Ini mimpi, ini juga kisah nyata. Bermula Tahun 2001, saya secara tak terduga berguru kepada KH.Irfan Zidny,MA. Beliau waktu itu Rois Am PBNU, ahli fiqh dan juga Tasauf, tinggal di wilayah Duren Sawit Jakarta Timur. Kami berkenalan di kantor PBNU (sementara) di Jl.Agus Salim Jakarta Selatan. Saya yang mengejar cari guru spiritual dan guru Agama untuk menjawab keresahan dan keguncangan jiwa yang saya alami akibat bangkrut dan terpuruk.
Singkat cerita sekitar dua tahun saya jadi murid pribadi beliau yang tinggi ilmunya, low-profile, dan sangat tajam insting, juga tajam bahasanya khas Jawa Timur dari mana beliau berasal. Terus terang saya seperti ketemu manusia setengah nabi. Semua kata-katanya langsung nyangkut di hati dan pengaruhnya luar biasa. Baru kenal sehari sepertinya beliau tahu semua kehidupan saya dan tahu apa yg tersimpan dan tersembunyi dalam hati dan pikiran saya.
"Saya yakin Anda pasti bisa. Dan Suatu saat akan mendapatkan petunjuk yang Anda cari." Katanya ketika mengajari saya amalan-amalan tertentu.
"Kalo sudah Anda dapatkan beritahu saya. Nanti saya sebarkan untuk diamalkan oleh orang lain," begitu pesan beliau yang begitu sabar membimbing saya yang tidak pernah sekolah di pesantren.
Kira-kira setahun kemudian ada ilham yang sangat aneh dan membuat saya terpana, juga marah karena seperti tidak sesuai dengan pikiran saya selama itu. Saya laporkan kepada beliau di kediamannya pada suatu sore habis waktu sholat Isya. Ilham itu berupa sebuah mimpi.
Saya bermimpi, mimpi yang sangat terang benderang. Tidak pernah lupa sampai sekarang. Dalam mimpi itu seolah-oleh saya datang periksa ke dokter. Dokter tsb seolah-olah tidak suka melihat saya dan begitu judes sebelum saya sempat ungkapkan keluhan saya. Saya salah tingkah. Mondar-mandir, mondar mandir menunggu dipanggil giliran diperiksa. Tak lama dipersilakan duduk di sebrang duduk si Dokter di ruang praktek.
"Kamu ini jiwanya tidak stabil!" bentak si Dokter bikin saya kaget, "Dan hampir budek!" lagi-lagi Dokter membentak dengan ketus. Saya shock berat.
Tak percaya dan kecewa dengan tudingan Dokter, saya terpana dalam mimpi itu. Sungguh benci dituding tidak stabil dan hampir budek. Baru kali ini ada yang berani menuding saya seperti itu. Saya kecewa tapi juga tak berani membantah si Dokter yang yakin dengan penyakit akut yang saya derita.
Saya tunggu Dokter mau kasih resep apa?
Tiba-tiba dari belakang saya muncul seorang suster cantik jelita berseragam putih. Saya menoleh dan memperhatikan dia yang sepertinya sedang menyiapkan resep obat di tangannya yang berkulit mulus.Ternyata benar, si Suster mendekati saya yang masih terduduk. Tangan kirinya seperti menyangga sesuatu penampang dan tangan kanannya dari atas seperti sedang meracik sesuatu di atas penampang.
Suster menatap saya dengan lembut. Lalu, Dengan senyum merekah dan mempesona si suster membacakan surat Al Fatikhah. Lalu dilanjutkan dengan Ayat Kursi. Keduanya dilantunkan dengan merdu hingga seperti bergema di ruang praktek dokter.