Wali Songo biasanya disebut sebagai 9 wali mempunyai peran penting ketika dalam menyebarkan Islam yang berada di Nusantara, terutama di wilayah Jawa, 9 wali terdiri dari Sunan Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Gungung Jati, Sunan Muria, Sunan Kudus, Sunan Drajat, Sunan Kali Jaga, dan Sunan Bonang. Mereka mempunyai keterlibatan yang sangat erat, seperti dari kaitan darah atau dari kaitan guru serta murid.Â
Para wali yang awalnya menetap di daerah pantai utara Pulau Jawa pada awal abad ke-15 sampai di tengah-tengah abad ke-16 yang berada di sebagian wilayah, seperti di Surabaya, Lamongan, Gresik, Kudus, Demak, dan Muria yang berada di Jawa Tengah, terakhir di Cirebon Jawa Barat. Penentuan wilayah yang dipilih oleh para wali tersebut tidak karena adanya sebab, akan tetapi sudah diperkirakan oleh para Wali. Hal ini bisa juga dijadikan faktor penting dalam menyebarkan Islam tentunya di wilayah Jawa serta wilayah lain.
Pemecahan wilayah dakwah oleh Walisongo sebagai bentuk untuk memenuhi aktivitas dakwah yang sangat mempertimbangkan wilayah atau lokasi yang baik.Â
Dalam hal ini Walisongo yang terkenal jumlahnya ada 9 orang dalam melaksanakan pemilihan wilayah sebagai tempat untuk
dakwahnya tidak memilih sembarangan. Pemilihan tempat oleh para walisongo untuk dakwahnya ini dipertimbangkan pula dengan faktor geostrategi yang sesuai dengan kondisi zamannya.
Suatu kemungkinan alasan dari para wali yang memutuskan bahwa Pulau Jawa sebagai tempat untuk berdakwah karena mereka melihat wilayah pulau Jawa itu dijadikan sebagai pusat dari kegiatan ekonomi, politik, serta kebudayaan yang berada di Nusantara pada waktu itu. Daerah bagian pesisir pulau Jawa yang menjadi kota pelabuhan akhirnya dijadikan fokus utama dimana banyak mendapat kunjungan dari pedagang luar wilayah pulau Jawa, maka dari itu hal ini memungkinkan penyebaran Islam bisa lebih kuat.
Ternyata Walisongo dalam berdakwah tidak hanya menggunakan dakwah secara lisan, namun juga didalam segala keadaan, seperti contohnya dengan akulturasi budaya yang akhirnya akan menghasilkan seni wayang dimana ceritanya berkaitan dengan Islam, lagu-lagu Jawa seperti Cublak- cublak Suweng, Lir ilir, mitoni. Walisongo tidak sepakat serta menghapus tradisi masyarakat yang tidak sesuai dengan Islam tetapi mereka tidak secara terang-terangan baik itu dalam bentuk pemujaan roh leluhur, sebab jika para wali melakukan penolakan secara langsung maka dampaknya akan dijauhi oleh masyarakat.
Berhasilnya dakwah yang dilakukan oleh para wali tentu tidak terlepas dari metode apa saja yang mereka lakukan pada saat kegiatan berdakwah itu.
Metode dakwah para walisongo tidak terlepas dari metode yang digunakan oleh mereka yakni dalam hal mendekati tokoh-tokoh khusus seperti yang bisa disebut pemimpin, orang terkemuka dan orang terpandang yang ada dalam
dalam masyarakat, seperti contoh para bupati, raja-raja, adipati atau pada saat
menghadapi para bangsawan lainnya.Â
Rangkaian pemakaian sistem dakwah yang seperti itu misalnya bisa kita lihat ketika Raden Rahmat dengan para wali lainnya berdakwah kepada Adipati Aria Damar yang berasal dari Palembang.
Tetapi karena keramahan serta kebijakan dari Raden Rahmat maka membuahkan hasil yaitu dengan masuknya Raden Aria Damar bersama istrinya untuk memeluk agama Islam bahkan hampir seluruh anak negrinya juga ikut
memeluk agama Islam. Begitu pula yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga, didapati beliau menggunakan metode dakwah yang sama seperti tersebut kisahnya Raden Rahmat, Sunan Kalijaga ketika mengajak Adipati pandanaran yang berada di Semarang, pada awalnya terdapat perdebatan seru, namun perdebatan itu berusai dengan kekalahan dari sang Adipat karea sang Adipati merasa kalah, kemudian sang Adipati pun akhirnya masuk dan memeluk Islam.
Proses penyebaran agama islam menjadi lebih cepat dan berhasil dengan adanya peran Walisongo. Dampak dari edatangan Walisongo ke tanah jawa masih kita bisa rasakan hingga saat ini, dan juga membawa pengaruh pada sejarah kebudayaan Islam. Melalui Walisongo tanah jawa mengalami islamasi secara besar-besaran, walisongo menyebarkan ajaran islam melalui proses penggabungan suatu pemahaman yang satu dengan pemahaman yang lain agar bisa mencapai maksud bersama, Contoh sejarah kebudayaan dari kemajuan islam pada periode walisongo yaitu:
1. Padepokan
Padepokan yang awalnya digunakan sebagai tempat tinggal para wiku dan cantrik sehingga dibongkar menjadi tempat pembelajaran agama Islam. Misalnya seperti ketika Sunan Kalijaga yang menggunakan wayang sebagai media dakwahnya.