Mohon tunggu...
Ragile (Agil)
Ragile (Agil) Mohon Tunggu... Administrasi - seorang ayah yang kutu buku dan pecinta damai antar ras, agama, dan keyakinan

"Tidak penting SIAPA yg menulis, yg penting APA yg ditulis" (Ragile 2009). Pendiri #PlanetKenthir. Pro #Gusdurian. Lahir: 1960. Kuliah Sastra Inggris. Gawe Software Komputer ; Keuangan. Nama: Agil Abdullah Albatati (Engkong Ragile). FB: Agil Abd Albatati. Twitter: @KongRagile. Alamat: Kemang Jakarta Selatan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mari Belajar dari Teroris untuk Perang Suci Merubah Nasib

2 Februari 2010   02:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:08 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Jujur deh, teroris sunggung hebat dalam banyak hal. Hanya sedikit orang yang mampu menjalankan peran seperti mereka. Mampu mengguncang dunia. Mampu merubah keadaan. Mampu memaksa semua mata mengalihkan perhatian. Memaksa publik buka-buka lagi buku sejarah dan kitab suci untuk menemukan jawaban. Semua mengutuk aksi brutal teroris. Tapi apa betul semuanya jelek yang ada dalam diri mereka?

Mari perhatikan sekali lagi kiprah Ossama Bin Laden dkk di level dunia dan Noordin M Top dkk di Indonesia. Banyak yang bagus-bagus dari kepribadian teroris type mereka, mengapa kita malu belajar? Ambil yang bagus-bagus, buang yang jelek-jelek. Bukan begitu, kawan?

Mari kita ubah nasib untuk meraih kejayaan dengan belajar dari sisi-sisi positif kaum teroris. Jihad (perang suci) kita maknai dengan niat, persepsi, dan aksi yang membawa kemaslahatan insan sejagat tanpa pandang bulu.

Belajar ulet dan tahan banting. Keadaan serba minim bukan halangan. Buang mentalitas cengeng doyan subsidi yang hanya jadi benalu. Teruslah mengasah kemampuan, bekerjasama dengan yang sepaham untuk saling mengisi dan meringankan beban. Dipompa dengan cinta dan nikmat menjalankan tugas maka semua terasa enjoy, enteng dijalani. Sukses menjalankan tugas dan promosi kedudukan/kemakmuran selalu dekat di pelupuk mata. Bisa jadi dengan prestasi yang dahsyat!!!

Belajar sabar dan pantang menyerah. Karena waktu dan momentum tak bisa dibeli, maka kesabaran menjalani proses dan pantang menyerah menanti hasil akhir harus dipegang teguh. Dalam aktivitas apapun. Perhatikan bagaimana teroris begitu sabarnya mengintai, menanti saat yg tepat untuk beraksi dan menuai hasil.

Belajar tulus dan gagah berani. Ketika jiwa siap tempur melawan musuh, rasa takut lenyap seketika. Jika musuh kita yg utama adalah kemiskinan dan kebodohan, yuk kita lahirkan ribuan pejuang-pejuang di dunia pendidikan dan ekonomi rakyat di seantero pelosok negeri. Yang suka rela memberikan pendidikan dasar, penyuluhan taktik dagang, dan kiat-kiat berkarir di swasta maupun negri.

Belajar berkorban jiwa-raga. Jika musuh bersama kita adalah mafia peradilan dan produsen narkoba, apa salahnya kita bina jiwa-jiwa yang rela dan mampu berkoban jiwa-raga untuk menjadi prajurit-prajurit perang suci melawan kebobrokan moral dan akhlaq. Untuk kepentingan dan kenyaman masyarakat luas, bukan untuk kepentingan golongan sendiri seperti kaum teroris.

Belajar taat beribadah. Karena kita tidak tahu apa yg terbaik untuk kita dan selalu butuh bimbingan dan perlindungan dari Allah Yang Maha Kuasa, maka taat beribadah dibutuhkan untuk memberikan keyakinan bahwa perang suci melawan kemiskinan, misalnya, akan meraih ridloNYA.

Belajar cuek. Jangan ketawa dulu. Dalam perjuangan apapun ada saatnya ketika kita tidak perlu maladeni ocehan orang lain. Begitu yakin ambil keputusan yang benar untuk kita, langsung tancap gas! Ocehan apapun yang menghalangi anggap saja gonggongan anjing. Ingat, anjing menggonggong tidak menggit, apalagi menerkam.

Belajar mau bener sendiri dan tidak punya belas kasihan? sorry yach... Nah yang ini-ini buang jauh-jauh!!!. Kaum teroris biasanya doyan indoktrinasi sepihak dengan bahasa serba serem, serba keras, serba berapi-api guna mengganyang siapa saja yang tidak sepaham. Darah siapapun dikhalalkan. Anti demokrasi, anti HAM, suka monopoli kebenaran dan  monopoli penafsiran seolah Allah SWT sudah dibooking khusus jadi Kepala Suku mereka. Hal-hal seperti itu  buang jauh-jauh.

Semoga kita senantiansa mau belajar dari mana saja dan sisi-sisi postitif siapa saja untuk merubah nasih ke arah yang lebih mulia dan berjaya. Baik untuk diri sendiri, keluarga, bangsa, serta negara. Yang bagus-bagus dicomot, yang kotor-kotor dibetot. Cara-cara teror? sorry yach...

Siapkah Anda belajar dari sisi-sisi positif kaum teroris?

*

Ragile, 02feb2010

*

NB: Kita sadar bahwa teror adalah perbuatan terkutuk, tapi pelakunya bisa jadi menyimpan beberapa keunggulan yang layak dipelajari. Tanpa harus menjadi teroris, tak pula mendukung perbuatan teror.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun