Mohon tunggu...
Ragile (Agil)
Ragile (Agil) Mohon Tunggu... Administrasi - seorang ayah yang kutu buku dan pecinta damai antar ras, agama, dan keyakinan

"Tidak penting SIAPA yg menulis, yg penting APA yg ditulis" (Ragile 2009). Pendiri #PlanetKenthir. Pro #Gusdurian. Lahir: 1960. Kuliah Sastra Inggris. Gawe Software Komputer ; Keuangan. Nama: Agil Abdullah Albatati (Engkong Ragile). FB: Agil Abd Albatati. Twitter: @KongRagile. Alamat: Kemang Jakarta Selatan

Selanjutnya

Tutup

Politik

SBY Kawatir, Boediono Memasuki "The Weeks Of Living Dangerously"?

5 Desember 2009   10:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:04 1137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kasus Bank Century yg memojokkan Wapres Boediono dan Menkeu Sri Mulyani bikin puyeng Presiden SBY. Soalnya kedua tokoh tsb berada pada pusat kekuasaan dan sekaligus motor andalan sang presiden. Desakan Amien Rais agar kedua tokoh tsb non-aktif sementara tak pelak menaikkan eskalasi dan tegangan politik tingkat tinggi. Siapapun tahu Amien Rais terlanjur identik dg salah satu King Maker di negeri ini sejak bergulirnya Jaman Reformasi 1988. Dan siapapun tahu Amien Rais tak lepas dari jatuh-bangunnya karir politisi level atas, termasuk SBY pada Pilpres Agustus lalu. Dan siapapun tahu Amien Rais sewot dg penunjukkan SBY kepada Boediono sbg cawapres pada Pilpres Agustus lalu.

Boediono terlanjur identik dg simbol Neolib, pengikut Amerika, dan  ekonom semacam Kwik Kian Gie menyebutnya suka menerima pesanan dari tekanan besar dalam mengambil keputusan. Ketika Boediono menerima pinangan SBY untuk jadi cawaprespun dikabarkan karena ada tekanan besar yg tidak dapat dia tolak. Boedionopun satu-satunya Wakil Presiden RI era reformasi dimana dia tidak punya modal politik, tak punya dukungan massa riil untuk mengamankan kebijakan yg dia ambil.

Kasus Bank Century sudah masuk Hak Angket DPR, Boediono dan Sri Mulyani diduga bersalah dalam mengambil keputusan untuk mengucurkan dana talangan tak kurang dari Rp.6,7 trilyun. Presiden SBY kawatir kasus tsb dimanfaatkan untuk melengserkan orang-orang penting di sekitarnya. Alias dipolitisir. Dalam pekan-pekan kedepan kasus tsb bakal makin heboh. Ketika mencapai klimaks, kira-kira apa yg akan terjadi? Bisa jadi bakal ada Tawar-menawar ala politik dagang sapi, lalu bussines as usual. Atau bisa jadi ada salah satu tokoh penting "dikorbankan". Di sinilah posisi Boediono yg bisa jadi sedang memasuki pekan-pekan yg membahayakan, sebut saja "the weeks of living dangerously".

Istilah tsb saya comot dari sebuah film Australia tentang kondisi mencekam di Indonesia pasca pembrontakan PKI 1965 yg berjudul  "Years of living dangerously".

Membidik Boediono relatif mudah di ranah politik Indonesia. Dg beberapa kelemahan dan stigma yg melekat pada dirinya, ada beberapa kelompok kepentingan yg pasti sangat bersemangat untuk mencecar dirinya. Kelompok parpol Islam yg merasa jatah kursi wapresnya direbut. Kelompok Islam gerakan yg anti-amerika. Dan kelompok nasionalis-sosialis yg anti pasar bebas dan anti liberalisme.

Saya tidak tahu apa yg akan terjadi bulan depan. Sebagai warga negara saya hanya berharap kasus bank century berjalan sesuai prosedur hukum yg adil dan transparan, dan tegas. Pembrantasan korupsi makin digencarkan. Presiden SBY tak perlu panik, posisinya tak kan goyah. Jadi tak perlu memberikan kesan seolah-olah stabilitas di atas segala-galanya.

Kita sih maklum SBY yg berlatar belakang militer sudah terdidik dg security-approach yg lekat dg "stabilitas" (walaupun masih bisa dipertanyakan lewat SMS: "stabilitas untuk siapa seh?").

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun