*Ijinkan saya menyuguhkan sebuah pengalaman spiritual seseorang yang mengalami apa yg disebut "happening" setelah melalui proses pencarian jatidirinya dalam kaitannya dengan semesta dalam samudra kasih sayang Sang Pencipta Semesta. Bisa jadi apa dan apa yang akan terjadi, yg dikemas dg perumpamaan bahasa cahaya Kerjaan Langit. *
Sulap Kerajaan Langit
Berderu di atas sepeda motor menuruni lembah
Lalu menanjak berat ke padang luas rerumputan
Membonceng kawan tak tahu tujuan
Tawa-ria ditelan senyap
Menyapa awan putih berselendang biru
Tiba-tiba blooom... blooom!!!
Sebongkah awan meledak
Laksana bola raksasa terbungkus asap tebal
Terang langit meredup lenyap
bergelut asap hitam dari ujung timur
bergulung-gulung bola api memanggang awan
menukik menjilat-jilat kulit bumi
Pet!
Gelap Gulita
Sepi mencekam
Aku Terkubur hidup-hidup
Sendiri berdiri di tengah padang rerumputan
Byaaar!
Sihir langit menghisap gelap dalam sedetik
Permainan sulap kerajaan langit dimulai
Kaki melangkah jauh mencari bunyi
Berkerumun dg kumpulan mahluk-mahluk asing
Nyaman dikira bahaya tak diduga
Tak terasa senjakala menjelang
Tak terasa mahluk-mahluk asing menghilang
Tak terasa terkurung di dalam tembok baja
Setinggi pohon kelapa
Gelap mengaum ancaman maut
Aku di tengah kebun patung raksasa
Setiap tengokan kepala bertemu pandang wajah seram
Setiap kamar dibuka berdiri biang angkara murka
Kraaak....Kraaak!!!
Patung-patung menggeliat menjelang petang
tangan-tangannya meronta
Semua mata melahapku mentah-mentah
Berpacu dengan waktu
Berputar-putar tak bertemu lubang keluar
Kutatap bocah asing menyapu daun-daun kering
di atas atap jauh tinggi dari dahan ke dahan
"Hai bagaimana....?" kuberseru panjang
"Berputar sekali lagi...." dia menyahut dari ketinggian
Kuturuti berputar-putar di tengah melingkar
Patung-patung bergerak langkah menerkam
Jantung berdegup keringan dingin membanjir
Matahari tenggelam hampir sempurna
Hampir sempurna diterkam kematian
Tersebutlah asmaMU disetiap hembus napasku
Tersebutlah ajaib kerajaan langit di bibir beku
Lalu mataku melek di dalam gelap
Setelah buta sepanjang hari
Terlihat Dua orang penjaga pintu gerbang
Baju compang-camping
Bermandikan air comberan
Wajah ketakutan kepala merunduk
Wahai AsmaMU
Terbangkan aku melayang tinggi
Menggapai pintu baja setebal lengan
Gembok-gembok raksasa patah berserakan
Lolos aku dari kebun angkara murka
Pintu gerbang raksasa menutup pelahan
Tepat di belakang punggungku
Dan Ketika kutengok ke belakang
Yang kulihat adalah sebuah pintu kecil
Berlubang sebesar badan kambing
Sungguh aku merinding!!!
*
*
Ragile, 22jan2010
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H