Mohon tunggu...
Ragile (Agil)
Ragile (Agil) Mohon Tunggu... Administrasi - seorang ayah yang kutu buku dan pecinta damai antar ras, agama, dan keyakinan

"Tidak penting SIAPA yg menulis, yg penting APA yg ditulis" (Ragile 2009). Pendiri #PlanetKenthir. Pro #Gusdurian. Lahir: 1960. Kuliah Sastra Inggris. Gawe Software Komputer ; Keuangan. Nama: Agil Abdullah Albatati (Engkong Ragile). FB: Agil Abd Albatati. Twitter: @KongRagile. Alamat: Kemang Jakarta Selatan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sulap Kerajaan Langit //*Puisi

22 Januari 2010   01:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:20 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

*Ijinkan saya menyuguhkan sebuah pengalaman spiritual seseorang yang mengalami apa yg disebut "happening" setelah melalui proses pencarian jatidirinya dalam kaitannya dengan semesta dalam samudra kasih sayang Sang Pencipta Semesta. Bisa jadi apa dan apa yang akan terjadi, yg dikemas dg perumpamaan bahasa cahaya Kerjaan Langit. *

Sulap Kerajaan Langit

Berderu di atas sepeda motor menuruni lembah
Lalu menanjak berat ke padang luas rerumputan
Membonceng kawan tak tahu tujuan
Tawa-ria ditelan senyap
Menyapa awan putih berselendang biru

Tiba-tiba blooom... blooom!!!
Sebongkah awan meledak
Laksana bola raksasa terbungkus asap tebal

Terang langit meredup lenyap
bergelut asap hitam dari ujung timur
bergulung-gulung bola api memanggang awan
menukik menjilat-jilat kulit bumi

Pet!
Gelap Gulita
Sepi mencekam
Aku Terkubur hidup-hidup
Sendiri berdiri di tengah padang rerumputan

Byaaar!
Sihir langit menghisap gelap dalam sedetik
Permainan sulap kerajaan langit dimulai

Kaki melangkah jauh mencari bunyi
Berkerumun dg kumpulan mahluk-mahluk asing
Nyaman dikira bahaya tak diduga

Tak terasa senjakala menjelang
Tak terasa mahluk-mahluk asing menghilang
Tak terasa terkurung di dalam tembok baja
Setinggi pohon kelapa
Gelap mengaum ancaman maut

Aku di tengah kebun patung raksasa
Setiap tengokan kepala bertemu pandang wajah seram
Setiap kamar dibuka berdiri biang angkara murka

Kraaak....Kraaak!!!
Patung-patung menggeliat menjelang petang
tangan-tangannya meronta
Semua mata melahapku mentah-mentah

Berpacu dengan waktu
Berputar-putar tak bertemu lubang keluar
Kutatap bocah asing menyapu daun-daun kering
di atas atap jauh tinggi dari dahan ke dahan

"Hai bagaimana....?" kuberseru panjang
"Berputar sekali lagi...." dia menyahut dari ketinggian

Kuturuti berputar-putar di tengah melingkar
Patung-patung bergerak langkah menerkam
Jantung berdegup keringan dingin membanjir
Matahari tenggelam hampir sempurna
Hampir sempurna diterkam kematian

Tersebutlah asmaMU disetiap hembus napasku
Tersebutlah ajaib kerajaan langit di bibir beku
Lalu mataku melek di dalam gelap
Setelah buta sepanjang hari

Terlihat Dua orang penjaga pintu gerbang
Baju compang-camping
Bermandikan air comberan
Wajah ketakutan kepala merunduk

Wahai AsmaMU
Terbangkan aku melayang tinggi
Menggapai pintu baja setebal lengan
Gembok-gembok raksasa patah berserakan
Lolos aku dari kebun angkara murka

Pintu gerbang raksasa menutup pelahan
Tepat di belakang punggungku
Dan Ketika kutengok ke belakang
Yang kulihat adalah sebuah pintu kecil
Berlubang sebesar badan kambing

Sungguh aku merinding!!!
*

*

Ragile, 22jan2010

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun