Mohon tunggu...
Ragile (Agil)
Ragile (Agil) Mohon Tunggu... Administrasi - seorang ayah yang kutu buku dan pecinta damai antar ras, agama, dan keyakinan

"Tidak penting SIAPA yg menulis, yg penting APA yg ditulis" (Ragile 2009). Pendiri #PlanetKenthir. Pro #Gusdurian. Lahir: 1960. Kuliah Sastra Inggris. Gawe Software Komputer ; Keuangan. Nama: Agil Abdullah Albatati (Engkong Ragile). FB: Agil Abd Albatati. Twitter: @KongRagile. Alamat: Kemang Jakarta Selatan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Solusi Mbah Marijan:Hari Kiamat*

14 Februari 2010   17:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:55 972
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Belakangan ini Hari Kiamat menghantui. Lewat film hollywood maupun lewat ramalan paranormal, misalnya Mama Lauren (Iiiih, sereeem!!! ). Coba saja banyangkan! Langit dilipat, disobek-sobek. Matahari melayang pendek memanggang bumi dg wajah murka. Gunung-gunung meledak bagaikan bom nuklir. Lautan meluapkan air mendidih, meronta-ronta liar dan jungkir balik. Semua mahluk berhamburan ke udara. Tercabik-cabik. Jerit tangis, histeris, horor dan teror alam semesta merangsek setiap detik tanpa henti. Bayangkan!!!

Alkisah datang seorang agamawan, paranormal, dan ilmuwan ke gubuk Mbah Marijan. Di sebuah lembah gunung berapi. Mereka berupaya cari tahu perkembangan mutahir gerak alam. Dimulai dari gunung berapi. Salah satu isyarat ancaman terjadinya Hari Kiamat yg mereka yakini kian dekat.

Mbah Marijan: "Mongo, monggo.... silakan duduk-duduk dulu di tikar sini."

Agamawan   : "Mbah, saya yakin Hari Kiamat sudah dekat. Oh, Tuhan..."

Paranormal   : "Oh ya. Dekat sekali! Saya sudah liat dg mata batin, hehehe...."

Ilmuwan       : "Fenomena alam yg ganjil dan pergeseran iklim kian cepat, itu buktinya."

Mbah Marijan hanya manggut-manggut menyimak semua ekspresi wajah-wajah tamu agung. Sesekali nyruput wedang jahe bikinan Si Mbok. Tak ada kecemasan tergambar di wajahnya yg selalu tegar. Santai dan rosa, mungkin itu kesan seorang Mbah Marijan yg eksentrik dan diyakini punya kesaktian. Berkat kedekatannya dg alam sejak duluuuu sekali. Sebelum orang-orang heboh gembar-gembor untuk kembali ke alam (ciaaaah, dulu-dulu kemana aja.....?).

"Kami ingin bertanya Mbah, bagaimana menurut Mbah pribadi?"

"Kiamat lagi... Kiamat lagi... hahahaha...."

"Mbah, serius dikit napa.....?"

"Iya Mbah, kami kawatir. Kami belum siap. Kami cemas. Tuhan sudah marah. Ini mengerikan. Kami tidak tahu harus, emm..."

"Begini yakh... saya mau tanya dulu. Hari Kiamat itu hari apa? Untuk apa?"

"Waduh Mbah! Masa lupa??? Hari Kiamat sudah tertulis di kitab-kitab suci. Pasti terjadi. Itu hari kehancuran alam semesta sehancur-hancurnya. Dunia dikrues-krues oleh Tuhan. Manusia akan diadili di alam akhirat. Lalu masuk ke alam abadi. Kehidupan abadi. Bagaimana Mbah?"

"Begini yakh... Menurut kitab suci atau kitab kotor sama-sama ditafsirkan oleh manusia."

"Tuhan berfirman, Mbah."

"Manusia yg menafsirkan. Tafsiran bisa benar bisa melenceng. Iya tokh? Iya tokh?" Mbah melanjutkan.

"Begini yakh Bapak-bapak semuanya....Yang saya tahu. Kiamat sudah diramal ribuan tahun lalu. Katanya akan terjadi bulan depan, tahun depan, dan seterusnya. Nyatanya? Yang saya tahu. Ramalan hari kiamat itu mainan empuk supaya orang-orang pada nurut. Buntutnya jiwa dan harta pindah tangan kepada yg pinter bikin ancaman. Yang saya tahu. Ramalan kiamat itu dolanan yg apik untuk bikin orang pada panik. Buntutnya lenyap spirit, usaha cuma saencrit-saencrit, pikiran morat-marit, akhirnya kejepit hahaha.... Yang saya tahu. Kiamat jadi doa paling nikmat bagi orang-orang yg dengki, geram liat orang lain hidup senang. Maunya mati bareng besok pagi. Itu yg saya tahu lho..."

"Jadi Mbah Marijan tidak percaya Hari Kiamat?" Hampir serempak ketiga tamu bertanya.

"Begini yakh... Bagi saya kiamat sudah terjadi sejak saya mbrojol dari rakhim ibu saya. Yah kiamat sudah lewat."

"Lho....? Maksudnya?"

"Lha kan lebih nikmat hidup di dalam rakhim ibu. Semua kebutuhan dipenuhi. Tidak ada tanggung jawab. Jadi sejak saya lahir di dunia hanya untuk ngisi wolak-walike jaman setelah kiamat sudah lewat."

Deg! Ketiga tamu agung kehilangan akal. Jelas tidak nyambung ngomong dg Mbah Marijan. Pada saat yg sama kebimbangan melanda. Iya, nggak? Iya, nggak? Kiamat bikin pusing kepala. Juga bikin penasaran. Kalau terjadi bagaimana? Kalau tidak terjadi mau apa? Sepertinya kiamat sudah dekat, tapi seberapa dekat? Begitu banyak pertanyaan berkecamuk di hati para tamu agungnya Mbah Marijan. Mereka terdiam. Jawaban semua mengambang seperti kedebog pisang di tengah danau.

Tidak tega membiarkan para tamu pucat pasi, Mbah Marijan buka suara:"Hari akhir itu ada tapi tidak perlu dipikir-pikir sampe pala botak! Itu wewenang Tuhan. Urusan makhluk saja nggak beres koq sok ngurusi wewenang Gusti Pangeran. Jalani saja hidup ini sesuai peran masing-masing dg yakin mumpung nyawa masih ada. Biar rosa! Kalo sampean mau kiamat duluan, monggo...!!!"

Opps! Ketiga tamu yg lagi asyik nyruput wedang jahe hampir tersedak. Sruputan wedang jahe anget yg baru mengalir di kerongkongan sedikit muncrat ke arah lubah hidung. "Siapa yg mau kiamat duluan?" bantah mereka dalam hati.

*

*

Salam Tuljaenak,

Ragile, 15-feb-2010

*)Kisah di atas hanya fiksi dan dialog imaginer belaka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun