ekonomi keluarga besar

*

1.Penyelewengan harta warisan. Sahabat saya di Pulau Batam curhat 20 tahun lalu. Mereka 5 bersaudara. Kakak tertua pada waktu itu menjadi andalan keluarga dan orang tua percaya penuh kepadanya. Entah bagaimana ceritanya ,ketika sang ayah meninggal dunia sang kakak membagi waris seenaknya. Bukan hanya main gelap-gelapan. Bahkan apa yang pernah kakak berikan kepada orang tua ditagih kembali. “kas bon/Invoice” itu dalam bentuk potongan nilai harta waris sebelum dibagikan kepada para ahli waris.

Sang ibu menangis tersedu-sedu, tak dinyana anak emasnya yang sudah bersuami ternyata cuma pura-pura sayang orang tua. Bayangkan. Makanan yang diperoleh darianak sulung ternyata dibukukan sebagai“kas bon/invoice” di hari kemudian. Secara diam-diam, sambil pelan-pelan menguasai harta waris dengan memanfaatkan kepercayaan orang tua dan adik-adiknya. Ck ck ck… Lihay sekali bukan?

Kepada sahabat di Batam saya berkata, “Beri pengertian kepadakakakmu bahwa perbuatannya sangat memalukan dan penuh tipu muslihat. Jika sang kakak tidak mau tau, biarkan. Tak perlu ngajak ribut mengejar harta warisan. Tuhan maha adil koq, pasti akan ada ganti dari arah lain. Tonton aja apa yang akan terjadi di kemudian hari. Tau dong, harta warisan adalah ujian kita bersaudara mau utuh atau rusak.”

*

2.Perang saudara dengan keluarga sendiri maupun keluargabesan. Sahabat saya di Balikpapan Kalimantan Timur 30 tahun lalu curhat. Mereka 7 bersaudara. Semua sudah berkeluarga. Kakak tertua ambil alih peran orang tua yang masih hidup semua. Bahkan saking napsunya berkuasa sering memaki-maki orang tuanya sambil mengungkit-ungkit kedermawanannya kepada orang tua. Ujung-ujungnya harta orang tua diam-diam beralih kepemilikan kepada anak tertua.

Adik-adiknya melongo. Bagaimana mungkin orang tua masih punya harta untuk biaya hidup sendiri koq tau-tau semua hartanya berpindah nama kepemilikan kepada anak tertua? Alasan si kakak adalah bahwa dialahyang paling berhak mewakili orang tua. Adik-adik wajib percaya bahwa tindakan sang kakak sama dengan kebijakan orang tua. Tak boleh membantah.

Termasuk dalam berurusan dengan eluarga besan. Sang kakak sering jadi pemain tunggal mengatasnamakan keluara besar. Celakanya sang kakak sering menipu keluarga besan seakan adik-adiknya minta bantuan dari besan. Ternyata dimakan sendiri oleh sang kakak. Besan yang berada di luar negeri begitu dermawan kirim uang pinjaman modal kepada sang kakak untuk dibagi rata. 5 tahun kemudian ketika para besan menagih hutang, gempar!!!

Sang kakak yang makin lihay menipu tetap bersikukuh bahwa selama ini telah membantu adik-adiknya dengan pinjaman modal. Adik-adik tidak terima karena memang tidak ada pinjaman modal dari kakak. Ujung-ujungnya sang kakak melancarkan fitnah dan menyebarkan aib semua keluarga besan. Tak pelak lagi, perang saudara berkecamuk di dalam keluarga sendiri maupun dengan keluarga besan.

Menjawab curhat sahabatku via surat, saya balas begini: “Keluargamu harus tegas mengakui bahwakakakmu bersalah. Dialah biang keroknya. Orang tua tidak boleh melindungi kejahatan anak tertua betapapun sayangnya kepada anak sendiri. Kerukunan bersaudara bukan berarti melindungi kejahatan saudara. Tidak pada tempatnya pakai alasan putus silaturahmi dosa. Jika kakakmu bersalah hukumlahsepantasnya. Jangan pula pakai alasan bahwa keluarga besan juga tidak bagus-bagus amat kelakuannya. Salah ya salah, nggak pake perbandingan. Cuma itu yang bisa mengembalikan nama baik keluarga.”

*

3.Intervensi dalam urusan jodoh adik-adiknya. Sahabatku di Bogor curhat 7 tahun lalu. Mereka 6 bersaudara perempuan semua. Kakak tertua selalu ngatur-ngatur dengan siapa adik-adiknya berjodoh. Kekuasaannya bahkan melebihi orang tua. Adik-adiknya yang sudah masuk usia nikah dibikin kalang kabut seakan tanpa restu sang kakak tidak ada pernikahan. Hebatnya lagi sang kakak meminta agar semua adiknya berjodoh dengan pegawai negeri dengan alas an ada jaminan pensiun / hari tua.

Tak hanya itu sang kakak wanti-wanti agar semua adiknya tetap taat kepada sang kakak walau sudah bersuami. Alasannya hubungan darah tak akan putus sedangkan dengan suami bisa putus. Walhasil 6 perempuan bersaudara tersebut “sukses” menjomblo secara berjamaah hingga usia 45 tahun. Setelah sang kakak meninggal dunia semua adiknya buru-buru cari jodoh secara merdeka. Merdeka di usia senja.

Membalas curhat sahabat di Bogor, saya wanti-wanti: “Pengalaman tragis seperti itu jangan diwariskan ke anak-cucu dong. Jangan pernah memberi mandat kepada kakak tertua bahwa dialah pewaris tunggal kekuasaan orang tua. Antara kakak-adik yang ada adalah saling sayang dan hormat. Jika orang tua sudah tidak sehat lagi (atau meninggal) maka kekuasaanya diperankan secara kolektif oleh anak-anaknya. Ingat, kekuasaan tunggal cenderung menyeleweng. Ini sering terbukti, lho.”

*

4.Kerusakan rumah tangga adik-adiknya. Sahabatku di Magelang Jawa Tengah curhat 12 tahun lalu. Mereka 3 bersaudara. Sudah bekeluarga semua. Sang kakak tertua merasa paling tahu berrumahtangga yang baik. Ingin ada penyeragaman pola dan tata cara berumahtangga. Adik-adiknya dipaksa mengikuti gaya hidup sang kakak. Bila membantah akan diberi sanksi berupa “boikot ekonomi” maupun larangan bertemu orang tua yang telah dikuasai oleh sang kakak.

Lucunyalagi sang kakak membatasi hubungan adik-adik dengan para mertua dan keluarga besan. Alasannya karena besan-besan dari beda suku maka khawatir tercemar tradisi dan budaya asli di dalam keluarga. Dan saking taatnya adik-adik, setiap ada masalah selalu minta petunjuk dan pengarahan kepada sang kakak. Omongan suami tidak digubris, takut dihukum sang kakak. Sampai pada satu titik RT adik-adik bubar berantakan karena ulah sang kakak. Pada saat yang sama RT sang kakak utuh tapi sudah 10 kali koar-koar mau cerai gagal lagi – mau cerai gagal lagi hingga akhirnya pisah rumah tanpa ada kejelasan.

Menjawab persoalan sahabatku di Magelang, saya bilang, “Salah sendiri…. Jangan pernah buka pintu intervensi. Dari manapun, termasuk orang tua. Berbakti kepad orang tua tak ada hubungan dengan turut campur dalam RT. Jikamemaksa, cukup diiyakan tapi jangan pernah dilaksanakan. Sekali pintu intervensi dibuka maka RT kita cuma jadi centeng dan tempat pelampiasan pihak yang melakukan intervensi. Selesaikan sendiriurusan RT, bila gawat cari penengah yang adil yang dipercaya oleh kedua belah pihak.”

*

5.Kehancuran ekonomi keluarga besar. Sahabatku di Lampung curhat 3 tahun lalu. Mereka 5 bersaudara mewarisi sebuah usaha pertanian cukup sukses selama puluhan tahun dari kreatifitas orang tua. Sang ayah rupanya terinspirasi ekonomi gaya orde baru. Yaitu besarkan dulu satu pihak lalu yang kecil-kecil akan diangkat oleh pihak yang sudah besar. Istilah kerennya, apa tuh?, “tickle down effect”?. Maka anak sulung dimodali besar-besaran, sementara adik-adik Cuma dijadikan pegawai untuk sang kakak. Jatah modal untuk adik-adik diberikan kepada anak tertua. Ayah bermimpi begitu si sulung sukses, adik-adik menyusul sukses dalam waktu dekat.

Ternyata ayah salah kalkulasi. Sang kakak sudah malang melintang tapi ogah mengangkat adik-adiknya dengan mengembalikanjatah modaladik-adik dulu dari orang tua. Sang kakak malah menikmati citranya sebagai pengusaha sukses penolong adik-adiknya. Seakan semua dari jerih payahnya sendiri. Padahal semua itu dari kreatifitas sang ayah sekaligus modal dari ayah. Si kakak tau beres. Yang mikir ayah, yang kerja adik-adik.

Keserakahan si kakak menjadi-jadi. Pinjaman modal dari orang tua tidak dikembalikan padahal diperlukan oleh adik-adiknya yang masih hidup megap-megap. Walhasil ayah meninggal dunia dengan menyimpankebencian serius kepada anak sulung yang dulu dibangga-banggakan. Setahun kemudian usaha si kakak tewas seketika. Hartanya ludestak ada bekas, saking boros dan terkendali. Ekonomi keluarga besarpun nyungsep bareng-bareng.

Menjawab SMS-SMS sahabatku di Lampung, saya tulis, “Itu dia… Kesalahan umum para orang tua adalah menganggap anak sulung adalah pewaris utama/tunggal kekuasaan orang tua. Celakanya banyak orang tua terkecoh oleh moralitas anak-anaknya sendiri. Orang tua lebih terkesan oleh usia dan kepandaian anak-anak tanpa perhatikan nilai-nilai kejujuran dan tanggung jawab. Budaya menunjuk anak sulung (atau bukan) sebagai pewaris tunggal kekuasaan inilah akar permasalahannya.”

Begitulah kisah-kisah nyata yang saya temukan. Contoh serupamasih banyak. Jawaban-jawaban saya kepada curhat sahabat adalah pendapat saya pribadi. Saya yakin banyak kawan-kawan di sini yang punya cerita serupa dan punya pendapat lebih baik. Silakan berpartisipasi.

Mohon maaf ini bukan bermaksud menjelek-jelekananak sulung, sekedar beberkan fakta akibat memberi hak istimewa kepada anak tertua (ataupun bukan anak tertua) sebagaipewaris tunggal kekuasaan orang tua. Maklum manusia bisa berubah jadi lebih baik atau lebih buruk dari masa ke masa. Tak terkecuali.

Semoga bermanfaat.

Salam tuljaenak,

RAGILE 19-ags-2010

*

*

* sumber ilustrasi Mike Tyson: waspada.co.id

* postingan sebelumnya: Jokerseh Nguping Presiden SBY Bicara Dengan “K”

* Juga silakan klik tulisan kawan di bawah ini:

- @Della Anna………..   17 Agustusan Di Belanda….

- @LH……………………..  Menganut Agama Artinya Menjalankan Toleransi

- @Kurtubi………………   Waspada penculikan dan mutilasi anak marak-kembali

- @Hazmi Srondol…..  Cara menolak rayuan spg cantik

*

(Buat kawan-kawan semua mohon jangan salah paham bahwa saling tukar link di atas hanyalah upaya apresiasi tulisan yang dianggap ada manfaat dan hanya berlaku satu bulan, bulan berikutnya bergilir dengan kawan-kawan yang lain. Trims).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun