*
Kisah di atas saya sunting dari buku karya Ralph Estes yg berjudul Tyranny of The Bottom Line. Versi bahas indonesia diberi judul sama. Itu tahun 70-80an di Amerika, sekarang lebih gila lagi dg skala dan spektrum yang lebih luas. Yang jadi korban bisa bangsa dan negara lain yang bodoh atau tidak nurut. Semoga menjadi pelajaran berharga bagi kita semua. Jangan sampai hal seperti itu terjadi di bumi Indonesia. Atau jangan-jangan sudah banyak kasus yg serupa di sini ya? (Kalau tidak ada, bolehlah kita periksa mata dan telinga ke dokter, sekali lagi).
Dalam hal tuntutan kaum wanita di atas tidak seluruhnya benar sih. Bagaimanapun juga prilaku seksual yang kebablasan bisa dimanfaatkan perusahaan nakal untuk lolos dari jerat hukum dengan mengusik-usik riwayat seksual para korban. Dan para korban kebanyakan tertipu iklan komersial yg dikemas begitu ciamik dan bikin gemes serta mampu menguras kocek konsumen.
Contoh kejahatan di atas mulanya dari keserakahan perusahaan besar (korporat) yang hanya cari untung. Lalu bikin produk dg modus hit-and-run. Dilanjutkan dengan mafia peradilan serta persekongkolan politik untuk menutupi kecurangan. Ujung-ujungnya rakyat yang jadi korban, sekaligus menanggun semua biaya! Sedangkan yang di atas lenggang kangkung menikmati uang hasil rampok secara halus sambil uncang-uncang kaki jadi tokoh masyarakat. Huebat kan? (kejahatannya begitu sempurna, bahkan iblispun berdecak kagum).
Ralp Estes, penulis buku Tyranny Of The Bottom Line, pernah bekerja sebagai auditur senior di Kantor Akuntan Publik Arthur Anderson Amerika.
Salam,
Ragile, 12-feb-2010
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H